Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Imlek dan Keindonesiaan: Riwayat Perayaan, Budaya, Ucapan Selamat

image-gnews
Warga keturunan Tionghoa melaksanakan ibadah di Klenteng Hok Lay Kiong, Bekasi, Jawa Barat, Jumat, 9 Februari 2024. Sembahyang malam pergantian Tahun Baru Imlek 2575/2024 itu sebagai ungkapan syukur atas segala rezeki dan keselamatan serta untuk pengharapan kehidupan lebih baik. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Warga keturunan Tionghoa melaksanakan ibadah di Klenteng Hok Lay Kiong, Bekasi, Jawa Barat, Jumat, 9 Februari 2024. Sembahyang malam pergantian Tahun Baru Imlek 2575/2024 itu sebagai ungkapan syukur atas segala rezeki dan keselamatan serta untuk pengharapan kehidupan lebih baik. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tahun Baru Cina atau Imlek 2024 shio naga dengan elemen kayu. Dekorasi di berbagai pusat perbelanjaan modern dan ruang-ruang publik dihiasi warna serba merah berpadu kuning. Hiasan lampion dan motif naga sebagai simbol shio Imlek tahun ini melengkapi suasana semarak. Bahkan, kios-kios pakaian di mal atau pasar tak sedikit yang menjual baju cheongsam menjelang Februari.

Kini, perayaan Imlek bagian dari keberagaman budaya di Indonesia dan menjadi hari libur nasional. Tapi, pada rezim Orde Baru, kekuasaan Soeharto, Imlek tidak diakui. Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 masa kepemerintahan Soeharto, perayaan Imlek dilarang. 

Sebelum Soeharto berkuasa, semasa kepemimpinan Soekarno perayaan Imlek diakui melalui Penetapan Pemerintah Nomor 2/OEM-1946 tentang hari-hari raya umat beragama. Berkuasanya Soeharto menenggelamkan kemeriahan perayaan Imlek yang sudah ada sejak dulu.

Dosen Filsafat Timur Universitas Gadjah Mada atau UGM Budisutrisna menjelaskan, rezim Orde Baru tak hanya melarang perayaan Imlek, tapi juga segala unsur Tionghoa atau Cina, termasuk nama orang. "Nama-nama Tionghoa diganti dengan nama (ala) Indonesia untuk menyembunyikan identitas,” katanya kepada Tempo, Rabu, 7 Februari 2024.

Ketika kekuasaan Soeharto runtuh, perlahan budaya orang Tionghoa di Indonesia mulai terlepas dari tekanan. Imlek bisa dirayakan pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Pada 17 Januari 2000, Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000 mencabut Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967. Sejak itulah, orang Tionghoa mendapat kebebasan menunjukkan identitasnya menganut agama, kepercayaan, dan menjalankan tradisinya.

Imlek dan Keindonesiaan

Imlek telah menjadi bagian dari khazanah budaya yang berkembang dalam arus zaman di Indonesia. Menurut Budisutrisna, diterimanya tradisi orang Tionghoa sejak dulu di Nusantara, karena adanya persamaan latar belakang. “Indonesia dan Cina memiliki latar belakang yang sama, keduanya menghargai nilai-nilai pertanian,” katanya. 

Tahun Masehi dihitung dari perhitungan matahari. Adapun kalender Cina menggunakan perhitungan bulan untuk menghitung musim. Di Cina, tahun baru Imlek pada pergantian musim dingin ke musim semi. “Petani membutuhkan perhitungan peredaran bulan untuk menghitung musim. Setiap tahun baru Imlek itu mengingatkan mereka pada semangat untuk bertani," kata Budisutrisna.

Ia menjelaskan, kultur Nusantara identik dengan budaya agraris. Di sisi lain, Imlek juga mengandung unsur kealaman. Budisutrisna memandang, budaya Nusantara dan nilai yang dipegang orang Tionghoa saling melengkapi. "Kalau dalam Bahasa Jawa ada peribahasa tumbu oleh tutup, artinya cocok atau klop," ucapnya.

Contoh lainnya, kata Budisutrisna, kepercayaan orang Tionghoa yang berkaitan dengan feng shui. Feng itu angin, shui itu air. Tahun-tahun itu berhubungan dengan arah mata angin, mereka (orang Tionghoa) percaya dalam alam setiap tahun itu memiliki arah mata anginnya tersendiri yang harus diikuti," katanya. "Dalam tradisi Cina, ilmu tentang arah dan tata letak bangunan itu juga tergantung pada tahunnya."

Sistem kepercayaan semacam itu juga ada dalam budaya Jawa. Misalnya membangun rumah di Jawa harus menghadap ke selatan atau utara. Bahkan, perjodohan di Jawa juga ada keberuntungannya sendiri, ada pantangannya,” tuturnya. 

Ada pula mengenai filosofi kehidupan antara kepercayaan budaya Cina dan Jawa yang memiliki kesamaan. Di Cina, terdapat konsep jalan tengah, keseimbangan dan harmoni dalam hidup. Di Jawa terdapat konsep sak madya yang berarti hidup secukupnya, sewajarnya, tidak berlebihan, dan tak berkekurangan. “Dengan kesamaan ini, saya pikir ada satu nilai yang patut dijunjung sebagai kebersamaan," katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Walaupun, secara perilaku budaya orang Tionghoa dan Jawa berlainan, namun nilai yang dipegang tetap sama. “Orang yang mudah konflik, karena yang dilihat hanya perbedaan fisiknya, sikapnya. Padahal, di balik itu semua ada nilai-nilai yang sama yang bisa menyatukan kita,” tuturnya.

Ucapan Imlek

Merujuk catatan Tempo pada 2019,  Pemilik Museum Pustaka Peranakan Tionghoa, Azmi Abubakar menjelaskan, ucapan Gong Xi Fa Cai saat ini sering diucapkan untuk menyampaikan selamat perayaan Imlek.

Tetapi, menurut dia, ada ucapan Imlek lain yang bisa diucapkan jika merunut sejarahnya disampaikan pada kurun waktu 1950-1960. "Ucapannya adalah Sin Cun Kiong Hi yang artinya selamat menyambut musim semi, lalu biasanya dilanjutkan dengan ucapan tambahan Thiam Hok Siu, tambah umur dan kebahagiaan," kata Azmi Abubakar kepada Tempo, Senin, 4 Februari 2019.

Azmi Abubakar menjelaskan saat mengucapkan Sin Cun Kiong Hi, kedua tangan digabung dalam posisi mengepal di depan dada atau bersoja. Pada masa lampau, ucapan itu disampaikan menjelang Imlek ketika sedang musim hujan. Adapun warga Jakarta saat itu juga menikmati musim buah rambutan dan duku. "Masyarakat Tionghoa di Jakarta merayakan seolah-olah menyambut musim semi," tuturnya.

Angpau Imlek

Dulu, pada pagi hari Imlek, Azmi Abubakar menjelaskan, orang tua bersama anak-anak berkunjung ke rumah kerabat. Kunjungan ini bukan hanya dilakukan kepada sesama orang Tionghoa. "Saling memberikan ucapan selamat dan anak-anak sangat berharap mendapatkan angpau," katanya.

Anak-anak yang sudah berkeliling ke rumah kerabat, tetangga, dan sahabat saat Imlek, biasanya terlihat ada perubahan penampilannya. "Perut jadi buncit karena makan kue dan makanan enak, serta kantongnya tebal penuh angpau," kata Azmi Abubakar sambil tertawa.

SUKMA KANTHI NURANI | BRAM SETIAWAN

Pilihan Editor: Ini Prakiraan BMKG soal Cuaca Hari Imlek di Jalur Darat Jawa Barat

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Aulia Ayub, Lulusan Termuda dan Tercepat di UGM dengan IPK Sempurna 4

17 jam lalu

Aulia Ayub, lulusan termuda dan tercepat Program Spesialis UGM. ugm.ac.id
Aulia Ayub, Lulusan Termuda dan Tercepat di UGM dengan IPK Sempurna 4

Cerita Aulia Ayub, peraih lulusan termuda dan tercepat dari Program Spesialis Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan IPK 4,00.


3 Prodi FMIPA UGM Masuk Peringkat Dunia Versi QS WUR by Subject 2024

20 jam lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
3 Prodi FMIPA UGM Masuk Peringkat Dunia Versi QS WUR by Subject 2024

Ketiga prodi UGM tersebut adalah prodi Matematika, Kimia, dan Fisika.


Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

23 jam lalu

Umar Kayam. TEMPO/Rully Kesuma
Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

Mengenang Umar Kayam, pemeran Sukarno dalam film Pengkhianatan G30S/PKI. Kakek Nino RAN ini seorang sastrawan dan Guru Besar Fakultas Sastra UGM.


Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

1 hari lalu

Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

Keberadaan partai oposisi sangat penting untuk memberikan pengawasan dan mengontrol jalannya pemerintahan. Ini pendapat dosen filsafat UGM.


Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

7 hari lalu

Ilustrasi otak. medicalnews.com
Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

Tanaman liar pegagan dianggap bisa membantu terapi daya ingat. Senyawa aktifnya memulihkan fungsi hipokampus, bagian krusial pada otak.


Usai Putusan Sengketa Pilpres, Zainal Arifin Mochtar Sebut MK Punya Banyak PR

8 hari lalu

Pakar hukum sekaligus Ketua Departemen Hukum Tata Negara UGM Zainal Arifin Mochtar. Tempo/Pribadi Wicaksono.
Usai Putusan Sengketa Pilpres, Zainal Arifin Mochtar Sebut MK Punya Banyak PR

Pakar hukum tata negara UGM, Zainal Arifin Mochtar, menilai MK punya banyak pekerjaan rumah alias PR pasca-putusan sengketa pilpres.


UGM Buka Pendaftaran Seleksi Mandiri, Simak Syarat dan Panduan Pendaftaran

8 hari lalu

Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan UGM Djagal Wiseso Marseno meninjau pelaksanaan UTBK Gelombang Pertama di Kampus UGM, Sabtu (13/4/2019). (ANTARA/Luqman Hakim)
UGM Buka Pendaftaran Seleksi Mandiri, Simak Syarat dan Panduan Pendaftaran

Universitas Gajah Mada buka pendaftaran online seleksi mandiri UGM sejak 17 April hingga 7 Mei 2024. Lokasi ujian mandirinya?


Pakar Hukum UGM Sebut Ada 3 Genre Hakim dalam Putusan MK

8 hari lalu

Dosen dan mahasiswa Fakuktas Hukum UGM Yogyakarta menggelar mimbar
Pakar Hukum UGM Sebut Ada 3 Genre Hakim dalam Putusan MK

Pakar hukum di UGM sebut ada 3 genre hakim dalam memutus perkara. Apa saja?


Pakar Hukum UGM Nilai Ada 3 Kejanggalan Putusan MK soal Sengketa Pilpres

8 hari lalu

Dosen dan mahasiswa Fakuktas Hukum UGM Yogyakarta menggelar mimbar
Pakar Hukum UGM Nilai Ada 3 Kejanggalan Putusan MK soal Sengketa Pilpres

MK sebelumnya telah menolak gugatan sengketa pilpres 2024 yang diajukan kubu Anies dan Ganjar.


Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

9 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Penulisan jurnal ilmiah bagi dosen akan membantu menyumbang angka kredit dosen, meskipun tak wajib publikasi di jurnal Scopus.