TEMPO.CO, Jakarta - Baru-baru ini titik koordinat Gedung DPR dan MPR RI di Google Maps ramai disorot warganet. Sebab, nama lokasi di yang tercantum di Google Maps telah berubah.
Bukan hanya satu, ada beberapa nama yang dicantumkan pada bangunan tempat kerja para wakil rakyat tersebut. Nama yang disematkan berupa kata-kata kasar hingga sindiran soal kinerja anggota dewan di Senayan.
Nama Gedung DPR di Google Maps
Perubahan nama gedung DPR ramai diperbincangkan setelah warganet mengunggah tangkapan layar Google Maps di media sosial. Salah satunya adalah akun @recehtapisayng. “Siapa yang buat ini woi”, tulisnya.
Beberapa umpatan yang tertera pada Ahad, 2 Juli 2023, antara lain Peternakan Tikus, Pembasmi Tikus, Kantor Petugas Partai, Tempatnya Bu Mega Puan, Perkumpulan Tikus Berdasi, Bibit Tikus Unggul Siap Kawin, Dewan Penindas Rakyat, DPR mata duitan, Kebun Binatang Jahanam, Sarangnya Tikus-tikus Kantor sampai Gedung Korupsi.
Namun, berdasarkan pantauan Tempo pada Selasa, 4 Juli 2023 pukul 17.43 WIB di Google Maps, tak ada lagi nama umpatan yang tertera. Sebelumnya, umpatan di Google Maps yang tampak jelas ketika layar diperbesar kini telah hilang seluruhnya.
Saat ini, Gedung DPR/MPR RI memperoleh penilaian (rating) sebesar 3,7 dan ulasan sebanyak 598 di Google Review. Ulasan didominasi oleh kritikan dari masyarakat, seperti yang ditulis akun, A**an Tq.
“Tempatnya bagus, rapi, nyaman, oke deh pokoknya, apalagi dibangun pake uang rakyat, tapi aneh loh, bangunan sebagus dan semegah ini yang ngisi dikit, padahal kursi di dalemnya banyak, apalagi pas rapat penting. Saya sih sebelumnya gak pernah ke sini, eh sekalinya main ke sini udah ada kawat berduri dan polisi bertameng di depannya… Oh ya sebenarnya saya gak berani masuk, karena kabarnya sekali masuk, pendengaran jadi terganggu, gak bisa dengar suara dari luar, apalagi suara orang kecil…”, tulis komentar Ahsan Tq yang disukai 47 orang.
Gedung DPR pernah dijual
Pada 2020, gedung DPR juga pernah mendapat sorotan. Gedung DPR dijual di berbagai e-commerce atau toko online. Harga yang dijual pun bervariasi, mulai dari Rp 2.500 sampai ratusan juta rupiah. Hal ini diduga dilakukan warganet sebagai bentuk protes atas disahkannya UU Cipta Kerja.
Sejarah Komplek DPR
Rancangan komplek MPR/DPR/DPD Republik Indonesia dibuat oleh Soejoedi Wirjoatmodjo pada 8 Maret tahun 1965. Dalam situs mpr.go.id, gedung yang berbentuk kubah dengan setengah lingkaran melambangkan kepakan sayap burung yang akan lepas termasuk salah satu karya Soejoedi yang mengangkat nilai-nilai tradisi Indonesia.
Budi A. Sukada, penulis buku Membuka Selubung Cakrawala Arsitek Soejoedi menyatakan, Soejoedi merupakan arsitek yang memperbarui wacana struktur Indonesia menjadi arsitektur modern berdasarkan prinsip-prinsip arsitektur modern.
Pembangunan gedung DPR/MPR yang beralamat di Jalan Gatot Subroto No.1, Senayan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat ini merupakan sebuah proyek political venues dari Soekarno untuk kepentingan konferensi internasional. Namun, tujuan tersebut berubah setelah Seoharto menjadi Presiden RI.
Melalui Surat Keputusan Presidium Kabinet Ampera Nomor 79/U/Kep/11/1966 tanggal 9 November 1966, pembangunan kemudian diperuntukkan sebagai Gedung MPR/DPR RI. Gedung ini diharapkan dapat digunakan sebagai tempat persidangan para wakil rakyat untuk menjunjung tinggi prinsip kedaulatan rakyat.
NIA HEPPY | MELYNDA DWI PUSPITA (CW)
Pilihan Editor: Samsung Galaxy Z Flip5 Akan Menjalankan Google Maps pada Tampilan Sekundernya