Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kalkulasi WHO: Pandemi 2020-2021 Sebabkan Hampir 15 Juta Kematian

image-gnews
Mayat dipindahkan ke kontainer berpendingin di luar rumah duka, karena kamar mayat kehabisan ruang di tengah wabah COVID-19 di Hong Kong, Cina, 5 Maret 2022. Hong Kong melaporkan 37.529 infeksi virus corona baru pada hari Sabtu dan 150 kematian. REUTERS/Tyrone Siu
Mayat dipindahkan ke kontainer berpendingin di luar rumah duka, karena kamar mayat kehabisan ruang di tengah wabah COVID-19 di Hong Kong, Cina, 5 Maret 2022. Hong Kong melaporkan 37.529 infeksi virus corona baru pada hari Sabtu dan 150 kematian. REUTERS/Tyrone Siu
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam sebuah analisis besar yang dilakukannya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menghitung angka kematian terkait pandemi Covid-19 di dunia antara 1 Januari 2020 dan 31 Desember 2021. Tim penelitinya mengkombinasikan data kematian di setiap negara dengan statistik dari studi-studi ilmiah yang dilaksanakan di negara yang sama.

WHO juga menggunakan sebuah model statistik untuk kalkulasi angka kematian yang mungkin selama ini tak terhitung. Tim penelitinya kemudian mengestimasi jumlah kematian jika tak terjadi pandemi--berdasarkan tren data tahun-tahun sebelum pandemi.

Perbandingan atas kedua angka yang didapat memberikan 'kelebihan' angka kematian aktual sebesar 14,9 juta. Tepatnya antara 13,3 juta sampai 16,6 juta.

Kelebihan ini termasuk di dalamnya adalah kematian secara langsung akibat virus SARS-CoV-2, seperti halnya juga yang secara tidak langsung seperti orang-orang yang meninggal prematur karena beban sistem layanan kesehatan yang membeludak. Selisih angka kematian juga telah menghitung risiko kematian yang lebih rendah di jalan maupun lingkungan kerja di masa pandemi.

Sebagai pembanding, data dari dasbor Johns Hopkins University, Amerika Serikat, jumlah korban meninggal yang terkonfirmasi karena Covid-19 di dunia tercatat sudah lebih dari 6,2 juta per rilis perhitungan WHO ini, Kamis 5 Mei 2022.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menilai data total hampir 15 juta kematian tersebut menyedihkan yang tak hanya menunjuk kepada dampak pandemi. "Tapi juga kepada kebutuhan seluruh negara untuk menginvestasikan sistem kesehatan yang lebih kuat yang dapat mempertahankan layanan kesehatan esensial selama krisis, termasuk sistem informasi kesehatan yang lebih kuat," katanya.

Data sebaran kematian

Data kelebihan 14,9 juta kematian dibandingkan masa tanpa pandemi hasil perhitungan tim peneliti WHO sebanyak 84 persen di antaranya terkonsentrasi di kawasan Asia Tenggara, Eropa dan Amerika. Tim dipimpin Profesor Debbie Bradshaw dan Kevin McCormack dan didukung Profesor Jon Wakefield dari University of Washington, AS.

Jika dihitung berdasarkan data per negara, mereka mendapati sebesar 68 persen di antara kelebihan kematian itu terkonsentrasi hanya di 10 negara. Negara-negara kelompok pendapatan menengah mendominasi hingga 81 persen untuk data 14,9 juta kematian itu. Urutan kedua adalah negara pendapatan tinggi, sebesar 15 persen. Sisanya berasal dari negara berpendapatan rendah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Warga berdoa di makam keluarganya yang meninggal akibat wabah Covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta Utara, Kamis, 12 Agustus 2021. Kematian akibat wabah Covid-19 secara nasional masih mencapai di angka 1000 perharinya. Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Covid-19, daerah dengan kasus kematian terbanyak nomor satu di Indonesia sekaligus di Jawa disumbang oleh Jawa Tengah. Sebanyak 386 kasus kematian ditemukan di daerah itu perhari ini. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Perkiraan untuk periode 24 bulan (2020 dan 2021) tersebut juga telah dirinci berdasarkan usia dan jenis kelamin. Hasilnya sekaligus mengkonfirmasi kalau tingkat kematian Covid-19 global lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan (57:43), serta lebih tinggi angka kematian di antara pasien orang dewasa yang lebih tua.

"Pengukuran ini adalah sebuah komponen penting untuk memahami dampak dari pandemi, menyediakan informasi bagi para pembuat keputusan untuk memberi panduan kebijakan untuk bisa mengurangi kematian dan mencegah krisis di masa mendatang," kata Samira Asma, Asisten Direktur Jenderal WHO bidang Data, Analisis dan Distribusi.

Sedangkan Ibrahima Socé Fall, Asisten bidang Respons Kedaruratan, menegaskan bahwa data adalah landasan kerja WHO untuk memajukan kesehatan, menjaga keselamatan dunia, dan melayani mereka yang rentan. "Kami tahu di mana terdapat kesenjangan data, dan kami harus secara bersama mengintensifkan dukungan kepada negara-negara, sehingga setiap negara memiliki kemampuan untuk melacak wabah real-time, memastikan distribusi layanan kesehatan yang esensial, dan mengawal kesehatan populasi," katanya.

WHO, NEW SCIENTIST

Baca juga:
Hepatitis Akut Misterius pada Anak-anak, CDC Cores Faktor SARS-CoV-2


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

5 jam lalu

PM Israel Benyamin Netanyahu dan istrinya, Sara. REUTERS
Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.


WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

12 jam lalu

Warga Palestina menikmati pantai pada hari yang panas, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 24 April 2024. REUTERS/Mohammed Salem
WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.


Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

22 jam lalu

Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Abdul Azis Syah Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, Rabu, 11 Maret 2020. Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kasus DBD di Indonesia telah menelan 100 korban meninggal dari total 16.099 kasus dalam periode Januari sampai dengan awal Maret 2020. ANTARA/Syifa Yulinnas
Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?


Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Seorang petugas kesehatan memegang botol berisi vaksin Oxford/AstraZeneca coronavirus disease (COVID-19) di Rumah Sakit Nasional di Abuja, Nigeria, 5 Maret 2021. [REUTERS/Afolabi Sotunde]
Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia


Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Pada acara vaksinasi booster ini tersedia dosis vaksin Astra Zeneca, Sinovac, dan Pfizer di Polsek Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat 17 Juni 2022. Adanya virus omicron subvarian baru yaitu BA.4 dan BA.5 yang berpotensi membuat lonjakan kasus Covid-19. Tempo/Muhammad Syauqi Amrullah
Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.


Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Mesin robot ekstraksi vaksin Covid-19 bernama AutoVacc, yang dirancang oleh Pusat Penelitian Teknik Biomedis Universitas Chulalongkorn untuk mengekstrak dosis ekstra dari botol vaksin AstraZeneca, terlihat di Bangkok, Thailand 23 Agustus 2021. Gambar diambil 23 Agustus 2021. REUTERS/Juarawee Kittisilpa
Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.


Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Seorang petugas kesehatan memegang botol berisi vaksin Oxford/AstraZeneca coronavirus disease (COVID-19) di Rumah Sakit Nasional di Abuja, Nigeria, 5 Maret 2021. [REUTERS/Afolabi Sotunde]
Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?


Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (27/2/2024). ANTARA.
Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.


Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

4 hari lalu

UNDP, WHO dan Kemenkes kolaborasi proyek yang didanai oleh Green Climate Fund (GCF) untuk waspadai dampak Perubahan Iklim di bidang Kesehatan/Tempo- Mitra Tarigan
Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.


Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Juru bicara KPK, Ali Fikri, menghadirkan anggota DPRD Labuhan Batu, Yusrial Suprianto Pasaribu dan pihak swasta Wahyu Ramdhani Siregar, resmi memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat, 26 Januari 2024. KPK resmi meningkatkan status perkara ke tahap penyidikan dengan menetapkan dan melakukan penahnan secara paksa selama 20 hari pertama terhadap dua orang tersangka baru Yusrial Suprianto Pasaribu dan Wahyu Ramdhani Siregar terkait Operasi Tangkap Tangan KPK terhadap empat tersangka Bupati Labuhan Batu, Erik A. Ritonga, anggota DPRD Labuhan Batu, Rudi Syahputra Ritonga, dua orang pihak swasta Efendy Sahputra dan Fazar Syahputra, dalam dugaan tindak pidana korupsi berupa pemberian hadiah atau janji terkait proyek pengadaan barang dan jasa dari APBD Tahun 2013 dan Tahun 2014 sebesar Rp.1,4 triliun di lingkungan Pemerintah Kabupatan Labuhan Batu. TEMPO/Imam Sukamto
Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.