TEMPO.CO, Bandung - Kemungkinan akan ada dua versi Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1444 Hijriah, yakni antara 21 dan 22 April 2023. Sebagian kalangan kemudian mengaitkannya dengan peristiwa gerhana matahari total dan parsial di Indonesia pada 20 April. Gerhana itu dianggap bukti untuk Lebaran jatuh pada 21 April.
Anggapan itu mendapat sanggahan dari Profesor Riset Astronomi-Astrofisika di Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin. “Itu tidak benar,” kata dia, Selasa 11 April 2023.
Dia menerangkan, gerhana matahari memang menunjukkan telah terjadi ijtimak atau konjungsi atau kesegarisan posisi matahari dan bulan dari pengamatan di bumi. Namun, menurut Thomas, kondisi itu hanya menunjukkan adanya bulan baru astronomi atau new moon. “Bukan pertanda awal bulan hijriah atau bulan Islam,” ujarnya.
Seandainya ijtimak atau konjungsi itu dianggap sebagai awal bulan, mereka yang meyakini hal itu seharusnya memulai bulan puasa 1 Ramadan pada 22 Maret 2023. Saat itu, Thomas menerangkan, terjadi ijtimak pada pukul 00.23 WIB sehingga puasa dimulai sejak subuh. “Secara hukum fikih, dasar penetapan bulan baru hijriah harus berdasarkan pengamatan atau posisi bulan saat maghrib,” kata dia.
Ormas Islam Muhammadiyah telah mengumumkan Idul Fitri pada 21 April. Sementara sesuai kriteria baru yang mensyaratkan tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat, kata Thomas, pada 21 April diprediksi belum terlihat hilal saat petang sehingga Idul Fitri ditetapkan 22 April. "Kepastiannya menunggu pengumuman pemerintah setelah sidang isbat," katanya.
Peneliti di Pusat Riset Antariksa BRIN lainnya, Andi Pangerang, mengatakan kriteria penanggalan hijriah dari Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) mengatur soal gerhana matahari untuk menentukan awal bulan qomariah. “Sebetulnya bisa jika puncak gerhana matahari di mulai pagi saat matahari terbit dan minimal selesai antara pukul 07.00-08.00 waktu setempat,” kata dia.
Kalkulasinya, sejak selesai gerhana di pagi itu hingga matahari terbenam sore ada selang waktu selama 12-13 jam yang setara dengan elongasi 6,4 derajat yang sesuai syarat MABIMS. Adapun waktu gerhana matahari sebagian dan total pada 20 April di Indonesia menurut Andi, waktu puncaknya antara pukul 10.00-11.00.
“Menurut MABIMS gerhana dapat dipakai asalkan puncak gerhana terjadi saat matahari mulai terbit di wilayah yang dilalui gerhana sebagian, total, cincin, atau hibrida itu,” katanya.
Pilihan Editor: Kejutkan Sebagian Warga, Cahaya Misterius di Langit Malam Jakarta Diduga Layang-layang