TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa gerhana matahari total di Amerika Serikat dan sekitarnya pada 8 April 2024, Senin mendatang, diperkirakan akan diiringi kemunculan komet 12P/Pons-Brooks atau lebih dikenal sebagai devil comet alias komet setan. “Diprakirakan komet akan terlihat saat langit menjadi gelap,” kata profesor riset astronomi dan astrofisika dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin pada Ahad malam, 31 Maret 2024.
Thomas menjelaskan, komet ini disebut devil comet alias komet setan karena pada Juli 2023 terjadi semburan di bagian kepala komet yang menyebabkan bintang berekor itu tampak seperti bertanduk. Kejadian seperti itu terulang lagi pada awal Maret 2024. Karena itu sebagian kalangan mengasosiasikan bentuknya seperti tanduk setan sehingga.
Kemunculan komet 12P/Pons-Brooks ditahui sejak 1812. Komet tersebut kemungkinan juga merupakan komet yang sama ketika teramati pada 1385. Ukuran komet setan itu ditaksir lebih dari 10 kilometer atau dianggap seukuran Everest, gunung tertinggi di dunia. “Periode orbitnya 71 tahun, mirip dengan komet Halley,” kata Thomas.
Thomas mengatakan, komet merupakan obyek dari pinggiran tata surya yang terdiri dari es dan debu. Ketika orbitnya terganggu dan masuk ke orbit dekat matahari, es pada komet menguap dan melepaskan debunya. “Angin matahari mendorongnya sehingga membentuk ekor debu yang menjauhi matahari,” ujarnya.
Komet setan yang tengah dalam perjalanannya mendekat ke matahari akan melintas dengan jarak terdekatnya dengan bumi pada Juni 2024. Namun walau disebut dekat, jaraknya mencapai 200 juta kilometer. Adapun titik terdekat komet setan dengan matahari akan terjadi pada 21 April 2024.
Komet setan bisa teramati ketika langit menjadi gelap bersamaan dengan peristiwa gerhana matahari total pada 8 April 2024 di Amerika bagian utara. Untuk mengamatinya, menurut Thomas, tidak bisa dengan mata langsung, tapi memerlukan alat bantu seperti teleskop atau minimal dengan binokuler. “Karena posisi komet dekat matahari, komet tidak teramati saat malam sehingga untuk saat ini tidak bisa teramati dari Indonesia,” kata Thomas.