TEMPO.CO, Jakarta - Politisi dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Guntur Romli, memilih mengundurkan diri dari partai tempatnya bernaung sejak 5 Agustus 2023. Dia memutuskan hal ini setelah partai pimpinan Giring Ganesha tersebut menerima kunjungan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, pada 2 Agustus 2023 lalu.
Aktivis Nahdlatul Ulama itu juga menyebut jika alasan utamanya mundur adalah karena adanya tanda-tanda bergabungnya PSI dalam koalisi pengusung calon presiden Prabowo Subianto di Pemilu 2024.
"Saya ingin menyampaikan hal yang sebenarnya berat bagi saya karena terkait relasi antara saya dan kawan-kawan yang saya sudah anggap sebagai saudara sendiri dan PSI yang selama ini saya anggap sebagai "rumah politik" saya. Mulai hari ini saya menyatakan keluar dari PSI, sebagai anggota dan kader," kata Guntur, 5 Agustus 2023.
Guntur Romli sebelumnya tercatat sebagai Ketua Umum Kelompok Relawan Ganjarian Spartan. Kelompok ini mendukung Gubernur Jawa Tengah sekaligus kader PDIP, Ganjar Pranowo, sebagai calon presiden.
Lantas, bagaimana riwayat pendidikan dan karier Guntur Romli? Simak rangkuman informasi berikut ini.
Profil Singkat Guntur Romli
Melansir dari situs resmi pribadinya, pemilik nama lengkap Mohamad Guntur Romli atau yang dikenal dengan nama Guntur Romli ini merupakan pria kelahiran 17 Maret 1978 di Asembagus, Situbondo, Jawa Timur. Saat ini, dia merupakan Ketua Umum Ganjarian Spartan Ganjar Pranowo. Selain itu, dia juga mantan anggota dan kader dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Ayah Guntur Romli adalah Achmad Zaini Romli yang merupakan pengasuh pondok pesantren Darul Aitam Arromli di Jangkat, Situbondo. Sementara, ibunya adalah Sri Sungkawa Ningsih yang berprofesi sebagai guru. Pria yang juga akrab disapa GunRomli ini menikah dengan seorang aktivis perempuan bernama Nong Darol Mahmada dan dikaruniai dua orang putri.
Riwayat Pendidikan Guntur Romli
Guntur Romli menyelesaikan pendidikan tingkat dasar dan menengah umum serta pendidikan keislaman di pesantren yang dikelola oleh ayahnya, Darul Aitam Arromli di Jangkat, Situbondo, Jawa Timur. Dia menyelesaikan pendidikannya pada 1992 setelah belajar sejak usia dini.
Selanjutnya, pada 1992 hingga 1997, GunRomli melanjutkan pendidikannya di Tarbiyatul Muallimin al-Islamiyah Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Sumenep, Madura. Kemudian pada 1997-1998, dia menjadi guru bantu atau ustadz di almamaternya.
Dia juga melanjutkan kuliah di Pesantren Tinggi Al-Amien (PTA) dan Sekolah tinggi Ilmu Agama Islam (STIDA) Al-Amien Fakultas Tarbiyah. Dia pun menjadi penanggung jawab untuk majalah bahasa Arab “Al-Wafa”.
Pada 1998, Guntur Romli memperoleh beasiswa dari Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir. Dia pun melanjutkan studi keislamannya dengan mengambil fokus pendidikan di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Aqidah Falsafah.
Karier Guntur Romli
Guntur Romli aktif berorganisasi ketika menjadi mahasiswa. Saat sedang melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir, Guntur aktif di Nahdlatul Ulama (NU) Mesir. Pada awalnya, dia menjadi anggota Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Mesir sebelum akhirnya menjadi Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Mesir. Pada 2002-2004, dia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Tanfidziyah PCI NU Mesir.
Selama menyelesaikan pendidikannya di Mesir, dia juga aktif menjadi koresponden Majalah Panji Masyarakat Wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara dari 2002-2004. Di tahun yang sama, dia pun menjadi wartawan majalah GATRA wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara 2002-2004.
Tak hanya itu, Guntur juga kerap menulis isu-isu politik Timur Tengah, keislaman dan kebudayaan di surat-surat kabar Tanah Air. Mulai dari Kompas, Jawa Pos, Republika, Suara Pembaruan, Media Indonesia, Pikiran Rakyat, hingga Koran Tempo, dan lain sebagainya.
Setelah menghabiskan beberapa tahun di Mesir, Guntur akhirnya kembali ke Indonesia pada akhir 2004. Dia pun sempat bergabung di Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) di Jakarta.
Pada November 2005, dia menjadi pemandu acara bersama Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang rutin digelar setiap hari Sabtu dan disiarkan oleh lebih dari 70 jaringan radio di Indonesia. Acara ini berlangsung hingga 2009 menjelang wafatnya Gus Dur.
Guntur Romli juga pernah bergabung dalam beberapa komunitas yang fokus pada isu kesenian dan kebudayaan. Seperti Komunitas Utan Kayu dan Komunitas Salihara. Dia pun aktif dalam berbagai organisasi lintas agama, advokasi hak-hak sipil, dan hak asasi manusia.
Sejak 2012, dia merupakan salah satu pendiri organisasi Garda Satwa Indonesia (GSI) yang peduli terhadap hak dan kesejahteraan satwa. Selain itu, dia juga kerap tampil di berbagai acara televisi sebagai Analis Politik Timur Tengah dan isu-isu keislaman, khususnya radikalisme dan terorisme.
RADEN PUTRI
Pilihan Editor: Di Hadapan Maba UNS, Bahlil Lahadalia Ungkap Rumus Jadi Kaya Raya