TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut ada penurunan jumlah hotspot di enam provinsi prioritas pada pekan kedua Oktober 2023, yaitu pada periode 8-14 Oktober 2023
“Penurunan 47,2 persen pada minggu kedua Oktober dari 60.376 titik ke 31.883 titik,” ujar Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB awal pekan ini.
Enam provinsi prioritas beserta data hotspot di bulan Oktober pada pekan kesatu dan kedua Oktober adalah Sumatra Selatan (14.439 dan 13.004), Kalimantan Tengah (30.702 dan 12.551), Kalimantan Selatan (7.636 dan 2.383), Riau (697 dan 1.702), Jambi (978 dan 1.442) dan Kalimantan Barat (5.834 dan 801).
Muhari mengatakan salah satu faktor penyebab angka turun drastis adalah penurunan di wilayah Kalimantan. Selama kurun waktu dua pekan ini, di Kalimantan ada tutupan awan yang signifikan. "Lihat awan lewat langsung bergerak menyemai,” kata Muhari.
Walaupun ada kemungkinan hujan turun alami dari awan-awan tersebut, namun demi kepastian turunnya hujan, tetap dilakukan penyemaian buatan. Hasil berupa hujan deras, menurutnya, terjadi pada tanggal 8 dan 9 Oktober 2023. Namun, mengingat awan bergerak, para penyemai harus memastikan hujan turun di tempat yang diinginkan.
Muhari mengatakan rekayasa hujan buatan tidak hanya dilakukan di enam provinsi prioritas. Misalnya, di NTT dengan satu pesawat sudah bekerja pada tanggal 8-12 Oktober 2023 dengan 24 sorti dan 20.000 kg bahan semai.
Demikian juga di Jawa Barat tepatnya untuk pengendalian kebakaran TPA Sarimukti. Operasi yang mengerahkan sebuah pesawat bekerja menyemai 7.600 kg NaCl.
Sedangkan, di Jakarta dengan mengerahkan dua pesawat menyemai 215.700 kg H2O untuk membuat hujan di Jabodetabek. Usaha membuat hujan buatan berlangsung pada 3-27 September 2023. Total sorti pada tahun 2023 adalah 307 dengan menebar 417.200 kg bahan semai.
Adanya fenomena El Nino dan IOD Positif mengakibatkan musim kemarau 2023 menjadi lebih kering. Musim kemarau tahunan mengakibatkan cuaca panas dan angin kencang sehingga kebakaran hutan dan lahan kerap terjadi. Muhari berharap pengawasan berbasis masyarakat perlu ditingkatkan. “Kalau lewat dari 6 jam pertama sulit mengendalikan api secara efektif,” jelasnya.
Lokasi yang terbakar memang tetap bisa dipadamkan, namun dengan usaha yang luar biasa. Keadaan akan semakin sulit apabila satgas darat tidak punya akses ke lokasi dan hanya bergantung bantuan dari udara.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.