Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Tradisi Rampogan Macan yang Diduga Jadi Penyebab Punahnya Harimau Jawa

Reporter

image-gnews
Dua harimau sedang mengangkat diri kesalah satu pundak pawang saat tampil di Taman Safari, Bogor, Jawa Barat, 2 Mei 2015. Pada liburan panjang dimanfaatkan warga untuk mengunjungi Taman Safari Indonesia. Foto: Lazyra Amadea Hidayat
Dua harimau sedang mengangkat diri kesalah satu pundak pawang saat tampil di Taman Safari, Bogor, Jawa Barat, 2 Mei 2015. Pada liburan panjang dimanfaatkan warga untuk mengunjungi Taman Safari Indonesia. Foto: Lazyra Amadea Hidayat
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Selain habitatnya yang terus menyempit, ada sejumlah dugaan penyebab berkurangnya harimau Jawa. Salah satunya tradisi masyarakat ratusan tahun lalu yang bernama rampogan.   

Rampogan macan merupakan salah satu budaya yang telah lama dilakukan di Jawa. Dikutip dari skripsi Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung judul Rampogan Macan: Simbol Perlawanan Terhadap Kolonialisme Dalam Perayaan Hari Raya Ketupat, rampogan macan hampir sama dengan pertunjukan gladiator pada masa kekaisaran Romawi. 

Pada beberapa pertunjukan harimau diadu dengan hewan lain, seperti gajah, banteng, dan kerbau. Beberapa lainnya ada juga yang mengadu antara macan dengan manusia.

Dilansir dari buku Bakda Mawi Rampog milik Kartawibawa yang terbit pada 1923, budaya ini lestari di Jawa pada abad ke 17-19 dan resmi di larang oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1905 karena menjadi salah satu penyebab punahnya harimau Jawa. Rampogan Macan diperkirakan sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Islam tepatnya pada masa pemerintahan Amangkurat II Kartasura. 

Pertunjukan ini diadakan ketika ada kunjungan dari tamu agung seperti Gubernur Jendral Belanda dan pada perayaan hari besar Islam. Rampogan macan awalnya berpusat di Surakarta dan Yogyakarta, namun karena beberapa faktor maka pagelaran ini bisa sampai pada daerah-daerah luar keraton salah satunya adalah di Blitar.

Pada abad ke-19 macan dianggap mengganggu penduduk karena memangsa hewan ternak. Oleh karena itu penguasa pada saat itu memerintahkan untuk menangkap dan membunuh macan. Macan yang berhasil ditangkap akan dibunuh ketika berlangsungnya rampogan macan.

Rampogan macan dilakukan di alun-alun. Macan yang masih hidup dikurung dalam kerangkeng di utara alun-alun. Sebelumnya macan ditakut-takuti dengan obor agar bersembunyi dan masuk kedalam peti. Pada pintu peti terdapat sebuah tali panjang apabila ditarik maka tutup peti yang didalamnya berisi macan akan terbuka.

Ketika pertunjukan dimulai, orang-orang yang telah membawa senjata berupa tombak berbaris melingkari peti. Setelah terdengar suara gamelan, gendhing, dan tembang glagah kanginan. Salah satu orang yang diutus kerajaan berjalan menuju depan kotak. Kemudian orang tersebut akan memutus tali tutup peti. 

Prajurit bergegas memberi asap dari alang-alang yang dibakar. Pembakaran alang-alang dilakukan dengan tujuan agar macan kepanasan sehingga mau keluar dari peti. Selain diadu dengan manusia macan juga diadu dengan hewan lain, biasanya menggunakan kerbau. 

Sebelum diadu kerbau sudah digepyok (diolesi) dedaunan yang menimbulkan efek gatal-gatal di badan kerbau. Cara lain yang bisa digunakan biasanya disiram air cabai moncongnya sehingga kerbau berubah menjadi galak.

Kadang-kadang, jika macan atau harimau tidak bertarung dengan baik, dia dikeluarkan dari arena dan diganti dengan macan yang baru atau harimau lainnya untuk meningkatkan atmosfer tontonan.

Pilihan Editor: Publikasi Penelitian Harimau Jawa di Jurnal Ilmiah, Peneliti Sempat Sepelekan Temuan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jurus Yogyakarta Jaga Kawasan Sumbu Filosofi dari Potensi Bencana

1 jam lalu

Malioboro Yogyakarta menjadi satu area yang dilalui garis imajiner Sumbu Filosofis. (Dok. Pemkot Yogyakarta)
Jurus Yogyakarta Jaga Kawasan Sumbu Filosofi dari Potensi Bencana

Kawasan Sumbu Filosofi secara khusus memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologi dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana


Sumbu Filosofi Yogyakarta Diakui UNESCO, Makna Garis Imajiner Gunung Merapi ke Laut Selatan

1 hari lalu

Tugu Yogyakarta, pada awal dibangun pada era Sultan HB I sempat setinggi 25 meter. Dok. Pemkot Yogyakarta.
Sumbu Filosofi Yogyakarta Diakui UNESCO, Makna Garis Imajiner Gunung Merapi ke Laut Selatan

UNESCO akui Sumbu Filosofi Yogyakarta, garis imajiner dari Gunung Merapi, Tugu, Keraton Yogyakarta, Panggung Krapyak, dan bermuara di Laut Selatan.


Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

1 hari lalu

Moses Gatotkaca. Cuplikan video AP
Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

Puncak aksi mahasiswa di Gejayan terjadi pada 8 Mei 1998 setelah salat Jumat. Moses Gatutkaca menjadi korban dengan luka parah. Siapa tanggung jawab?


Daftar Pemilihan Gubernur yang Digelar pada Pilkada 2024, Mengapa Yogyakarta Tak Termasuk?

2 hari lalu

Seorang pasien ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) memasukkan surat suara ke kotak saat simulasi Pemilu 2024 di Pondok Rehabilitasi Sosial Zamrud Biru, Mustikasari, Bekasi, Jawa Barat, Selasa 13 Februari 2024. Simulasi ini untuk memberikan edukasi kepada pasien ODGJ yang memiliki DPT (Daftar Pemilih Tetap) dan berdasarkan data KPU Kota Bekasi terdapat 1.095 ODGJ yang memilki hak suara pada Pemilu 2024. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
Daftar Pemilihan Gubernur yang Digelar pada Pilkada 2024, Mengapa Yogyakarta Tak Termasuk?

Pilkada 2024 akan dilaksanakan pada November 2024 di semua provinsi di seluruh Indonesia, kecuali Daerah Istimewa Yogyakarta. Apa alasannya?


Kenalkan Selokan Legendaris Van Der Wijck, Sleman Terbitkan Prangko Khusus

2 hari lalu

Festival Selokan Van Der Wijck Sleman. Dok.istimewa
Kenalkan Selokan Legendaris Van Der Wijck, Sleman Terbitkan Prangko Khusus

Selokan Van Der Wijck berperan penting menjamin irigasi di Sleman, Yigyakarta. Dibuat pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VIII berkuasa.


Masalah Sampah di Yogyakarta Tak Kunjung Tuntas, Sultan Beri Pesan Ini ke Kepala Daerah

2 hari lalu

Warga melintas di dekat tempat pembuangan sampah sementara di Yogyakarta, Senin, 17 Juli 2023. Penutupan sementara Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan untuk penataan berimbas pada tutupnya sejumlah tempat pembuangan sampah sementara di Kota Yogyakarta. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Masalah Sampah di Yogyakarta Tak Kunjung Tuntas, Sultan Beri Pesan Ini ke Kepala Daerah

Yogyakarta sebagai destinasi wisata turut tercoreng oleh masalah sampah yang belum terselesaikan setelah TPA Piyungan tutup.


Sultan HB X Beri Pesan Abdi Dalem Yogyakarta Amalkan Ajaran Leluhur Mataram, Apa Saja ?

2 hari lalu

Raja Keraton yang juga Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menggelar Syawalan bersama abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman di Yogyakarta Selasa (7/5). Dok. Istimewa
Sultan HB X Beri Pesan Abdi Dalem Yogyakarta Amalkan Ajaran Leluhur Mataram, Apa Saja ?

Sultan Hamengku Buwono X memberi pesan khusus kepada abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman di acara Syawaan.


Bukan Lewat YIA, 3 Ribuan Calon Jemaah Haji Yogyakarta Tahun Ini tetap Terbang Lewat Bandara Solo

3 hari lalu

Sejumlah jamaah calon haji antre menaiki pesawat di Bandara Adi Soemarmo, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu 24 Mei 2023 dini hari. Sebanyak 360 calon haji kloter pertama embarkasi Solo asal Kabupaten Grobogan diberangkatkan menuju Arab Saudi. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Bukan Lewat YIA, 3 Ribuan Calon Jemaah Haji Yogyakarta Tahun Ini tetap Terbang Lewat Bandara Solo

Yogyakarta International Airport saat ini masih belum memiliki asrama haji untuk embarkasi.


Yogyakarta Siapkan Regulasi Baru Pedoman Pendanaan Pendidikan, Pungutan Bakal Dilegalkan?

3 hari lalu

Warga dari Forum Masyarakat Peduli Pendidikan melakukan aksi memasak dengan bahan pangan murah akibat mahalnya harga biaya pendidikan dan kenaikan BBM di depan DPRD Provinsi Jawa Barat di Bandung, 22 September 2022. Mereka memprotes mahalnya biaya pendidikan di SMA/SMK negeri yang sampai saat ini belum bebas dari dana sumbangan pendidikan yang besarannya ditentukan oleh komite sekolah. TEMPO/Prima mulia
Yogyakarta Siapkan Regulasi Baru Pedoman Pendanaan Pendidikan, Pungutan Bakal Dilegalkan?

Salah satu beleid paling disorot terutama tentang pungutan sekolah di Yogyakarta, yang akan diubah istilahnya menjadi dana partisipasi.


Respon PHRI DIY Pasca Bandara YIA Jadi Satu-Satunya Bandara Internasional DIY-Jateng

3 hari lalu

Yogyakarta International Airport atau bandara YIA di Kulon Progo. Dok. Istimewa
Respon PHRI DIY Pasca Bandara YIA Jadi Satu-Satunya Bandara Internasional DIY-Jateng

PHRI DIY merespon soal penetapan Bandara YIA sebagai bandara internasional satu-satunya di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.