TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia meminta bantuan Singapura untuk pencarian dan penyelamatan KRI Nanggala-402 di perairan sekitar 60 mil utara Bali. Kapal selam dengan 53 awaknya itu dinyatakan hilang kontak saat menyelam hendak melakukan uji tembak torpedo, Rabu pagi, 21 April 2021.
"Malam ini sudah bergerak MV Swift Rescue menuju perairan Bali, estimasi tiga hari perjalanan," ujar Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto saat dihubungi Tempo pada Rabu, 21 April 2021.
MV Swift Rescue adalah kapal teknologi yang dioperasikan Angkatan Laut Singapura. Kapal dengan kemampuan Submarine Escape and Rescue (SMER) ini dilengkapi, di antaranya, Submarine Rescue Vehicle (SRV) bernama Deep Search and Rescue Six (DSAR 6) yang dioperasikan terintegrasi dengan Submarine Support and Rescue Vessel (SSRV).
Ada pula wahana robotik yang dikendalikan dari jauh alias Remotely Operated Vehicle (ROV) sebagai garda terdepannya menyelidik di dasar laut hingga kedalaman 500 meter. MV Swift Rescue juga dilengkapi landas pacu helikopter di atas deknya untuk kebutuhan transportasi lebih cepat marinir yang menjadi korban mendapatkan layanan medis.
Singapura sendiri memiliki empat armada kapal selam kelas Archer dan Challenger yang sedang dalam penggantian dengan yang baru, kelas invincible. Rencananya, pembaruan armada kapal selam Singapura dimulai 2022.
Bukan kebetulan Panglima TNI Hadi Tjahjanto langsung berpaling ke Singapura. Berdasarkan fact sheet yang dikutip dari situs web Kementerian Pertahanan Singapura, kedua negara memang telah menjalin kesepakatan untuk bekerja sama dan saling mendukung operasi penyelamatan bila terjadi insiden dengan kapal selam masing-masing.
Kesepakatan yang dibuat 2012 lalu disebutkan bertujuan mendirikan sebuah kerangka kerja dukungan dan kerja sama penyelamatan kapal selam di antara TNI Angkatan Laut dan Angkatan Laut Singapura. Kesepakatan juga menegaskan ulang kerja sama erat yang telah terjalin lama antara kedua angkatan laut melalui pertukaran perwira dan latihan bersama.
Kesepakatan memastikan dua hal. Pertama, dukungan kepada upaya penyelamatan. Dalam poin ini, prosedur aktivasi yang efektif dan bisa dipercaya antarotoritas operasional kapal selam kedua angkatan laut akan didirikan.
Submarine Support and Rescue Vessel (SSRV) saat dioperasikan oleh Angkatan Laut Singapura. naval-technology.com
Di poin ini pula dituliskan bahwa sistem penyelamatan kapal selam Angkatan Laut Singapura, yang terdiri dari kapal selam dan kapal pendukung operasi penyelamatan MV Swift Rescue dan wahana penyelam Deep Search and Rescue Six, juga akan tersedia memberi dukungan bagi TNI AL dalam insiden yang melibatkan kapal selam.
Kedua, memperkuat kemampuan operasi bersama (interoperabilitas). Terkait poin ini adalah upaya meningkatkan frekuensi kunjungan di antara kedua angkatan laut agar para personel menjadi lebih mengenal sistem operasi, prosedur, dan dokumentasi teknis kedua negara.
Prosedur standar operasi bersama juga akan dikembangkan untuk membuat proses pelaksanaan operasi penyelamatan bersama. Sebagai tambahan, latihan penyelamatan, baik di laut maupun pantai, akan dilakukan untuk memfasilitasi interoperabilitas dan menjaga profesionalitas personel yang terlibat dalam operasi penyelamatan kapal selam.
ANDITA RAHMA
Baca juga:
Drone Cina Menyusup di Laut Dalam Indonesia? Ini Jawab Insinyur Drone Tempur BPPT