Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jejak Kasus Antraks di Indonesia, Ternyata Sudah Ada Sejak 1884

Reporter

image-gnews
Petugas Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan memeriksa kesehatan mata hewan kurban jelang perayaan Hari Raya Idul Adha di tempat penampungan hewan kurban, Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 15 Juli 2021. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan fisik serta pengambilan sampel darah, feses, dan tanah untuk memastikan tidak adanya penyakit antraks dan kelayakan hewan kurban. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Petugas Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan memeriksa kesehatan mata hewan kurban jelang perayaan Hari Raya Idul Adha di tempat penampungan hewan kurban, Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 15 Juli 2021. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan fisik serta pengambilan sampel darah, feses, dan tanah untuk memastikan tidak adanya penyakit antraks dan kelayakan hewan kurban. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Iklan

TEMPO.CO, JakartaAntraks sebabkan tiga warga Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meregang nyawa pada Selasa, 4 Juli 2023. Penyakit yang diakibatkan oleh bakteri Bacillus anthracis tersebut menyerang hewan pemakan tumbuhan (herbivora) liar maupun ternak dan menularkannya kepada manusia. Selain di Gunungkidul, apa saja kasus Antraks yang pernah terjadi di Indonesia? 

Daftar Kasus Antraks di Indonesia

Sebagaimana Pedoman Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Hewan Menular (PHM) Seri Penyakit Anthrax (2016) oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian (Kementan) RI, berikut sejarah penyebaran antraks di Tanah Air. 

1.    1884

Berita ternak kerbau yang menderita penyakit menyerupai antraks di daerah Teluk Betung (Lampung) dilaporkan dalam Javasche Courant. 

2.    1885

Kemudian, Kolonial Verslag menyampaikan kabar lebih jelas. Temuan kasus di Buleleng (Bali), Lampung, dan Palembang (Sumatera Selatan). 

3.    1986

Selang setahun, kasus antraks di Indonesia kembali terjadi, tepatnya di 12 daerah dari 34 provinsi. Wilayah yang terjangkit meliputi Karawang (Jawa Barat), Madura (Jawa Timur), Probolinggo (Jawa Timur), Banten, Padang (Sumatera Barat), Palembang, Bengkulu Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Pulau Rote (Nusa Tenggara Timur). 

4.    1906

Masuknya penyakit antraks ke Tanah Air pada abad ke-19 diduga berasal dari sapi perah Eropa dan sapi Ongole Asia Selatan. Dalam buku tahunan Departement van Landbouw, Nijverheden Handel, selama 1906 sampai 1921 terjadi wabah ternak. Kemudian berdasarkan catatan Sumanegara (1958), sebaran terjadi di 14 provinsi antara 1906-1957. 

5.    1910

Mengacu pada buku tahunan yang sama (diberi nama Pusat Jawatan Kehewanan sejak 1942), letupan wabah pada ternak terjadi di seluruh Pulau Sumatera. 

6.    1914

Penyakit bakterial bersifat menular akut pada hewan kembali terdeteksi di Padang, Palembang, dan Bengkulu. 

7.    1927-1928

Padang, Palembang, Bukittinggi, dan Jambi lagi-lagi dilaporkan terserang wabah antraks. 

8.    1930

Dua tahun kemudian, Bacillus anthracis pada ternak ditemukan di Palembang, Medan, dan Sibolga. 

9.    1957

Menurut Sumanegara (1958), kejadian wabah pada 1906-1957 terdapat di daerah Palembang, Jambi, Padang, Bengkulu, Medan, Bukittinggi, Sibolga, Jakarta, Bogor, Banten, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Solo, Banyumas, Madura, Madiun, Bojonegoro, Manado, Palu, dan Donggala. 

10.    1975

Kejadian antraks di Jambi dilaporkan memiliki morbiditas (keadaan tidak sehat) tertinggi hingga menyentuh 53 per 100.000 ekor. Sedangkan di provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, tingkat morbiditas lebih rendah, sebesar 15 setiap 10.000 ternak. 

11.    1980

Saat musim kering, ternak di Sumba Timur memakan rumput sampai ke akar yang ternyata mengandung spora antraks. Akibatnya jenis hewan yang paling banyak kehilangan nyawa, yaitu kuda, sapi, kerbau, babi, serta anjing. 

12.    1986

Tercatat, kasus antraks di Indonesia pada 1986, tepatnya di Bengkulu dan Mentawai, Sumatera Barat. 

13.    1989

Ternak di Mentawai dan Jambi kembali dilaporkan menderita gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh Bacillus anthracis. 

14.    1990

Sapi perah eks impor Amerika Serikat yang didatangkan ke Jawa Tengah (Semarang, Salatiga, dan Boyolali) ternyata membawa bibit penyakit antraks. 

15.    1999

Kasus antraks pertama kali menyerang manusia dilaporkan terjadi di Purwakarta, Jawa Barat pada 1999. Sebanyak 32 orang terkena, tetapi beruntung sembuh diobati. Sumber penularan berasal dari 150 ekor burung unta dan 3.324 ekor telah dimusnahkan. 

16.    2003

Ada 14 provinsi (37 kota/kabupaten) yang dinyatakan sebagai daerah endemis antraks di Indonesia. Temuan kasus penyakit pada 2003 di Yogyakarta. 

17.    2010

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kabupaten Sragen, Maros, Pangkep, dan Kabupaten Gowa disebutkan mengalami wabah yang sama pada 2010. 

18.    2011

Masih di Sragen dan merembet ke Boyolali serta terjadi di Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur. 

19.    2012

Wabah kembali menyebar di Sulawesi Selatan, tepatnya Kabupaten Takalar. 

20.    2013

Sekitar Juni-Juli 2013, Maros dan Takalar masih harus bergulat dengan penyakit antraks. 

21.    2014

Kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan (Gowa, Maros, Sidrap, dan Bone) kembali mencatatkan temuan bakteri penyakit radang limpa pada ternak. Kemudian wabah diikuti oleh Blitar, Jawa Timur. 

22.    2015

Kabupaten Sidrap, Maros, dan Gowa belum bisa pulih dari wabah yang dialami. 

23.    2016

Tak hanya Sidrap, Gowa, Maros, ada Pinrang yang disebut kembali harus berkutat dengan permasalahan penyakit antraks pada hewan. Selanjutnya, ada Sulawesi Barat (Polewali Mandar), Gorontalo (Kabupaten Gorontalo, Kota Gorontalo, dan Bone Bolango), serta Jawa Timur (Pacitan) yang turut terserang. 

24.    2017

Terdapat 77 kasus pada manusia yang tersebar di Gorontalo, Jawa Timur, Yogyakarta, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur. 

25.    2018

Kasus antraks pada manusia terdeteksi pada 9 orang di wilayah Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. 

26.    2019

Dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, kasus antraks dilaporkan di Gunungkidul sejak 21 Mei sampai 27 Juni 2019. 

27.    2020

Pada 28 Desember hingga 13 Januari 2020, Kemenkes menerima laporan adanya 21 warga di Gunungkidul yang mengeluhkan gejala antraks. 

28.    2021

Ada 21 kasus yang dicatatkan menyerang ternak di Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat. 

29.    2022

Sebanyak 23 warga Gunungkidul terjangkit penyakit yang dikenal dengan nama radang limpa setelah sejumlah ternak mati. 

30.    2023

Kasus antraks di Indonesia terakhir kali dan terbaru pada 2023 ditemukan di Gunungkidul yang sudah terdeteksi sejak April lalu. 

Pilihan editor:  Antraks Gunungkidul Diyakini Berawal dari Tradisi Ini

MELYNDA DWI PUSPITA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kemarau Sampai Oktober, Status Siaga Darurat Kekeringan Gunungkidul Diperpanjang

11 hari lalu

Pihak ketiga memberikan bantuan air bersih kepada warga Panggang di Kabupaten Gunungkidul, DIY. (ANTARA/HO-Dokumen BPBD
Kemarau Sampai Oktober, Status Siaga Darurat Kekeringan Gunungkidul Diperpanjang

Status siaga darurat di Gunungkidul diperpanjang karena BMKG memprakirakan kemarau akan berlangsung sampai Oktober.


6 Fakta Pantai Wediombo di Yogyakarta, Bekas Gunung Api Purba dan Tempat Penyu Bertelur

19 hari lalu

Pantai Wediombo mempunyai sudut pandang yang luas, cocok untuk menikmati matahari terbenam via TEMPO/Rahmat Setiadi
6 Fakta Pantai Wediombo di Yogyakarta, Bekas Gunung Api Purba dan Tempat Penyu Bertelur

Selain pemandangan matahri terbenam, Pantai Wediombo juga memiliki terumbu karang yang masih terjaga.


Pantai Wediombo Yogyakarta Bakal jadi Kawasan Konservasi, Ada Zona Terlarang untuk Wisata

19 hari lalu

Pantai Wediombo mempunyai sudut pandang yang luas, cocok untuk menikmati matahari terbenam via TEMPO/Rahmat Setiadi
Pantai Wediombo Yogyakarta Bakal jadi Kawasan Konservasi, Ada Zona Terlarang untuk Wisata

Pantai Wediombo dinilai memiliki terumbu karang yang dalam kondisi baik, bisa jadi pelindung sekaligus tempat mencari makan berbagai biota laut.


Aloe Land Kampung Edukasi Aloe Vera di Nglipar, Alternatif Wisata di Gunungkidul

22 hari lalu

Aloe Land, Kampung Edukasi Aloevera di Katongan, Nglipar, Gunungkidul, Yogyakarta. TEMPO/S. Dian Andryanto
Aloe Land Kampung Edukasi Aloe Vera di Nglipar, Alternatif Wisata di Gunungkidul

Berkunjung ke Gunungkidul, Yogyakarta bisa kunjungi destinasi wisata alternatif selain pantai. Ada Aloe land, Kampung Edukasi Aloe Vira.


Wirausaha Aloe Vera Alan Efendhi Bukan Sekadar Tanaman Hias Lidah Buaya Biasa

23 hari lalu

Alan Efendhi CEO Mount Vera Sejati (Rasane Vera). TEMPO/S. Dian Andryanto
Wirausaha Aloe Vera Alan Efendhi Bukan Sekadar Tanaman Hias Lidah Buaya Biasa

Alan Efendhi melakukan pemberdayaan masyarakat untuk budidaya aloe vera di Gunungkidul, Yogyakarta. Ini kisah merintis hingga suksesnya.


Kisah Mbah Sarno, Mantan Militer Sukarela Tinggal di Gubuk Bekas Kandang Kini Dapat Bantuan Presiden

36 hari lalu

Mbah Sarno (baju cokelat) saat menerima bantuan presiden Senin 5 Agustus 2024. Dok.istimewa
Kisah Mbah Sarno, Mantan Militer Sukarela Tinggal di Gubuk Bekas Kandang Kini Dapat Bantuan Presiden

Sarno, 84 tahun, mantan anggota Militer Sukarela kini hidup tanpa berpenghasilan dan sebatang kara di sebuah gubuk bekas kandang ayam


Bangkai Lumba-lumba Sepanjang Dua Meter Ditemukan di Pantai Gunungkidul Yogyakarta

42 hari lalu

Temuan bangkai ikan diduga lumba-lumba di pantai Gunungkidul Yogyakarta Selasa (30/7). Dok.istimewa
Bangkai Lumba-lumba Sepanjang Dua Meter Ditemukan di Pantai Gunungkidul Yogyakarta

Terdamparnya ikan tersebut ke Pantai Sepanjang Yogyakarta bisa dipicu sejumlah faktor, antara lain usianya tua, sakit, atau terpisah dari kelompoknya


Tambang Ilegal di Gunungkidul, 14 Orang Diperiksa Polisi

49 hari lalu

Ilustrasi tambang. Foto: Polda Aceh
Tambang Ilegal di Gunungkidul, 14 Orang Diperiksa Polisi

Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (Polda DIY) memeriksa 14 orang terkait praktik tambang ilegal di Kabupaten Gunungkidul.


Pemda Yogyakarta Tutup 4 Tambang Ilegal dan Stop Aktivitas Penambangan di 32 Titik Lainnya

55 hari lalu

Ilustrasi Tambang Ilegal. Dok.TEMPO/Jumadi
Pemda Yogyakarta Tutup 4 Tambang Ilegal dan Stop Aktivitas Penambangan di 32 Titik Lainnya

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) belakangan gencar melakukan penindakan aktivitas penambangan di berbagai kabupaten/kota provinsi itu pasca munculnya aduan masyarakat dan beredar di media sosial.


Berpotensi Rusak Alam, Sultan HB X Minta Tambang Ilegal Yogyakarta Ditutup

10 Juli 2024

Wisatawan bersorak gembira usai menyusuri sungai di Gua Pindul di Desa Bejiharjo, Karangmojo Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta, 30 Juli 2016. Dalam wisata tersebut, wisatawan ditawarkan edukasi mengenai bentukan gua khas kawasan karst dan berbagai ornamen di dalamnya, seperti batu krsital, 'moonmilk', stalaktit, dan stalagmit. TEMPO/Fardi Bestari
Berpotensi Rusak Alam, Sultan HB X Minta Tambang Ilegal Yogyakarta Ditutup

Sektor pariwisata di Yogyakarta sangat didukung kelestarian alam, kawasan karst jadi sorotan.