TEMPO.CO, Jakarta - Empat mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) berhasil menjaga gelar juara kampusnya dalam kompetisi global Global Student Challenge (GSC) 2024 yang diadakan oleh The Chartered Institute of Building (CIOB). Kompetisi yang sudah diadakan 10 kali itu bertujuan menguji kreativitas, keterampilan perencanaan, semangat kewirausahaan, serta komunikasi dalam penyelesaian proyek konstruksi.
Pada 22 April lalu, tim mahasiswa Fakultas Teknik UI (FTUI) Angkatan 2020 yang bernama Santapura Sanctuary diumumkan sebagai juara pertama kompetisi tersebut. Tim yang terdiri dari Bayu Dewanto, Fransiskus Adinda Rio, Daffa Aliyo Ghinannafsi, serta Alexander Ganesh, mempertahankan posisi pertama yang sudah dua kali didapat UI. Mereka sekaligus menjaga posisi unggulan FTUI sejak pertama kali mengikuti ajang CIOB pada 2019.
Pada 2024, Santapura Sanctuary mengungguli 40 tim lain yang berasal dari 20 negara. Seperti beberapa tahun terakhir, UI merupakan satu-satunya perwakilan Indonesia yang lolos ke babak final. Kali ini UI bersaing dengan empat tim unggulan, masing-masing dari Cina, Hongkong, Malaysia, dan Bahrain.
Para peserta GSC 2024 diharuskan membuat organisasi virtual melalui Sim Venture Validate, perangkat daring CIOB untuk membuat proyek konstruksi yang unik. Perlu diketahui, CIOB GSC 2024 mengangkat sejumlah isu, mulai dari peningkatan jumlah bencana alam, polusi, perang, konflik dan kelaparan, serta kemiskinan. Ada juga topik soal migrasi paksa dalam skala besar yang mengakibatkan pelanggaran hak asasi manusia.
Mendapat posisi pertama, tim Santapura Sanctuary dari FTUI merancang shelter atau tempat pengungsian darurat yang inovatif, berkelanjutan, dan berorientasi pada masyarakat. Proyek itu dirancang sebagai solusi bagi pengungsi. Sasarannya adalah pengungsi di dalam negeri atau Internally Displaced People (IDP), pengungsi internasional atau refugee, hingga pengungsi dalam keadaan darurat lain yang membutuhkan tempat layak, ramah lingkungan, dan hemat biaya.
Ketua Tim Santapura Sanctuary, Bayu Dewanto, mengatakan timnya membentuk perusahaan produsen shelter yang menawarkan dua produk inti, yaitu SafeHut dan SafeHut Q. Dalam desainnya, SafeHut merupakan shelter lipat, modular, dan semipermanen untuk menampung 4-6 individu.
“Unit ini dilengkapi dengan SafeHut Q, sebuah shelter pusat komunal yang menyediakan ruang edukasi untuk anak-anak dan dapur komunal. Dapat dikonfigurasi untuk memenuhi kebutuhan keluarga," ucap Bayu melalui keterangan tertulis, Selasa, 30 April 2024.
Pendekatan SafeHut difokuskan pada penyediaan tempat tinggal yang mudah dirakit dan memiliki daya tahan lama. Karya mahasiswa FTUI ini juga memperkuat kohesi sosial dan jaringan dukungan di antara populasi yang terdampak. Tujuannya untuk mengubah lokasi darurat transisi menjadi komunitas yang berkelanjutan.
Ketika mendesain shelter tersebut, tim UI memastikan keterjangkauan biaya tanpa mengorbankan kualitas dari unit pengungsian tersebut. Mereka mengembangkan 5 purwarupa untuk memastikan pemenuhan standar yang diperlukan untuk integritas struktural, keberlanjutan lingkungan, desain fungsional, serta efektivitas biaya.
Menurut Bayu, komponen-komponen SafeHut dapat diproduksi dalam waktu 48 jam engan mengadopsi desain modular yang dapat dilipat. Sistem itu bisa dirakit hanya dalam durasi 25 menit per unit pengungsian.
Selain praktis, SafeHut menonjolkan aspek ramah lingkungan. Material SafeHut menggunakan bahan yang tahan lama, dapat didaur ulang, bahkan bisa dipakai berulang kali hingga 15 tahun.
Tim UI menggunakan baja daur ulang untuk kerangka struktural dan proses manufaktur yang dirancang untuk meminimalkan limbah. Dengan begitu, SafeHut akan memiliki jejak karbon yang lebih rendah dibandingkan dengan unit perumahan pengungsi sejenis lainnya.
Menurut Direktur Pemasaran CIOB, Kate Macbeth, desain modular SafeHut dipertimbangkan dengan baik sehingga sangat praktis, fleksibel, dan mampu mengakomodasi kebutuhan individu dan komunal. “Para juri berpendapat bahwa desain pengungsian itu sangat efektif dan cocok untuk berbagai situasi bencana,” katanya.
Sebagai pemenang, tim Santapura Sanctuary UI berpeluang menggali masukan dari pakar industri global. Mereka juga akan disponsori untuk hadir di acara tahunan CIOB Members’ Forum yang akan diadakan di Cape Town, Afrika Selatan. Ada juga hadiah tunai sebesar £2.000 atau sekitar Rp 40,5 juta.
Pilihan Editor: Indonesia Dorong Pembentukan Global Water Fund di World Water Forum Bali