TEMPO.CO, Jakarta - Pada wisuda program Pascasarjana yang digelar Rabu, 26 Juli lalu, Universitas Gadjah Mada atau UGM meluluskan sebanyak 713 wisudawan. Yang menarik, lebih dari separuhnya adalah perempuan, dan bahkan, sejumlah wisudawan perempuan ini lulus dengan predikat IPK di atas 3.
Salah satunya adalah Liza Angeliya. Ia adalah wisudawan program Doktor yang lulus dengan IPK tertinggi, 4,0.
Penerima beasiswa Kementerian Pertanian ini pun menceritakan perjuangannya untuk bisa lulus kuliah sambil mengurus keluarga. ”Bagi saya membagi waktu antara keluarga dan studi itu sangat penting karena dari memulai studi saya sudah berkeluarga dengan 2 anak," kata dia.
Liza yang menjalani studi S3-nya selama empat tahun di UGM, memboyong dua anak laki-lakinya yang berusia 8 dan 4 tahun ikut pindah sekolah ke Yogyakarta. "Namun suami tetap di Lampung,” ujarnya.
Agar bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu hingga lulus dengan predikat cumlaude, Liza menerapkan strategi belajar dengan menetapkan target yang harus diselesaikan di setiap semesternya. ”Kuncinya, istiqomah, meski sedikit dan pelan, harus tetap dikerjakan satu demi satu dan tak lupa tentunya ridho dan doa dari suami yang selalu mendukung saya untuk melanjutkan studi” kata dia.
Untuk program doktor-nya, Liza membuat disertasi berjudul Molekuler dan Biologis Gen Fusion Hemagglutinin-Neuraminidase Disease yang Diisolasi dari Ayam dan Burung Liar. Liza lulus dalam kurun waktu 3 tahun 10 bulan dan penelitian selama 2 tahun.
Cerita lain datang dari wisudawan Magister Teknik Sipil dengan IPK 4,0, Aisya Galuh Laksita. Ia memang belum berkeluarga, namun perlu membagi waktu kuliahnya dengan pekerjaan.
Di sela-sela kesibukan jadwal kuliah, Aisya harus menyelesaikan pekerjaan di Departemen Fakultas Teknik sebagai asisten dalam bidang akademik, mempersiapkan akreditasi maupun penyusunan kurikulum serta menjadi asisten project dosen dan asisten mata kuliah. ”Saya akan benar-benar memperhatikan dosen pada saat di kelas, dengan mencatat, merekam layar (saat pembelajara online), rajin bertanya dan mengerjakan latihan dari dosen. Di luar itu, saya banyak berdiskusi dengan teman-teman kuliah,” kata dia.
Aisya juga menetapkan deadline untuk dirinya supaya bisa lulus tepat waktu. ”Saya menyusun deadline major yang kemudian dirinci menjadi deadline minor,” ujarnya yang mendapat beasiswa Peningkatan Suasana Akademik (PSA) Departemen MTS, Fakultas Teknik UGM.
Menanggapi fenomena besarnya jumlah wisudawan perempuan ini, pengamat budaya sekaligus dosen dari Fakultas Ilmu Budaya UGM Daru Winarti mengatakan tuntutan zaman dan kebutuhan hidup saat ini membuat perempuan harus bisa mandiri dengan posisi dan penghasilan yang baik supaya mereka bisa lebih dihargai. Menurut dia, untuk meraih itu salah satunya melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
”Di Indonesia, semakin baik tingkat pendidikannya, semakin baik posisi perempuan dalam pandangan masyarakat dan dunia kerja, tentunya tanpa mengabaikan sikap dan perilaku yang dianggap baik oleh masyarakatnya,” kata Daru.
Pilihan Editor: Penutupan PPSMB UGM 2023, Jokowi Sapa Mahasiswa Baru