TEMPO.CO, Jakarta - Kaspersky mengingatkan para orang tua di Indonesia untuk mewaspadai bahaya online di usia sekolah, di mana anak-anak yang menggunakan internet bisa sangat rentan terhadapnya.
Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky mengatakan di masa lalu, pada saat jam sekolah, orang tua paling khawatir dengan raport atau nilai. Kini situasinya berbeda, anak-anak sangat terhubung dan perhatian terbesar orang tua saat ini termasuk upaya untuk menghindari sang anak menjadi sasaran penjahat siber.
“Anak-anak berisiko dibujuk oleh orang asing, diintimidasi secara online, dan bahkan informasi pribadi mereka dicuri di sekolah,” kata Yeo lewat rilis yang dibagikan 21 Agustus 2023. Ia menjelaskan, jika dipandang dari sudut keamanan, pelaku tidak memandang usia dalam mencari target dari pelajar sekolah dasar hingga manula.
Lance Spitzner dari SANS Institute merangkum tiga ancaman utama bagi anak-anak yang tumbuh di dunia terhubung seperti saat ini, yaitu orang asing yang dapat melakukan predator seksual, sextortion, penipuan. Kemungkinan juga datang dari teman berupa cyberbullying, prank, sextortion, contoh buruk.
Namun, bukan tidak mungkin justru anak sendiri yang melakukan berbagi berlebihan, sexting, intimidasi, mengunduh/membagikan konten ilegal.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menunjukkan bahwa anak Indonesia berusia 12-17 tahun merupakan sasaran pelecehan dan eksploitasi seksual online.
Lebih lanjut, hasil penelitian Center for Digital Society (CfDS) per Agustus 2021 berjudul Teenager-Related Cyberbullying Case in Indonesia yang dilakukan terhadap anak (pelajar) usia 13-18 tahun, menyatakan bahwa 1.895 siswa (45,35 persen) mengaku menjadi korban cyberbullying. Sedangkan 1.182 siswa (38,41 pelaku) merupakan pelaku. Platform yang sering digunakan untuk kasus cyberbullying, antara lain WhatsApp, Instagram, dan Facebook.
Laporan Kaspersky juga mengungkapkan bahwa Generasi Z atau mereka yang berusia antara 11 dan 26 tahun adalah kelompok yang terlalu banyak berbagi (oversharing). Walaupun mereka memiliki pengetahuan tentang keamanan online, tetapi paling rentan terhadap penipuan.
Sekitar 55 persen dari yang disurvei mengaku telah memasukkan informasi pribadi mereka di saluran media sosial, seperti nama, tanggal lahir, dan lokasi. Mayoritas sekitar 72 persen dari mereka tidak dapat mengidentifikasi penipuan phishing dan 26 persen mengaku telah menjadi korban penipuan phishing.
Tips untuk orang tua dari Kaspersky:
1. Berkomunikasi secara rutin dengan anak-anak Anda.
2. Mengedukasi diri sendiri dan anak-anak Anda.
3. Bangun suasana keterbukaan dan kenyamanan.
4. Tetapkan batasan.
5. Gunakan sumber daya yang tersedia untuk Anda.
6. Meminta bantuan.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.