TEMPO.CO, Bandung - Ekspedisi di akhir 2017 lalu mempertemukan tim riset dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan pohon pisang tongkat langit di kaki Gunung Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Sejauh ini riset tim membuktikan kesamaan pisang temuan itu dengan yang tumbuh di Maluku. Tapi asal usul pisang unik di Galunggung itu masih misterius sampai sekarang.
Awalnya pisang tongkat langit dikira berasal dari Polinesia, Prancis, yang kemudian dibawa ke barat mencapai Melanesia, seperti Maluku, Papua, Pasifik Barat. Di Indonesia, pisang tongkat langit diketahui hanya tersebar di Maluku dan Papua. Belakangan dari hasil temuan tim riset ITB, pisang itu tumbuh pula di kaki Gunung Galunggung.
Warga sekitar menyebutnya sebagai pisang ranggap. Menurut studi tim riset, pisang itu punya kesamaan genetik dengan pisang tongkat langit di Maluku. “Soal asal-usulnya di Galunggung perlu harus ada studi etnobotani,” kata ketua tim Fenny Martha Dwivany dari Pusat Riset Biosains dan Bioteknologi ITB, Selasa 28 September 2021.
Menurut cerita orang di Galunggung, pisang ranggap itu sudah tumbuh sebelum Gunung Galunggung meletus pada 1982. Dari hasil kajian peneliti lain sebelumnya, pisang tongkat langit (Musa troglodytarum L.) merupakan kultivar dengan karakteristik unik. Tandan buahnya berdiri tegak ke arah langit degan ukuran buah pisang yang besar. Sementara daging buahnya berwarna kemerahan yang menandakan kaya kandungan karoten.
Dari hasil kajian tim, tidak diketahui jelas soal sejarah penangkaran pisang tongkat langit. Dugaan sementara, tanaman itu berasal dari pisang bernama ilmiah Musa lododensis berdasarkan DNA, namun berdasarkan morfologinya dari pisang Musa maclayi dan Musa peekelii.
Hasil riset pisang tongkat langit di Galunggung itu dimuat dalam Hayati Journal of Biosciences pada Juli 2020. Judul penelitiannya, Genetic Relationship between Tongkat Langit Bananas (Musa troglodytarum L.) from Galunggung and Maluku, Indonesia, Based on ITS2.
Selain Fenny, riset ikut digarap bersama Giasintha Stefani , Agus Sutanto , Husna Nugrahapraja, Ketut Wikantika, Adriana Hiariej , Topik Hidayat , I. Nyoman Rai, dan Nisrina Sukriandi. Selain dari ITB, anggota tim riset itu berasal dari Univesitas Udayana di Bali, Lembaga Penelitian Buah Tropis Kementerian Pertanian di Solok, Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, dan Universitas Pattimura di Ambon.
Baca:
Tim ITB Teliti Pisang Tongkat Langit dari Gunung Galunggung, Simak Hasilnya