TEMPO.CO, Jakarta - Selama tidur, tidak jarang orang bermimpi. Dianggap sebagai bunga tidur, mimpi sebenarnya berkaitan dengan memori atau ingatan. Namun benarkah begitu? Penelitian dibutuhkan untuk menjelaskan kaitan antara mimpi dengan memori manusia.
Dilansir dari www.science.org beberapa peneliti berspekulasi mimpi bisa meningkatkan daya ingat. Banyak penelitian menunjukkan ketika kita tidur, otak akan sibuk mengkonsolidasikan ingatan mengenai kejadian hari itu. Lalu, ingatan itu ditempatkan dalam konteks hal-hal yang telah kita ketahui.
Sebuah studi baru meneliti orang yang bermimpi dengan uji labirin realitas virtual yang ditemui beberapa jam sebelumnya. Saat uji kedua kali, jalan keluar dari labirin lebih cepat ditemukan.
Ahli saraf Erin Wamsley, Robert Stickgold bersama rekan-rekannya di Harvard Medical school, Boston melakukan penelitian mengenai mimpi. Peserta penelitian duduk di depan komputer selama 45 menit bermain labirin realitas virtual. Ingatan mereka diuji para peneliti.
Mereka diminta mengingat objek tertentu di labirin itu dan menemukan jalan kembali ke berbagai titik awal yang dipilih secara acak. Dari 99 peserta, sebanyak 50 orang mempunyai kesempatan tidur siang sedangkan yang lain menonton video.
Elektroensefalografi digunakan para peneliti untuk memantau aktivitas otak siswa yang tidur siang. Mereka akan dibangunkan satu kali untuk ditanyai tentang isi mimpi atau akan ditanyai saat akhir tidur siang mereka. Orang yang tidur siang mengalami peningkatan yang lebih baik ketika berada di labirin, ketimbang mereka yang tidak tidur siang. Hal ini dinilai dari kecepatan mereka menemukan objek yang diminta.
Empat sisiwa menyatakan pikiran tentang labirin dengan tepat saat tertidur atau bermimpi labirin selama tidur siang. Ini meningkatkan kinerja mereka sekitar 10 kali lebih banyak dari sebelumnya.
Para peneliti melaporkan temuan itu secara online di Current Biology pada hari ini. Siswa yang bermimpi melaporkan melihat gambar labirin atau mendengar musik latar program komputer. Namun Stickgold mencatat tampaknya mimpi itu bukan pengulangan yang tepat dari pengalaman mereka.
Hal ini menunjukkan mimpi tidak mencerminkan usaha otak menciptakan memori yang tepat mengenai apa yang terjadi, namun upaya menempatkan memori baru dalam konteks pengetahuan yang ada.
Misalnya, seorang siswa melaporkan gambar labirin virtual dan perjalanan yang dilakukannya untuk mengunjungi gua kelelawar beberapa tahun sebelumnya. Stickgold mengatakan otak seolah-olah mencoba mencari tahu apa yang sudah dilakukan pada masa lalu yang bisa jadi bermanfaat saat mengikuti tes labirin lagi.
Ahli saraf Universitas Lubeck di Jerman, Jan Born mengatakan mimpi berkaitan dengan pemrosesan memori selama tidur berasal dari Sigmund Freud.
Baca juga: Jangan Remehkan Mimpi, Ini Manfaatnya
PUSPITA AMANDA SAR