TEMPO.CO, Jakarta - Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia (IC) Sambas Kalimantan Barat mengikuti The Victorian Young Leaders: Global Youth Forum, konferensi internasional untuk memperdalam pemahaman siswa tentang identitas, rasa memiliki, budaya, globalisasi, serta arti menjadi warga dunia. Kegiatan ini difasilitasi oleh Asia Education Foundation (AEF) yang diikuti siswa dari berbagai negara sejak akhir Mei hingga 10 Juni lalu.
Kepala MAN IC Sambas, Mursidin mengatakan forum ini diharapkan dapat meningkatkan dukungan program Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tujuan pembangunan berkelanjutan nomor empat yaitu pendidikan berkualitas. Setiap sekolah akan dipasangkan untuk saling berkenalan dan berdiskusi tentang topik yang telah ditentukan.
Kegiatan yang dilaksanakan secara virtual melalui zoom meeting ini tidak menyurutkan semangat siswa untuk bertemu dengan siswa-siswa dari berbagai negara seperti Jepang, Vietnam, Tiongkok, India, dan Filipina. “Sejauh ini MAN Insan Cendekia Sambas mendapatkan kesempatan berinteraksi dengan beberapa sekolah dari Australia, India, dan Filipina,” jelas Mursidin seperti dikutip di laman Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama pada Senin, 13 Juni 2022.
Mursidin menjelaskan pada setiap sesi, para siswa harus menunjuk leader yang akan merangkul seluruh siswa dan fasilitator yang akan memimpin jalannya diskusi. “Peran yang tidak kalah penting lainnya, yaitu juru bicara yang akan melaporkan hasil diskusi secara verbal ke forum utama,” terangnya.
Menurutnya, peran tersebut diambil aktif oleh siswa MAN IC Sambas, Navisya Putri Andini yang berasal dari kelas X IPS. Sedangkan peran leader didapuk oleh Alya Zahira dari kelas 11 MIPA 2, yang menjabat sebagai ketua Majelis Permusyawaratan Siswa (MPS).
Peserta lain yang mengikuti konferensi ini yakni M. Fadhil Fathoni (X MIPA 1), Munayya Anggun Ramadhani (X MIPA 3), Alvi Izzati (XI MIPA 2), Adellia Kusuma Anjani (XI MIPA 3), M. Farhan (XI IPS) dan juga Nasywa Nafisa Pramono (XI IPS).
Mursidin mengatakan dalam forum tersebut, perhatian utama para siswa adalah persoalan terkait pendidikan secara global yang terjadi di lingkungan mereka. Pada pertemuan terakhir setiap sekolah diminta untuk membuat prototype dari solusi permasalahan pendidikan yang mereka rasakan dan dipresentasikan ke dalam forum utama.
Baca juga: Siswa MAN 1 Yogyakarta Jadi Nominasi Terbaik Pertukaran Pemuda Asia
