TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah jenis burung di Indonesia bertambah 18 pada tahun ini menjadi total 1.812. Tapi, tak seluruhnya benar-benar jenis baru. Ada dua dari 18 jenis itu yang berasa dari pemecahan taksonomi.
Biodiversity Conservation Officer Burung Indonesia, Achmad Ridha Junaid, mengungkap itu dalam keterangan tertulis yang dibagikan, Rabu 28 April 2021. "Keduanya dikategorikan sebagai jenis tersendiri karena memiliki karakteristik morfologi yang berbeda berdasarkan analisis terbaru," katanya dalam keterangan tersebut.
Ridha merujuk kepada jenis cendrawasih-kerah tengah (Lophorina feminina) dan perling dagu-ungu (Aplonis circumscripta). Kedua jenis ini berasal dari pecahan taksonomi lain pada tahun lalu, sehingga menambah dua jenis baru dalam daftar burung di Indonesia. Cendrawasih-kerah tengah sebelumnya dikategorikan sebagai anak jenis cendrawasih kerah (Lophorina superba) dan perling dagu-ungu dari perling ungu (Aplonis metallica).
Sebanyak 16 jenis baru lainnya disebut Ridha ditemukan berkat perkembangan teknologi serta meningkatnya minat masyarakat terhadap aktivitas pengamatan burung. Kedua faktor itu dinilai turut berkontribusi bagi perkembangan dunia ornitologi dan konservasi.
Laporan hasil pengamatan melalui observatorium sains warga, seperti e-Bird, berkontribusi terhadap penambahan 16 jenis ke dalam daftar burung yang tercatat di Indonesia. Satu di antara jenis tersebut yang patut disoroti yaitu petrel Irlandia-baru (Pseudobulweria becki) yang terpantau kehadirannya di sekitar Laut Halmahera, dimana sebelumnya diketahui hanya tersebar di Kepulauan Bismarck, Papua Nugini, dan Pulau Solomon.
Burung petrel itu, Ridha mengatakan, "Saat ini dikategorikan kritis menurut Daftar Merah Jenis Terancam Punah Badan Konservasi Dunia (IUCN Red List of Threatened Species)." Kritis atau Critically Endangered adalah status yang tepat berada di bawah status Punah
Secara keseluruhan, Burung Indonesia mengumumkan ada 31 jenis burung yang saat ini berada dalam status kritis. Sedang 52 jenis dinyatakan genting (Endangered) dan 96 jenis rentan terhadap kepunahan (Vulnerable). "Berdasarkan status keterancamannya, terdapat 179 jenis burung di Indonesia yang masuk daftar jenis burung terancam punah secara global," kata Ridha.
Dia menyebut deforestasi, perburuan dan penangkapan burung dari alam menjadi faktor-faktor besar penyebab penurunan populasi burung di habitat. Dampaknya terlihat pada peningkatan status keterancaman pada sembilan jenis pada tahun ini.
Mereka yang menjadi bukti nyata dari ancaman faktor-faktor itu, di antaranya, adalah perkici dada-merah (Trichoglossus forsteni), empuloh janggut (Alophoixus bres), empuloh pipi-kelabu (Alophoixus tephrogenys), cucak aceh (Pycnonotus snouckaerti), dan anis kembang (Geokichla interpres).
"Burung jenis empuloh janggut bahkan kini diperkirakan telah mengalami penurunan hingga 50 persen dari populasi asli di wilayah persebarannya di Pulau Jawa dan Bali," katanya.
Baca juga:
Hilang 172 Tahun, Begini Burung Pelanduk Kalimantan Ditemukan Kembali