TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) harus mengeluarkan peringatan dini tsunami setelah gempa tektonik kuat dari laut dalam waktu maksimal 5 menit. Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan peringatan segera itu ikut ditunjang basis data pemodelan. “BMKG memiliki lebih dari 18 ribu skenario model tsunami,” katanya kepada Tempo.
Pemodelan tsunami yang dibuat tim BMKG itu mengandung parameter seperti lokasi sumber lindu, kekuatan atau magnitudo, dan kedalaman sumber gempa. Namun skenario model yang dibuat itu tidak per titik melainkan terbagi dalam kotak-kotak area sumber gempa. Data pemodelan tsunami itu mengacu pada gempa yang telah teridentifikasi. “Sudah pasti yang ada sumber gempanya di peta bencana,” ujar Daryono.
Pada kasus gempa yang belum teridentifikasi sumbernya seperti kejadian lindu dari Laut Flores, Selasa, 14 Desember 2021, BMKG belum punya skenario modelnya. Cara yang diterapkan adalah simulasi gempa langsung. “Namanya on fly simulation, langsung digarap saat itu,” kata Daryono. Menggunakan parameter yang sama seperti skenario model, tenggat waktu hasilnya juga maksimal dalam 5 menit.
Ketika terjadi gempa kuat di laut, BMKG menganalisis parameter gempa. “Kalau memang ada skenario modelnya, sistem akan menghasilkan sendiri oh ini ada potensi tsunami,” kata Daryono. Hasil itu langsung disebarkan dengan beragam saluran komunikasi seperti SMS, website, dan lainnya, agar sampai ke masyarakat. “Yang lima menit pertama itu baru peringatan dini pertama,” katanya.
Petugas kemudian memperbaiki lagi data parameternya untuk menambah bacaan data gempa sehingga lebih akurat. Dari hasil yang lebih akurat itu status level ancaman tsunami bisa berubah, misalnya turun tingkat dari siaga menjadi waspada. Simbol warna oranye di peta pantai yang berpotensi terlanda berubah menjadi kuning. “Karena misalnya mekanisme patahan gempanya itu bukan sesar naik tapi geser, itu kan membuat turun level,” kata Daryono.
Pada peringatan potensi tsunami, simbol warna kuning menandakan ketinggian tsunami kurang dari 0,5 meter. Warna jingga atau oranye berkisar 0,5 hingga 3 meter, adapun warna merah untuk potensi tsunami yang lebih dari tiga meter di pantai. Fakta tsunami di lapangan, salah satunya dari data tide gauge atau alat pemantau permukaan laut milik Badan Informasi Geospasial. Namun sebaran alat itu, menurut Daryono, masih perlu ditambah jumlahnya.
Selain itu, jumlah skenario model tsunami di wilayah Indonesia juga terhitung masih kurang. BMKG memerlukan total sekitar 20-25 ribu skenario. Wilayah yang belum digarap, yaitu sumber-sumber gempa di luar zona subduksi atau zona outer rise yang jauh dari daratan namun berpotensi membuat tsunami. “Kemudian ingin membuat peringatan dini tsunami berbasis dampak, landaan yang masuk ke daratan,” kata Daryono.
Pakar tsunami dari Institut Teknologi Bandung Hamzah Latief mengatakan, warga pesisir pantai tidak perlu menunggu peringatan dini tsunami yang keluar 5 menit setelah gempa. Jika merasakan gempa yang kuat, warga diminta segera menjauhi pantai ke tempat yang lebih tinggi. “Keterbatasan informasi kita seperti itu karena kita juga kejar-kejaran dengan waktu,” katanya.
Baca:
BMKG: Gempa Magnitudo 5,0 Timbulkan Kerusakan di Jember
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.