TEMPO.CO, Jakarta -United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization atau UNESCO berikan penghargaan terhadap pembelajaran berbasis digital yang digagas Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya saat pandemi Covid-19.
Penghargaan ini dianugerahkan untuk serangkaian aktivitas pengembangan akademik ITS bertajuk Intelligent Learning and Smart Campus pada rentang 2020 sampai 2022. Pada saat yang sama, ITS juga memperoleh penghargaan terbaik kedua untuk program bantuan penyelenggaraan dan pembelajaran digital dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan.
Baca Juga:
Penghargaan UNESCO-ICHEI Higher Education Digitalization Pioneer Case Award digelar di Shenzhen, Cina. ITS bersaing dengan 131 perguruan tinggi dari 42 negara yang lolos seleksi. Penghargaan itu diberikan pada Kamis, 7 Desember 2023.
“ITS menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang mendapatkan penghargaan dari UNESCO dalam ajang tersebut,” kata Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITS Adi Soeprijanto, dilansir dari laman resmi ITS pada Rabu, 13 Desember 2023.
Dewan juri menilai sejumlah poin seperti pembuatan regulasi dan kesiapan infrastruktur pembelajaran daring sebelum pandemi. Selain itu, dewan juri juga menilai insentif kuliah daring, hibah inovasi praktikum daring, massive open online course, riset flagship intelligent learning, tablet merah putih digits, serta aktivitas pengembangan akademik lainnya.
Rektor ITS Mochamad Ashari mengatakan, ITS telah membangun seluruh perangkat regulasi dan infrastruktur serta menjalankan pembelajaran daring sejak Februari 2020. “Waktu itu, kami hampir mandek total. Aktivitas perkuliahan, manajemen, hingga proyek-proyek pembangunan infrastruktur, semua terganggu," ucap Ashari.
Berbagai Program Dibangun Fasilitasi Kuliah Daring
Ia menjelaskan, berbagai pengembangan inovasi yang mendapat penghargaan dari UNESCO adalah program yang telah direncanakan sejak awal. Akan tetapi, sebagian di antaranya dibangun karena kondisi pandemi. Misalnya, seperti iProctor yang merupakan pengawas ujian berbasis artificial intelligence (AI), iAssesment yakni ujian dinamis berbasis AI, Robot Medis RAISA, iBoat, iCar, hingga karya lainnya.
Ashari menceritakan, ITS membuat aplikasi myITS Classroom untuk memfasilitasi perkuliahan daring. Seluruh mahasiswa dan dosen ITS telah didata sesuai dengan jadwal perkuliahan berdasarkan Sistem Informasi Manajemen Akademik ITS. Semua data dihimpun dalam myITS Classroom, berisikan daftar kelas yang diikuti oleh para mahasiswa.
Selain itu, ITS juga menerapkan pembelajaran asynchronous yang bisa diakses melalui learning management system atau LMS. Melalui LMS ini, dosen menyiapkan materi kuliah dan mahasiswa dapat mengaksesnya kapan saja, di mana saja secara fleksibel.
Namun, Ashari menyadari bahwa ketika itu konektivitas dan akses menjadi tantangan nyata. Tak semua mahasiswa memiliki akses internet yang stabil dan perangkat yang memadai untuk mengikuti pembelajaran daring.
Pandemi, kata Ashari memaksa ITS untuk mengubah tatanan dan rencana yang telah disusun sebelumnya. Hal tersebut pada akhirnya berdampak pada pengembangan intelektual serta sosial mahasiswanya.
"Waktu itu banyak terjadi perubahan dalam rencana kegiatan kampus. Sejumlah seminar, konferensi, kuliah tamu, dan event dihentikan atau ditunda. Sebagian kegiatan dialihkan secara virtual. Kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi mahasiswa diliburkan,” ujar dia.
Sivitas akademika ITS mengalami percepatan keterampilan di bidang teknologi informasi. Hal ini tak lepas dari keterpaksaan menjalankan pembelajaran dan kegiatan kerja secara virtual. "Mereka jadi terbiasa menggunakan berbagai platform dan perangkat lunak pembelajaran online. Apalagi menjelang pandemi melanda, ITS sudah berancang-ancang hendak menerapkan sistem pembelajaran daring dan telah menyiapkan perangkat teknologinya.
Pilihan Editor: Cerita Angga, Cari Pinjaman untuk Sekolah Hingga Lolos LPDP ke Universitas Edinburgh