TEMPO.CO, Solok - Sebanyak 52 sapi dan kerbau dari empat nagari di Kabupaten Solok, Sumatera Barat, positif mengidap penyakit mulut dan kuku (PMK). Konfirmasi berdasarkan pemeriksaan sampelnya yang dikirim oleh Dinas Pertanian Kabupaten Solok ke Balai Veteriner Bukittinggi.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok Kenedy Hamzah mengungkap itu, Kamis 26 Mei 2022. Dia mengatakan awalnya ditemukan tujuh ekor sapi positif. "Ternyata penyakit itu menular ke sapi lainnya. Hingga kini kasus PMK bertambah mencapai 52 ekor sapi dan kerbau yang terjangkit," ujar dia.
Ia juga mengatakan hingga kini upaya yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Solok ialah mengutus para petugas ke lapangan. Mereka terus berupaya mencegah dengan menyemprotkan disinfektan ke kandang ternak yang terjangkit. "Kemudian juga melakukan pengobatan terhadap sapi dan kerbau yang terjangkit PMK," kata dia.
Kenedy sambil mengimbau pula kepada para peternak dan pedagang untuk mengisolasi ternak supaya sebaran PMK di Kabupaten Solok tidak meluas. Sementara surat edaran telah diterbitkannya tentang pengendalian dan penanggulangan terhadap ancaman masuk dan menyebarnya PMK.
Dalam edaran itu, dilarang memasukkan atau jual beli ternak ruminansia dari daerah wabah ke Kabupaten Solok. Ternak dan produk yang diperjualbelikan harus memiliki surat keterangan asal ternak dan sertifikat veteriner. Selain itu, Bupati Solok juga menutup sementara aktivitas pasar ternak Muaro Paneh untuk mencegah penyebaran PMK.
Puluhan kendaraan angkut sapi diminta putar balik di Ngawi
Petugas Dinas Peternakan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, terpaksa meminta putar balik 39 kendaraan pengangkut ternak sapi saat kegiatan pengawasan penjualan ternak di Pasar Hewan Legi, wilayah Kandangan, Rabu lalu. Penyebabnya, ada sapi yang mereka angkut diduga terindikasi penyakit mulut dan kuku.
"Dari sebanyak 132 kendaraan truk dan mobil pikap yang diperiksa, sebanyak 39 kendaraan di antaranya diminta putar balik ke daerah asalnya," kata Wakil Bupati Ngawi Dwi Rianto Jatmiko, Rabu.
Menurut dia kegiatan pengawasan penjualan ternak sapi dan kambing di pasar hewan tersebut bertujuan untuk mengantisipasi masuknya virus PMK ke Ngawi yang dibawa ternak dari pedagang sapi ataupun kambing luar daerah. Puluhan kendaraan yang dipaksa putar balik tersebut tidak hanya dari Ngawi, namun juga sejumlah pedagang dari luar kota seperti Bojonegoro, Nganjuk, Magetan, dan Madiun.
Dalam kegiatan pengawasan dan pemeriksaan tersebut, petugas tidak hanya memeriksa kondisi kesehatan ternak sapi dan kambing yang dijual. Petugas juga memeriksa kelengkapan surat jalan kesehatan ternak yang dimiliki para pedagang. Sesuai data, dari hasil pengawasan tersebut, petugas menemukan ada 11 ekor sapi milik pedagang yang diduga terindikasi PMK.
Petugas juga mengambil sampel dari belasan ternak sapi tersebut untuk dilakukan uji laboratorium lebih lanjut. Pihaknya mengaku tim dari Dinas Perternakan Ngawi terus berupaya maksimal melalukan surveilans dan pemeriksaan kesehatan ternak ke pasar hewan dan peternak sapi juga kambing di guna mengantisipasi penularan PMK di wilayahnya.
Pusat Veteriner Farma undang para Guru Besar untuk bikin vaksin
Pusat Veteriner Farma Surabaya bersama tim pakar menegaskan kesiapannya memproduksi vaksin mencegah kasus penyakit mulut dan kuku terhadap hewan ternak. Kepala Pusvetma Surabaya Edi Budi Susila menyebut pengembangan dilakukan dengan metode kultur jaringan untuk membuat vaksin inaktif. Ia menjelaskan bahwa proses ini membuat virus tetap utuh, namun tidak mempunyai kemampuan untuk berkembang biak.
"Vaksin tersebut merupakan jenis vaksin yang mengandung virus yang sudah dimatikan dengan suhu panas, radiasi, atau bahan kimia," ujarnya usai mengikuti menggelar rapat koordinasi percepatan penanganan dan pengendalian PMK di Surabaya, Rabu.
Edi Budi mengatakan pihaknya bersama jajaran Pusvetma dan Tim Pakar sangat terbuka apabila ada penambahan guru besar dari wilayah lain untuk turut bergabung dalam upaya percepatan penanganan PMK hewan ternak melalui pembuatan vaksin. "Kami sangat terbuka jika Gubernur Khofifah merekomendasikan guru besar dari tempat lain untuk bergabung guna percepatan pembuatan vaksin ini," tuturnya.
Sementara itu, berdasarkan data Posko Terpadu Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku Hewan Ternak Pemerintah Provinsi Jawa Timur, per 24 Mei 2022 sebanyak 8.794 ekor sapi terjangkit. Dari total tersebut, disebutkan, sebanyak 1.482 ekor sapi telah dinyatakan sembuh. Saat diumumkan pertama di awal bulan ini, jumlah ternak positif penyakit ini lebih dari 1.200 ekor.
Untuk sebaran kasus di Jawa Timur, terdapat lima wilayah yang tercatat memiliki jumlah kasus PMK Hewan Ternak aktif, yakni Lumajang dengan 1.595 kasus, Gresik 1.531 kasus, Mojokerto 1.175 kasus, Probolinggo 972 kasus, serta Sidoarjo 862 kasus. Dari total 38 kabupaten/kota di Jatim, sebanyak 15 daerah dinyatakan berstatus "zona hijau" atau terbebas dari wabah penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak