Mitos: T-Rex hidup berdampingan dengan Stegosaurus
Usia dinosaurus mungkin lebih lama dari yang kamu pikirkan. T-Rex hidup pada akhir periode Cretaceous, tepat sebelum terjadinya hantaman asteroid 66 juta tahun yang lalu. Stegosaurus, dan dinosaurus Jurassic lainnya yang populer seperti Diplodocus, hidup sekitar 150 juta tahun lalu.
T-Rex hidup lebih dekat dengan zaman modern daripada zaman Stegosaurus. Pada saat T-Rex berjalan di Bumi, Stegosaurus sudah menjadi fosil di bawah kaki mereka.
Mitos: T rex bersisik dan berwarna abu-abu atau hijau
Gagasan bahwa T-Rex mungkin memiliki bulu masih diperdebatkan, bahkan di antara para ahli paleontologi. Terdapat bukti adanya bulu pada banyak spesies dinosaurus, yang membuat beberapa ilmuwan menyimpulkan bahwa bulu tersebar luas di antara dinosaurus. Yutyrannus, kerabat T-Rex yang panjangnya sembilan meter, ditemukan dalam keadaan terawetkan dengan bulu-bulu halus.
Jadi, apakah ini berarti T-Rex juga berbulu? Tidak secepat itu. Beberapa ilmuwan berpikir bahwa mantel bulu yang penuh akan membuat T-Rex raksasa berdarah panas ini berisiko kepanasan.
Pemikiran ini didukung oleh bercak-bercak kulit yang diawetkan yang ditemukan dari banyak bagian tubuh yang tampak bersisik. Meskipun kita tidak tahu pasti, T-Rex yang asli mungkin adalah sesuatu di antara bersisik penuh dan tidak bersisik sama sekali.
Ilmu pengetahuan tentang warna dinosaurus adalah salah satu perkembangan yang paling menarik dalam palaentologi baru-baru ini. Para ilmuwan telah mampu menentukan warna dan pola beberapa dinosaurus yang terawetkan dengan sangat baik dengan mempelajari fosil kapsul yang mengandung pigmen di dalam sel pada bulu dan sisik.
Meskipun belum ada yang tahu apa warna T-Rex, kita sekarang tahu bahwa dinosaurus memiliki beragam warna, termasuk merah dan hitam warna-warni, dan pola-pola seperti garis-garis.
Artikel ini ditulis dalam Bahasa Inggris oleh Abi Derek, Mahasiswa Pascasarjana University of Southampton, dan diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang. Terbit pertama kali di The Conversation