Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cuaca Basah Musim Kemarau Bikin Titik Panas Berkurang

image-gnews
Pengendara kendaraan bermotor melintas di tengah kabut asap akibat kebakaran lahan di Kecamatan Liang Anggang, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Jumat 23 Juni 2023. Berdasarkan tabel kualitas udara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada Jumat (23/6) kualitas udara di Banjarbaru mengalami kenaikan dari baik ke sedang hal ini diakibatkan salah satunya dampak kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang mulai meluas di Kalsel. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
Pengendara kendaraan bermotor melintas di tengah kabut asap akibat kebakaran lahan di Kecamatan Liang Anggang, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Jumat 23 Juni 2023. Berdasarkan tabel kualitas udara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada Jumat (23/6) kualitas udara di Banjarbaru mengalami kenaikan dari baik ke sedang hal ini diakibatkan salah satunya dampak kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang mulai meluas di Kalsel. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pada bulan Juli sebagian wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau dengan pantauan satelit beberapa waktu lalu memperlihatkan titik panas (hotspot) di sejumlah pulau di Indonesia.

Namun, menurut Didi Satiadi, peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dengan kondisi cuaca belakangan ini lebih basah, hal ini membuat distribusi hotspot terpantau cenderung berkurang dalam tiga hari terakhir.

“Jumlah hotspot terpantau berkurang hampir di semua wilayah, termasuk Pulau Sumatra, Kalimantan dan Jawa,” ujar Didi lewat pesan singkat, 7 Juli 2023. Data itu berdasarkan pantauan berbagai satelit pada 5-7 Juli, yaitu satelit Terra/Aqua/SNPP/NOAA2 yang diperoleh dari BRIN, KLHK, dan NASA.

Adanya hujan cenderung mengurangi jumlah hotspot karena hujan dapat membasahi vegetasi dan mencegah terjadinya kebakaran, mengendalikan atau bahkan menghentikan penyebaran api, serta mengurangi intensitas hotspot.

Menurutnya, walaupun hotspot mengindikasikan adanya panas/api, namun belum tentu berasal dari karhutla. Didi menjelaskan berbagai kemungkinan, seperti aktivitas gunung api, flare gas, aktivitas industri, aktivitas manusia, pantulan sinar matahari. Untuk memastikannya, perlu pengecekan langsung di lapangan.

Selain itu, suhu permukaan laut (SST) juga masih relatif tinggi di perairan Indonesia pada saat ini. “SST yang tinggi tersebut menghasilkan penguapan dan kelembaban yang relatif tinggi di wilayah Indonesia,” jelasnya.

Pantauan satelit juga memperlihatkan suplai uap air dan dinamika atmosfer mendorong proses konveksi, pembentukan awan dan hujan di sejumlah wilayah, termasuk Jakarta, Jawa Timur, dan Bali. Hal yang sama juga terjadi sejumlah wilayah di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sementara itu, angin selatan yang relatif kuat juga menyebabkan gelombang tinggi terutama di Samudra Hindia, sebelah selatan Pulau Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara.

Cuaca Saat Ini

Menurut Didi, saat ini wilayah Indonesia juga menghadapi fenomena El-Nino, yang dapat meningkatkan kondisi kering saat musim kemarau. El-Nino merupakan fenomena yang dihasilkan oleh interaksi antara atmosfer dan lautan.

Pada saat ini kondisi atmosfer dan lautan belum sepenuhnya saling memperkuat secara konsisten, sehingga sirkulasi El-Nino belum sepenuhnya terbangun. Demikian pula kondisi IOD (Indian Ocean Dipole) saat ini masih netral, namun cenderung menguat dalam beberapa bulan ke depan. 

Apabila fenomena IOD positif dan El-Nino terjadi bersamaan, maka efek kering musim kemarau cenderung lebih kuat sehingga perlu diwaspadai. “Terutama terkait potensi kekeringan dan karhutla,” kata Didi. 

Namun, pengaruh dari fenomena gangguan dan gelombang atmosfer seperti sirkulasi siklonik, gelombang atmosfer ekuator, Madden Julian Oscillation (MJO), dan lainnya juga perlu mendapat perhatian karena dapat mengubah pola cuaca. Demikian pula pengaruh dari fenomena perubahan iklim yang semakin meningkat dapat menyebabkan perubahan pola cuaca dan musim yang lebih sulit untuk diprediksi. 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Amandel Berpengaruh pada Kecerdasan Anak, Ini Penjelasan BRIN

1 jam lalu

Radang amandel atau tonsiliti bisa disebabkan virus biasa atau infeksi bakteri.
Amandel Berpengaruh pada Kecerdasan Anak, Ini Penjelasan BRIN

Harimat Hendarwan mengatakan peradangan pada tonsil palatina (amandel) yang berulang dapat berpengaruh terhadap kecerdasan anak.


BRIN Taksir Koleksi Artefak Milik Indonesia Senilai Rp20 Triliun

3 jam lalu

ARTEFAK TERBAIK DUNIA ADA DI INDONESIA
BRIN Taksir Koleksi Artefak Milik Indonesia Senilai Rp20 Triliun

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko memprediksikan valuasi koleksi artefak milik Indonesia yang tersimpan bernilai sekitar Rp20 triliun.


7 Penyakit Saat Cuaca Panas Terik, Waspadai Sebelum Terpapar

6 jam lalu

Ilustrasi wanita di bawah paparan sinar matahari. Freepik.com
7 Penyakit Saat Cuaca Panas Terik, Waspadai Sebelum Terpapar

Dampak cuaca panas terik terhadap kesehatan adalah timbulnya penyakit. Penyakit apa sajakah itu?


BMKG Prediksi Kemarau Kering Berakhir pada Akhir Oktober

10 jam lalu

Warga memanggul air bersih di dasar Waduk Jatigede yang kembali muncul dampak dari menyusutnya volume air waduk akibat kemarau panjang di Desa Cibogo, Kecamatan Darmaraja, Sumedang, Jawa Barat, 3 Oktober 2023. Menurut warga, fenomena surutnya air waduk dan munculnya kampung yang tenggelam sudah mulai berlangsung sejak 3 bulan kebelakang. Waduk Jatigede difungsikan untuk menambah volume tampungan air guna mendukung 90.000 hektare jaringan irigasi, sebagai pemasok air baku, dan pengaman banjir di area seluas 14.000 hektare. TEMPO/Prima mulia
BMKG Prediksi Kemarau Kering Berakhir pada Akhir Oktober

Sesuai prediksi BMKG, puncak dampak El Nino terjadi pada bulan September.


Suhu Udara Kian Panas, Ini Proyeksi Perubahan Cuaca Indonesia Menurut BMKG

10 jam lalu

ilustrasi cuaca panas ekstrim di jabodetabek membuat air kolam di taman Kota Bekasi mengering. Tempo/Ali Anwar
Suhu Udara Kian Panas, Ini Proyeksi Perubahan Cuaca Indonesia Menurut BMKG

BMKG telah memproyeksikan perubahan iklim atau cuaca di Indonesia sampai 2049, bagaimana rincinya?


Prediksi Cuaca: Suhu Bekasi Tembus 37 Derajat, Bogor-Depok Hujan, Jakarta Cerah

12 jam lalu

Warga berjalan di tengah cuaca terik di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Senin, 24 April 2023. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan dinamika atmosfer yang tidak biasa menjadi salah satu penyebab Indonesia mengalami suhu panas dalam beberapa hari terakhir. ANTARA/Fauzan
Prediksi Cuaca: Suhu Bekasi Tembus 37 Derajat, Bogor-Depok Hujan, Jakarta Cerah

Simak prediksi cuaca Jabodetabek hari ini dari BMKG


Kekeringan Akibat Kemarau Panjang, Wali Kota Depok Imbau Salat Istisqa Rabu 4 Oktober

18 jam lalu

Umat Islam melaksanakan salat Istisqa atau salat meminta hujan di halaman Griya Agung Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu, 30 September 2023. Salat tersebut dilaksanakan untuk meminta kepada Allah SWT diturunkannya hujan agar bencana kabut asap yang menyelimuti Kota Palembang segera berakhir. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Kekeringan Akibat Kemarau Panjang, Wali Kota Depok Imbau Salat Istisqa Rabu 4 Oktober

Wali Kota Depok Mohammad Idris akan melaksanakan Salat Istisqa di Lapangan Balai Kota Depok, Rabu, 4 Oktober 2023, pukul 07.00.


Soal Suhu Udara Surabaya Capai 42 Derajat Celcius, Begini Kata BMKG

21 jam lalu

Warga berjalan di tengah cuaca terik di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Senin, 24 April 2023. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan dinamika atmosfer yang tidak biasa menjadi salah satu penyebab Indonesia mengalami suhu panas dalam beberapa hari terakhir. ANTARA/Fauzan
Soal Suhu Udara Surabaya Capai 42 Derajat Celcius, Begini Kata BMKG

Menurut BMKG, cuaca panas masih akan berlangsung pada Oktober.


199 Titik Panas Membara di Kalimantan Timur, BMKG Ingatkan Pelbagai Hal Ini

1 hari lalu

Ilustrasi: Titik kebakaran hutan atau hotspot di Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur. (Antara/HO Pusdalops Kabupaten PPU)
199 Titik Panas Membara di Kalimantan Timur, BMKG Ingatkan Pelbagai Hal Ini

BMKG Stasiun Balikpapan, Senin, mendeteksi adanya 199 titik panas yang tersebar di Provinsi Kalimantan Timur.


Oktober Minim Pertumbuhan Awan, BMKG Nilai Teknologi Modifikasi Cuaca Tidak Efisien

1 hari lalu

Petugas memindahkan karung yang berisi garam untuk dibawa ke pesawat Cassa C-212 milik Skadron IV Lanud Abdulrachman Saleh di Pangkalan Udara Sri Mulyono Herlambang (Lanud SMH) Palembang, Sumatera Selatan, Jumat 10 Juni 2022. Selama operasi TMC di Sumatera Selatan yaitu sejak 27 Mei 2022, sebanyak 12,8 ton garam telah disemai di udara sehingga berhasil membuat hujan dan menaikkan tinggi muka air tanah di kanal-kanal produksi milik perusahaan perkebunan. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Oktober Minim Pertumbuhan Awan, BMKG Nilai Teknologi Modifikasi Cuaca Tidak Efisien

Saat ini operasi Teknologi Modifikasi Cuaca difokuskan untuk menangani bencana kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan.