Optimisme ketiga, Tjandra yang saat ini menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Jakarta, itu berharap akan ada jenis vaksin Covid-19 baru yang lebih mudah digunakan, tanpa suntikan, misalnya dalam bentuk inhalasi atau oral dan lainnya. Penelitian sudah dimulai dan memang sampai akhir 2021 belum ada produk yang sudah selesai, tapi bisa diharapkan akan ada produk akhir pada 2022 ini.
“Selain itu, bukan tidak mungkin akan ada vaksin yang lebih baik efikasinya,” tutur Tjandra.
Optimisme keempat dari segi cara diagnosis yang lebih mudah juga diharapkan terus berkembang, sesuai dengan teknologi diagnostik yang ada. Setidaknya, kata Tjhandra, diharapkan akan ada metode pengambilan sampel yang lebih nyaman bagi yang diperiksa. Berbagai alat diagnosis yang bisa dilakukan di rumah juga mulai digunakan di banyak negara. “Mudah-mudahan juga nanti dapat tersedia di negara kita.”
Lalu, optimisme kelima adalah dengan pengalaman tantangan berat 2020-2021, Tjandra berharap agar dapat meningkatkan kolaborasi dan kerjasamanya dengan berbagai negara dalam menjaga kesehatan dunia pada 2022. Dalam hal ini, disebutkannya, Indonesia yang memegang Presidensi G20 jelas punya peran yang sangat besar untuk memimpin tata ulang arsitektur kesehatan global.
Menurut Mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan di Kementerian Kesehatan itu, Indonesia memiliki pengalaman panjang dalam diplomasi kesehatan internasional. Dan, kata Tjandra, tentu hal ini akan memberi peran penting bagi kesehatan dunia dan akan mengharumkan nama bangsa.
“Pandemi adalah masalah dunia, hanya dengan kesadaran, komitmen dan kerja bersama negara-negara di dunia maka kita dapat bergerak bersama ke akhir pandemi Covid-19,” tutur Tjandra.
Baca juga:
Uji Infeksi Omicron pada Hewan, Kerusakan Paru tak Sebanding Delta
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.