Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mikroplastik Mengepung Kita, Ini Bahayanya Bagi Lingkungan

image-gnews
Kandungan mikroplastik dari hasil penelitian atas tiga merek air mineral dalam kemasan saat diteliti di laboratorium FMIPA-Universitas Indonesia, Depok, Rabu (14/3). (foto: TEMPO/ Gunawan Wicaksono)
Kandungan mikroplastik dari hasil penelitian atas tiga merek air mineral dalam kemasan saat diteliti di laboratorium FMIPA-Universitas Indonesia, Depok, Rabu (14/3). (foto: TEMPO/ Gunawan Wicaksono)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Plastik adalah bagian tak terhindarkan dalam kehidupan modern manusia. Namun, seiring dengan kenyamanan dan fleksibilitasnya, plastik juga telah membawa masalah serius ke lingkungan. Salah satu masalah paling mendalam yang dihadapi saat ini adalah mikroplastik. Meskipun ukurannya kecil, dampaknya bisa sangat besar.

Pengertian Mikroplastik

Seperti namanya, mikroplastik adalah partikel plastik yang sangat kecil. Menrurut National Geography, benda ini didefinisikan sebagai plastik yang memiliki diameter kurang dari lima milimeter, lebih kecil dari sebutir beras.

Terdapat dua kategori mikroplastik primer dan sekunder. Mikroplastik primer adalah partikel-partikel kecil yang didesain untuk penggunaan komersial, seperti dalam produk kosmetik, serta serat-serat mikro yang terlepas dari pakaian dan tekstil lainnya, seperti jaring ikan.

Mikroplastik sekunder adalah partikel-partikel yang hasil dari penguraian benda plastik yang lebih besar, seperti botol plastik. Penguraian ini disebabkan oleh paparan faktor-faktor lingkungan, terutama radiasi matahari dan gelombang laut.

Sumber Mikroplastik

Masalah utama mikroplastik adalah berapapun ukurannya, plastik tidak mudah terurai menjadi molekul yang tidak berbahaya. Plastik dapat memakan ratusan atau ribuan tahun untuk terurai sepenuhnya dan selama itu, merusak lingkungan.

Di pantai, mikroplastik terlihat sebagai butiran plastik kecil berwarna-warni di pasir. Di lautan, polusi mikroplastik seringkali dikonsumsi oleh hewan laut. Dilansir dari Environment America, ada beberapa sumber utama yang diketahui menghasilkan polusi mikroplastik ini.

Pertama, mikroplastik dapat berasal dari mikrobola plastik, yaitu butiran plastik kecil yang digunakan dalam produk perawatan pribadi. Kedua, serat sintetis yang terlepas dari pakaian, tekstil, dan mesin cuci juga menjadi sumber mikroplastik ketika mereka masuk ke infrastruktur air limbah yang sulit difilter sepenuhnya oleh fasilitas pengolahan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain itu, mikroplastik dapat terbentuk dari pecahan plastik kemasan yang rusak. Proses industri juga menghasilkan partikel plastik kecil, dan paparan sinar UV, perubahan suhu, serta tekanan fisik dapat menyebabkan plastik berdebu. Pengerjaan jalan dan penggunaan cat yang mengandung bahan plastik juga dapat menyebabkan debu jalan yang mengandung mikroplastik.

Akhirnya, hilangnya "nurdles," bahan baku mentah yang digunakan untuk membuat produk plastik baru, juga berkontribusi pada jumlah besar mikroplastik yang hilang setiap tahunnya. Semua sumber ini berperan dalam penyebaran mikroplastik di berbagai lingkungan.

Bahaya bagi Lingkungan

Mikroplastik telah terdeteksi dalam organisme laut mulai dari plankton hingga paus, dalam makanan laut komersial, dan bahkan dalam air minum. Bahaya mikroplastik, fasilitas pengolahan air minum standar tidak dapat menghilangkan semua jejak mikroplastik. Untuk mempersulit masalah, mikroplastik di laut dapat berikatan dengan zat kimia berbahaya lainnya sebelum dikonsumsi oleh organisme laut.

Ilmuwan masih belum yakin apakah mikroplastik yang dikonsumsi berbahaya bagi kesehatan manusia atau hewan - dan jika ya, bahaya apa yang spesifik yang mungkin ditimbulkan. Namun, banyak negara sedang mengambil tindakan untuk mengurangi mikroplastik di lingkungan.

Resolusi PBB tahun 2017 membahas mikroplastik dan perlunya regulasi untuk mengurangi ancaman ini terhadap laut kita, kehidupan laut, dan kesehatan manusia.

Pilihan Editor: Peneliti Jepang Temukan Mikroplastik di Awan, Tjandra: Dapat Picu Kerusakan Paru-paru

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Upaya Wali Kota Zul Elfian Wujudkan Solok Kota Bersih dan Hijau

4 hari lalu

Upaya Wali Kota Zul Elfian Wujudkan Solok Kota Bersih dan Hijau

Solok berhasil kurangi sampah 10 persen


Jadi Duta WWF Ke-10, Berikut Cara Cinta Laura Tingkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Konservasi Air

5 hari lalu

Cinta Laura/Foto: Instagram/Cinta Laura
Jadi Duta WWF Ke-10, Berikut Cara Cinta Laura Tingkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Konservasi Air

Cinta Laura menjelaskan strategi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya konservasi dan manajemen sumber daya air yang berkelanjutan.


Upaya Pengelolaan dan Pengurangan Sampah di Daerah

6 hari lalu

Upaya Pengelolaan dan Pengurangan Sampah di Daerah

Masalah sampah bisa menjadi bencana jika penanganannya tidak komprehensif dan berkelanjutan.


Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

6 hari lalu

Kandungan mikroplastik dari hasil penelitian atas tiga merek air mineral dalam kemasan saat diteliti di laboratorium FMIPA-Universitas Indonesia, Depok, Rabu (14/3). (foto: TEMPO/ Gunawan Wicaksono)
Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

Penelitian menunjukkan bahwa hampir semua makanan kita mengandung mikroplastik, dalam bentuk apa saja? Apa bahaya bagi kesehatan?


Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

6 hari lalu

Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain River Warrior Indonesia (Riverin) Bergabung dalam Pawai untuk mengakhiri Era Plastik, Ottawa, Kanada 21 April 2024. Foto dok: ECOTON
Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.


IMD Rilis Hasil Survei Smart City Index dan Persoalannya, Tiga Kota di Indonesia Masuk Daftar

6 hari lalu

Warga berolahraga di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu 14 April 2024. Hari bebas kendaraan bermotor atau cara free day (CFD) masih ditiadakan di DKI Jakarta usai Lebaran 2024. Namun, sejumlah warga masih terlihat meramaikan kawasan Bundaran HI. TEMPO/Subekti.
IMD Rilis Hasil Survei Smart City Index dan Persoalannya, Tiga Kota di Indonesia Masuk Daftar

Jakarta, Medan, dan Makassar masuk dalam daftar survei Smart City Index 2024.


Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

6 hari lalu

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita . (ANTARA/HO-Kementerian Perindustrian/rst)
Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menyatakan impor untuk komoditas bahan baku plastik kini tidak memerlukan pertimbangan teknis lagi.


Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

7 hari lalu

Konferensi pers kandungan racun dalam pelet plastik daur ulang yang dilakukan Ecoton di Gresik, Jawa Timur, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Nur Hadi
Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang


Koalisi Desak Pemimpin ASEAN Sukseskan Perjanjian Plastik Global untuk Akhiri Pencemaran

12 hari lalu

Warga memungut sampah plastik di kawasan Pantai Kedonganan, Badung, Bali, Rabu 20 Maret 2024. Pantai Kedonganan dipadati sampah plastik kiriman yang terdampar terbawa arus laut yang mengganggu aktivitas warga dan nelayan setempat. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Koalisi Desak Pemimpin ASEAN Sukseskan Perjanjian Plastik Global untuk Akhiri Pencemaran

TEMPO, Jakarta- Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil mendesak pemimpin ASEAN untuk mengambil sikap tegas dalam negosiasi yang sedang berlangsung untuk mengembangkan instrumen hukum internasional yang mengikat demi mengatasi pencemaran plastik, termasuk di lingkungan laut.


Pakar Lingkungan Anjurkan Penerapan Konsep Green Idul Fitri, Apa Maksudnya?

24 hari lalu

Ilustrasi Salat Idul Fitri. ANTARA FOTO/Jojon
Pakar Lingkungan Anjurkan Penerapan Konsep Green Idul Fitri, Apa Maksudnya?

Pakar lingkungan Dr Latifah Mirzatika mengajak masyarakat untuk melaksanakan konsep Green Idul Fitri.