TEMPO.CO, Jakarta - Cuaca ekstrem hari-hari ini melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Masyarakat dihimbau tetap waspada dan melakukan langkah-langkah antisipatif terhadap resiko bencana akibat cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengidentifikasi adanya potensi peningkatan curah hujan di beberapa wilayah. Kondisi atmosfer menunjukan aktifnya beberapa fenomena yang mendukung pembentukan awan hujan yang cukup intensif dalam beberapa waktu belakangan.
Dinukil dari situs BMKG, kondisi dinamika atmosfer tersebut dipicu oleh aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) yang terbentuk bersamaan dengan aktifnya gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial di wilayah Indonesia. serta adanya peningkatan kecepatan angin dari utara Indonesia hingga melintasi Equator melalui Selat Karimata yang mengindikasikan aktivitas Cross Equatoril Northerly Surge (CENS).
Selain itu cuaca ekstrem ini juga disebabkan oleh fenomena Siklon Tropis dan adanya potensi pebentukan pusat tekanan rendah di Samudra Hindia barat daya-selatan Jawa dan Australia bagian utara juga dapat memicu terbentuknya pola pumpunan dan perlabatan angin di Indonesia bagian selatan. Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi hujan dengan intensitas sedang atau lebat yang disertai kilat atau angin kencang di beberapa wilayah di Indoensia.
Pada 14 Maret 2024, BMKG juga memantau pertumbuhan bibit Siklon Tropis 91S, 94S, dan 93P terminotor berada di sekitar Samudra Hindia selatan Jawa, Laut Timor, dan Laut Australia menunjukan pengaruh terhadap wilayah Indonesia bagian selatan.
Bibit Siklon Tropis 91S memiliki kecepatan angin maksimum 30-35 knots (56-65km/jam), tekanan udara di pusat sistem sebesar 994 hPa, pergerakan ke arah tenggara, dan peluang untuk menjadi Siklon Tropis pada kategori sedang-tinggi.
Kemudian bibit Tropis 94S terpantau memiliki kecepatan angin maksimum 15-20 knots (28-37 km/jam), tekanan udara di pusat sistem sebesar 999.9 hPa, pergerakan ke arah timur-tenggara, dan peluang untuk menjadi Siklon Tropis pada kategori rendah.
Sementara itu, bibit Siklon Tropis 93P memiliki kecepatan angin maksimum 20-25 knots (37-46 km/jam), tekanan udara di pusat sistem sebesar 003 hPa, pergerakan ke arah tenggara, dan peluang untuk menjadi Siklon Tropis pada kategori rendah.
BMKG menyebut dampak tidak langsung bibit siklon 91S, 94S, dan 93P ini adalah adanya potensi gelombang tinggi di sejumlah perairan Indonesia serta terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat atau angin kencang di beberapa wilayah seperti Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bli, NTB, NTT, Kalimantan Tengah, Klaimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Pilihan editor: Cuaca Ekstrem dan Gelombang Tinggi Mengintai, BMKG Sebar Peringatan Dini