TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA mengumumkan menunda peluncuran astronot untuk misi ke Bulan hingga paling cepat 2025. Penundaan itu satu tahun lebih lambat dari rencana awal yang pertama kali ditetapkan saat kepemimpinan Presiden Donald Trump, yaitu 2024.
Dalam pengumumannya, Administrator NASA Bill Nelson, menerangkan, Kongres tidak menyediakan cukup uang untuk mengembangkan sistem pendaratan program Artemis. “Dan lebih banyak uang diperlukan untuk kapsul Orion yang akan membawa astronot,” ujar dia pada Selasa, 9 November 2021.
Nelson menambahkan, tantangan hukum oleh perusahaan roket Jeff Bezos, Blue Origin, juga telah menghentikan pekerjaan selama berbulan-bulan pada sistem pendaratan Starship. Selain itu, teknologi untuk pakaian antariksa baru juga perlu ditingkatkan, sebelum astronot dapat kembali ke Bulan.
NASA masih menargetkan Februari mendatang untuk uji terbang pertama roketnya, Space Launch System (SLS), dengan kapsul Orion, tanpa awak. Sebagai gantinya, astronot akan bersiap untuk penerbangan Artemis kedua, terbang di sekitar Bulan pada 2024, dan akan mendarat di Bulan pada 2025.
"Sistem pendaratan manusia adalah bagian penting dari pekerjaan kami untuk membawa wanita pertama dan orang kulit berwarna pertama ke permukaan Bulan, dan kami bersiap untuk pergi," kata Nelson sambil menambahkan bahwa NASA berkomitmen untuk membantu memulihkan posisi Amerika di dunia dalam hal eksplorasi luar angkasa.
Nelson membuat catatan tentang program luar angkasa Cina yang ambisius dan agresif, dan memperingatkan program itu dapat menyalip Amerika dalam eksplorasi Bulan. Pendaratan terakhir NASA di Bulan oleh astronot terjadi pada tahun 1972 dengan Apollo 17. Secara keseluruhan, 12 orang menjelajahi permukaan bulan.
Selama pertemuan Dewan Luar Angkasa Nasional pada tahun 2019, Wakil Presiden saat itu, Mike Pence, menyerukan agar astronot mendarat di Bulan dalam waktu lima tahun dengan cara apa pun yang diperlukan. NASA telah menargetkan untuk pendaratan di bulan pada tahun 2028, dan memajukannya menjadi 2024 yang pada saat itu dianggap sangat ambisius.
“Kongres perlu meningkatkan pendanaan, dimulai dengan anggaran 2023, agar NASA memiliki perusahaan swasta yang bersaing untuk rencana 10 atau lebih pendaratan di Bulan oleh astronot,” kata Nelson.
Badan antariksa itu juga meminta anggaran yang lebih besar untuk kapsul Orion, dari US$ 6,7 miliar (Rp 95,5 triliun) menjadi US$ 9,3 miliar (Rp 132,6 trliun), dengan alasan penundaan selama pandemi virus coron, serta kerusakan pada Fasilitas Perakitan Michoud NASA di New Orleans, situs manufaktur utama untuk SLS dan Orion. Biaya pengembangan untuk roket melalui penerbangan Artemis pertama tahun depan mencapai US$ 11 miliar (Rp 156,8 triliun).
Wakil Presiden Kamala Harris akan mengadakan pertemuan Dewan Antariksa Nasional pertamanya pada 1 Desember. “Saya sudah memberitahu Harris tentang jadwal dan biaya terbaru selama kunjungan mereka ke Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard Maryland pada hari Jumat lalu,” ujar Nelson.
GADGETS NDTV | NASA
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.