TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan vaksin booster cukup efektif untuk menghadapi varian JN.1 Covid-19 yang kini sedang melonjak di beberapa negara. JN.1 merupakan turunan dari varian BA.2.68 omicron yang pernah muncul di Agustus 2023 lalu.
Vaksinasi untuk menangkal penyebaran JN.1 juga tidak bisa memakai sembarang vaksin. Dicky menilai bahwa vaksin booster untuk omicron bisa digunakan dan efektif mencegah risiko kematian jika terinfeksi.
"Sebetulnya yang paling efektif itu booster yang dikeluarkan untuk omicron, kalau tidak ada bisa pakai vaksin seperti indovac saja," kata Dicky saat dihubungi Tempo, Rabu 13 Desember 2023.
Dicky menerangkan, JN.1 merupakan varian baru dari Covid-19, hasil riset yang dimilikinya mengatakan kalau varian ini mudah bermutasi dan mampu menembus imunitas tubuh. Sebab itu, ia tidak bisa memastikan 100 persen kalau booster adalah solusi dan menjamin seseorang untuk tidak terinfeksi.
"Booster tidak menjamin seseorang untuk tidak terinfeksi, jadi kemungkinan terinfeksi masih ada setelah divaksin. Walau begitu, vaksinasi bisa mengurangi keparahan dan fatalitasnya sebesar 50 persen," kata Dicky.
Berdasarkan perkembangan kasus Covid-19 di pekan terakhir, menurut Dicky, pemerintah harus segera menekan penyebarannya dengan meningkatkan vaksinasi booster dan primer kepada anak. Tujuannya untuk melindungi dari keparahan dan potensi jangka panjang. "Tapi pemerintah menyiapkannya dengan gratis juga," ujar Dicky.
Dicky menemukan hal yang baru dari JN.1 ini, sebab mutasi terus terjadi pada varian tersebut.. Karakter JN.1 juga unik dalam konteks re-infeksi dan koinfeksi. Fakta tersebut ditemukannya ketika berdiskusi dengan peneliti yang ada di Eropa dan Amerika. Melihat kondisi itu pula Dicky merasa Indonesia tertinggal jauh, khususnya dalam penanganan Covid-19.
"Kita punya keterbatasan dalam mendeteksi dan sering kali terlambat, sedangkan di berbagai belahan dunia sudah menjadi perhatian, siap tiap varian ini akan sampai di Indonesia juga. Atau sudah sampai tapi belum mampu dideteksi," kata Dicky.
Lebih lanjut, Dicky menilai masyarakat di negara maju sangat proaktif untuk menangkal penyebaran Covid-19. Sebab itu di wilayah Eropa dan Amerika terpantau ada peningkatan angka rawat inap di rumah sakit akibat Covid-19 ini, sementara di Indonesia masih sedikit ditemukan.
"Bukan berarti di Indonesia tidak terjadi (peningkatan kasus), hanya saja masyarakat kita kan memang budayanya jarang ke rumah sakit. Sehingga banyak yang mengobati sendiri dan ini yang harus diwaspadai," ucap Dicky yang kini sedang berada di Italia.
Fenomena peningkatan Covid-19 saat ini menurut Dicky bukan hal yang bisa diabaikan. Pemerintah dan masyarakat mesti serius untuk menangkal penyebarannya. Sebab, Covid-19 yang kini mulai menyebar disebut-sebut adalah varian baru yaitu JN.1.
Pilihan Editor: Ini Sanksi Bagi Penerima Beasiswa LPDP yang Tidak Pulang ke Indonesia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.