TEMPO.CO, Jakarta - Tes uji kebohongan milik Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Bharada Richard Eliezer, Bripka Ricky Rizal Wibowo, dan Kuat Ma'ruf telah diungkap dalam persidangan pada 14 Desember 2022 lalu,. Kelima terdakwa melakukan tes poligraf berkaitan dengan kasus pembunuhan Brigadir N. Yosua Hutabarat. Lantas, apa sebenarnya tes poligraf itu?
Melansir Majalah Ilmiah Teknologi Elektro Vol. 20 (1) edisi 2021, tes poligraf atau lie detector adalah sebuah tes yang dilakukan untuk mendeteksi kebohongan melalui insyarat non verbal. Secara umum, tes poligraf memiliki prinsip bahwa tes ini mendeteksi kebohongan melalui perubahan reaksi fisiologis tubuhnya ketika mendapat tekanan secara psikologis dalam usahanya menutupi kebohongan.
Sebagai alat deteksi kebohongan, poligraf dikenal yang paling mapan dan matang, tetapi poligraf dianggap sedikit intrusive dan invasive. Terlepas dari kekurangan tersebut, sampai saat ini poligraf menjadi alat deteksi kebohongan yang terbaik sampai saat ini.
Baca: Hasil tes Poligraf Tunjukkan Putri Candrawathi berbohong, Ferdy Sambo: Pertanyaan Titipan Penyidik
Poligraf berbentuk sebuah perangkat investigasi dan screening yang dapat mengumpulkan dan menganalisis respons fisiologis manusoa dari sensor. Perangkat ini akan terhubung dengan seseorang secara fisik ketika diperiksa. Umumnya, tes poligraf digunakan untuk membantu penegak hukum dan lembaga lain dalam mendeteksi penipuan.
Alat ini akan bekerja setelah peserta diberikan serangkaian pertanyaan untuk dijawab. Melansir repository.maranatha.edu, sebelumnya, peserta akan dipasangkan instrument elektroda sensitive atau cardio cuffs yang memiliki variabel denyut nadi, tekanan darah, dan aliran darah. Nantinya, alat ini akan memberikan laporan berupa respons fisiologis yaitu berupa perubahan napas, detak jantung, dan berkeringat ketika peserta menjawab satu per satu pertanyaan. Respons fisiologis yang timbul dipicu ketika seseorang berbohong dari yang seharusnya.
Output dari poligraf ini adalah nilai numerik yang diberikan setiap respons untuk menyimpulkan kebohongan peserta. Skor yang memiliki nilai plus berarti terindikasi jujur sedangkan skor minus menandakan kebohongan. Selain itu, kebohongan akan terdeteksi ketika gelombang akan bergetar cepat melalui alat ini. Sementara alat tidak akan mengeluarkan gelombang bergetar apabila tidak terdeteksi kebohongan.
NAOMY A. NUGRAHENI
Baca juga: Saksi Sebut Akurasi Tes Poligraf 93 Persen, Kuasa Hukum Kuat Makruf: 7 Persen Tidak Akurat
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.