Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Memahami Cuaca Ekstrem dan Perubahan Iklim, Apa Penyebabnya?

image-gnews
Seorang pria merendam kepalanya di air mancur Piazza del Popolo saat cuaca panas menyerang, di Roma, Italia, 18 Juli 2023. Peringatan merah atau red alert cuaca telah dikeluarkan untuk 16 kota di Italia akibat suhu panas ekstrem. REUTERS/Remo Casilli
Seorang pria merendam kepalanya di air mancur Piazza del Popolo saat cuaca panas menyerang, di Roma, Italia, 18 Juli 2023. Peringatan merah atau red alert cuaca telah dikeluarkan untuk 16 kota di Italia akibat suhu panas ekstrem. REUTERS/Remo Casilli
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan sering kita mendengar frasa cuaca ekstrem, terkadang diikuti dengan frasa kekeringan ekstrem, panas ekstrem, badai ekstrem, dan segala sesuatu berkaitan dengan iklim. Namun, mungkin kita memaknainya sebagai sesuatu yang tidak biasa saja. Apakah hal tersebut sesuai dengan faktanya? 

Dilansir dari climate.nasa.gov, cuaca ekstrem berkaitan dengan perubahan iklim. Oleh karena itu, pertama-tama kita harus memahami apa itu hal tersebut. Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam pola cuaca rata-rata yang menentukan iklim lokal, regional, dan global di bumi. 

Tren perubahan iklim menjadi perhatian lebih sejak pertengahan abad ke-20. Hal tersebut karena pada masa itu mulai menjadi kebiasaan untuk menggunakan bahan bakar fosil yang meningkatkan kadar gas rumah kaca sehingga terperangkapnya panas lebih banyak di atmosfer bumi. Keadaan tersebut meningkatkan suhu rata-rata permukaan bumi.

Dampak nyata perubahan iklim bukan sekadar kenaikan suhu permukaan bumi, lebih dari itu juga menyebabkan La Nina, El Nino, dan Osilasi Dekadal Pasifik. Bahkan lebih jauh lagi memengaruhi aktivitas gunung berapi dan variasi orbit bumi. Barangkali semua itu tidak dirasakan langsung oleh kita, tetapi cuaca ekstrem yang membuat kita tidak nyaman beraktivitas pun salah satu dampak perubahan iklim. 

Cuaca ekstrem merupakan wujud nyata perubahan iklim. Fenomena-fenomena cuaca ekstrem di antaranya adalah gelombang panas, hujan deras, banjir besar, kekeringan menahun, kebakaran hutan ekstrem, dan segala hal hebat yang menyiksa manusia. Semua itu harus kita sadari sebagai dampak aktivitas mayoritas manusia yang tidak ramah lingkungan.

Berdasarkan Laporan Penilaian Keenam Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) pada 2021, peningkatan gas rumah kaca yang disebabkan manusia sudah meningkatkan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tentu ini adalah hal yang mengancam kehidupan manusia, mulai dari sekarang dan nanti ke depannya. Dua hal yang dapat dilakukan manusia ke depannya adalah mitigasi dan adaptasi. Mitigasi adalah upaya pengurangan dampak perubahan iklim, sedangkan adaptasi adalah upaya penyesuaian diri dengan perubahan iklim. Mau tidak mau, semua itu harus dilakukan sejak saat ini. 

Upaya mitigasi yang paling perlu dilakukan adalah mengurangi produksi gas rumah kaca yang dapat memerangkap panas di atmosfer bumi. Tindak nyata yang dapat dilakukan di antaranya mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, menjaga kelestarian kawasan penyerap gas kaca yang baik seperti hutan, lautan, dan tanah.

Upaya adaptasi lebih menekankan pada kesiapan manusia terhadap bencana yang datang, tentu dimulai dengan mengenali lingkungan sekitar. Misalnya mengamati pola cuaca ekstrem agar tidak terdampak terlalu berat dan lain sebagainya. 

Pilihan Editor: Lebih 30,3 Derajat Celcius Suhu Maksimum di Bandung Kini Tergolong Ekstrem 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


30 Warga Thailand Tewas Akibat Cuaca Panas Terik

3 hari lalu

Penduduk lokal dan wisatawan saling menembakan pistol air saat merayakan hari raya Songkran yang menandai Tahun Baru Thailand di Bangkok, Thailand, 13 April 2024. REUTERS/Chalinee Thirasupa
30 Warga Thailand Tewas Akibat Cuaca Panas Terik

Thailand mencatat cuaca panas menyebabkan 30 orang tewas sejak awal Januari hingga April 2024.


Ratusan Rumah di Luwu Sulawesi Selatan Terendam Banjir setelah Hujan 10 Jam

4 hari lalu

Ilustrasi Banjir/TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Ratusan Rumah di Luwu Sulawesi Selatan Terendam Banjir setelah Hujan 10 Jam

Kendati mulai surut, BNPB mengantisipai banjir susulan.


Ahli Klimatologi BRIN Erma Yulihastin Dikukuhkan sebagai Profesor Riset Iklim dan Cuaca Ekstrem

4 hari lalu

Ahli Klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, dikukuhkan sebagai profesor riset bidang kepakaran iklim dan cuaca ekstrem, Kamis, 25 April 2024. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Ahli Klimatologi BRIN Erma Yulihastin Dikukuhkan sebagai Profesor Riset Iklim dan Cuaca Ekstrem

Dalam orasi ilmiah pengukuhan profesor riset dirinya, Erma membahas ihwal cuaca ekstrem yang dipicu oleh kenaikan suhu global.


Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

5 hari lalu

Seorang warga mencari kepiting di kawasan mangrove Desa Simandulang, Kecamatan Kualuh Leidong, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, Kamis 14 Desember 2023. Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) bersama Kelompok Tani Hutan (KTH) Bahagia Giat Bersama melakukan pelestarian mangrove seluas 25 hektare untuk mempertahankan fungsi ekosistem mangrove Indonesia diakui dunia sebagai upaya mitigasi perubahan iklim, perlindungan kawasan pesisir, pencegahan abrasi dan tempat hidup  biota laut serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat .ANTARA FOTO/Yudi/wpa.
Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

KLHK memasukkan sektor kelautan ke dalam dokumen Second NDC Indonesia. Potensi mangrove dan padang lamun ditonjolkan.


Atmosfer Bergejolak, BMKG Minta Masyarakat Waspadai Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan

5 hari lalu

Ilustrasi gelombang Rossby. Aasnova.org
Atmosfer Bergejolak, BMKG Minta Masyarakat Waspadai Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan

BMKG mendeteksi faktor-faktor atmosfer pemicu kenaikan curah hujan di berbagai wilayah. Masyarakat harus mewaspadai cuaca ekstrem.


Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

6 hari lalu

Sejumlah kendaraan bermotor melintas di Jalan KH Abdullah Syafei, Kawasan Kampung Melayu, Jakarta, Jumat, 15 Juli 2022. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebutkan kendaraan bermotor menyumbang 47 persen emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di Ibu Kota sehingga akan dilakukan pembatasan lalu lintas kendaraan.  TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

Setiap negara bebas memilih untuk mengurangi gas rumah kaca yang akan dikurangi atau dikelola.


Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

7 hari lalu

Momen saat kereta melewati kucuran air akibat banjir di stasiun kereta bawah tanah di New York, AS, 1 September 2021. Banjir langsung melumpuhkan stasiun jaringan kereta bawah tanah karena air mengalir masuk hingga membanjiri stasiun. Twitter
Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.


Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

10 hari lalu

Ilustrasi badai taifun yang muncul di Samudera Pasifik. (friendsofnasa.org)
Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.


Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

11 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.


5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

11 hari lalu

Mobil melewati jalan yang banjir saat hujan badai di Dubai, Uni Emirat Arab, 16 April 2024. REUTERS/Abdel Hadi Ramahi
5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab