TEMPO.CO, Jakarta - Sahrul Ramadhan menjemput mimpinya berkuliah di luar negeri tahun ini. Melalui program Indonesian International Student Mobility Award (IISMA), mahasiswa D3 ini akan belajar di kampus impiannya, Kangwon National University (KNU) di Korea Selatan. Bersama 12 penerima beasiswa IISMA lainnya, dia bertolak ke Korea Selatan pada Rabu, 30 Agustus 2023.
Sahrul merupakan mahasiswa vokasi D3 jurusan Teknik Elektro di Politeknik Manufaktur Bangka Belitung (Polman Babel). Di Korea Selatan, dia akan belajar kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan perangkat lunak atau software.
“Awalnya ingin ke luar negeri itu untuk kerja. Tapi alhamdulillah, doanya dijawab lebih awal dan malah untuk belajar,” kata Sahrul di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang sebelum berangkat ke Korea Selatan, dikutip dari situs Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Keluarga Sahrul bukan berasal dari kalangan berada. Orang tuanya adalah mantan kuli bangunan yang saat ini berprofesi sebagai pencetak batako. Karena kondisi ekonominya itu, Sahrul kuliah dengan beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.
“Jadi, karena nenek sakit-sakitan akhirnya ayah berhenti jadi kuli bangunan, terus buat usaha batako sambil jagain nenek. Batako kami buat sendiri, cetak sendiri, kemudian dijual sendiri,” kata anak sulung dari dua bersaudara pasangan Dedy Effendi dan Susila ini.
Menurut Sahrul, usaha mencetak batako tersebut sudah dilakoni ayahnya sejak dia masih duduk di bangku sekolah dasar. Untuk menopang ekonomi keluarga, sang ibu, Susila, juga pernah bekerja sebagai perawat bayi atau babysitter.
“Tapi setelah ayah cetak batako sendiri, ibu kemudian berhenti bekerja. Apalagi, ibu juga harus merawat nenek yang sakitnya semakin parah,” kata Sahrul yang menyebut sang ayah juga menjadi marbot masjid, sementara dia menjadi guru mengaji di Taman Pendidikan Al Quran (TPA).
Meski membuka usaha cetak batako, bukan berarti ekonomi keluarga Sahrul berlimpah. Karena masih dikerjakan secara manual, batako-batako tersebut hanya melayani kebutuhan untuk tetangga. Sesekali pesanan memang masuk via daring atau dari mulut ke mulut.
Karena itu, Sahrul harus mengurus beasiswa demi bisa terus melanjutkan sekolah, termasuk untuk bisa kuliah. Apalagi, sebagai anak sulung dia pun masih memiliki adik yang juga membutuhkan biaya pendidikan.
“Jadi, saya tidak pernah berani minta uang untuk les bahasa Inggris. Belajar bahasa Inggrisnya otodidak dari nonton film yang ada subtitle-nya,” kata Sahrul tentang penguasaan bahasa Inggrisnya yang cukup baik dan membantunya mendapatkan beasiswa IISMA 2023.
Sementara untuk tes TOEIC, Sahrul mengandalkan program gratisan dari kampus. Menurut Sahrul, Polman Babel memberikan dukungan pembiayaan tes TOEIC gratis untuk para calon awardee jika bisa mencapai skor tertentu.
“Untungnya saya sekali langsung lolos,” tambah Sahrul yang juga merupakan alumni SMKN 2 Pangkalpinang ini.
Kesederhanaan hidup yang dijalani selama ini pada akhirnya mendorong Sahrul bertekad kuat untuk mengubah nasibnya. Baginya, tidak ada jalan lain untuk mengubah nasibnya selain melalui pendidikan.
“Saya ingin sepulang dari sana, ilmu yang saya dapat di KNU bisa dilanjutkan untuk membuat tugas akhir, dan setelah lulus saya akan kembali ke sana untuk melanjutkan kuliah maupun bekerja di sana,” kata Sahrul.
Ketua IISMA Polman Babel, Dedy Ramdhani Harahap mengatakan bahwa tahun ini sebanyak lima orang awardee asal Polman Babel akan menjalankan studi di tiga negara berbeda, yakni satu orang ke Korea Selatan, tiga orang ke Taiwan, dan satu orang lagi ke Inggris. Tahun lalu, hanya dua orang saja yang berhasil lolos, masing-masing ke Jerman dan Taiwan.
“Kami berharap para mahasiswa dapat memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin sebagai bekal untuk masa depan mereka nantinya,” kata Dedy.
Pilihan Editor: Alasan Nadiem Hapus Syarat Publikasi di Jurnal untuk Mahasiswa S2-S3, Halau Jurnal Predator