Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

image-gnews
Komet 12P/Pons-Brooks terlihat setelah letusan besar pada 20 Juli 2023. Tanduk khas dalam letusan itu menjadikan komet ini disebut sebagai komet setan. Foto: Comet Chasers/Richard Miles
Komet 12P/Pons-Brooks terlihat setelah letusan besar pada 20 Juli 2023. Tanduk khas dalam letusan itu menjadikan komet ini disebut sebagai komet setan. Foto: Comet Chasers/Richard Miles
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Fenomena langka komet 12P/Pons-Brooks yang dijuluki Komet Setan atau Devil Comet sulit untuk diamati dari Indonesia. Penggiat astronomi dari komunitas Langit Selatan di Bandung, Avivah Yamani, mengatakan pengamatan komet harus diarahkan ke horizon barat setelah matahari terbenam.

“Lumayan sulit diamati karena rendah banget posisinya,” kata dia pada Senin, 1 April 2024.

Menurut Avivah, cuaca menjadi salah satu tantangan observasi komet yang sedang melayang menuju matahari tersebut. “Harus kosong banget ufuk baratnya, bebas dari awan dan tidak ada kabut,” ujar alumni Program Studi Astonomi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.

Komet itu diperkirakan tenggelam atau hilang dari pandangan sekitar pukul 19.00 WIB. Peluang waktu pengamatannya termasuk sempit, hanya berkisar satu jam setelah matahari terbenam.

Karena alasan itu, sejumlah pengamat berencana memanfaatkan peristiwa gerhana matahari total pada 8 April 2024 untuk “berburu” Komet Setan. Harapannya, saat langit gelap karena matahari tertutup bulan, mereka bisa menangkap citra bintang berekor yang sedang mendekati surya tersebut.  

“Jarak komet dari matahari cuma sekitar 20 derajat, makanya pas gerhana matahari total bisa diamati dan dipotret,” kata Avivah. Gerhana matahari total itu hanya akan melintasi wilayah Amerika Utara dan sekitarnya.

Komet dengan periode orbit 71,3 tahun itu akan mencapai jarak terdekat dengan matahari pada 21 April 2024. Jean-Louis Pons dari Observatorium Marseilles menemukan komet itu pada 12 Juli 1812. Pengamatan diteruskan William Robert Brooks pada 1883.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berukuran setara Gunung Everest, Komet Setan terdiri dari es, debu, dan materi batuan. Saat mendekati matahari, esnya akan menguap. Gas yang lepas dari permukaan komet membawa debu dan membentuk awan besar.

“Keunikannya, komet ini punya gunung berapi es atau kriovolcano yang menyemburkan lava berupa es,” kata Avivah.

Ekor komet akan memanjang lantaran tertiup oleh angin matahari. Saat dipotret, komet Pons-Brooks tampak memiliki tanduk, hingga akhir dijuluki Devil Comet.

Jika kita beruntung, komet berwarna hijau itu bisa dilihat secara langsung dengan mata, asalkan tidak ada polusi cahaya, awan, dan kabut. Alternatif lainnya dengan menggunakan binokuler atau teleskop.

Pilihan Editor: Fenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Observatorium Nasional Timau di NTT Segera Beroperasi, Begini Potensi Wisatanya

4 hari lalu

Cermin sekunder dan penyangganya telah terpasang dalam kubah Observatorium Nasional Timau, Nusa Tenggara Timur. (Foto: Abdul Rachman/BRIN)
Observatorium Nasional Timau di NTT Segera Beroperasi, Begini Potensi Wisatanya

BRIN saat ini sedang berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mengembangkan industri wisata baru di sekitar lokasi Observatorium Nasional Timau.


Fenomena Astronomi September Diwarnai Beberapa Konjungsi Planet dan Supermoon

7 hari lalu

Penampakan supermoon yang dikenal sebagai bulan biru dan
Fenomena Astronomi September Diwarnai Beberapa Konjungsi Planet dan Supermoon

Pada September ini akan diwarnai fenomena astronomi mulai darik konjungsi atau kedekatan posisi bulan dengan planet, ekuinoks, hingga Supermoon.


Kunjungan Malam ke Observatorium Bosscha Berakhir Agustus, Ini Alternatifnya

18 hari lalu

Lampu-lampu sorot mengarah ke langit yang mengganggu pengamatan astronomi di Observatorium Bosscha pada Juli 2024. (Dok.Observatorium Bosscha)
Kunjungan Malam ke Observatorium Bosscha Berakhir Agustus, Ini Alternatifnya

Publik masih berkesempatan datang ke Observatorium Bosscha lewat Kunjungan Sekolah dan Kunjungan Siang Berpemandu setelah mendaftar secara daring.


Dosen FSRD ITB Ungkap Pentingnya Identitas Visual Bagi UMKM dalam Menjual Produk

32 hari lalu

Tim Dosen Literasi Budaya Visual bekerja sama dengan Anggota DPRD, dan Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Pangkep mengadakan Pelatihan Identitas Visual untuk puluhan UMKM di Pangkep pada 5-7 Agustus 2024. Foto: Tim Dosen FSRD ITB
Dosen FSRD ITB Ungkap Pentingnya Identitas Visual Bagi UMKM dalam Menjual Produk

Hasil survei tim ITB menunjukkan 88 persen pelaku UMKM di Pangkep Sulawesi Selatan membutuhkan informasi untuk berinovasi dalam memasarkan produknya.


Tak Jauh dari Pulau Komodo Krisis Air Bersih dan Minim Akses Pendidikan, Tim Pengmas ITB Turun Tangan

42 hari lalu

Tim dosen ITB dan warga Desa Pasir Panjang, Pulau Rinca, Kepulauan Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT) saat pelatihan komunikasi bahasa Inggris. Foto: Tim KK LBV FSRD ITB.
Tak Jauh dari Pulau Komodo Krisis Air Bersih dan Minim Akses Pendidikan, Tim Pengmas ITB Turun Tangan

Soal air bersih dan akses pendidikan di Desa Panjang, di Pulau Rinca tak jauh dari Pulau Komodo NTT menjadi perhatian tim pengmas ITB.


Selain Kampung UFO, Yogyakarta Punya Kampung Alien yang Punya Program Edukasi Astronomi

45 hari lalu

Kampung Alien di Nanggulan Kulon Progo Yogyakarta. Dok. Istimewa
Selain Kampung UFO, Yogyakarta Punya Kampung Alien yang Punya Program Edukasi Astronomi

Kampung Alien di Kembang Nanggulan Kulon Progo itu terinspirasi dari cerita warga turun-temurun yang pernah melihat fenomena langit di daerah itu.


Sebulan Terakhir Penelitian Astronomi di Observatorium Bosscha Terganggu Lampu Sorot

50 hari lalu

Lampu-lampu sorot mengarah ke langit yang mengganggu pengamatan astronomi di Observatorium Bosscha pada Juli 2024. (Dok.Observatorium Bosscha)
Sebulan Terakhir Penelitian Astronomi di Observatorium Bosscha Terganggu Lampu Sorot

Penelitian astronomi di Observatorium Bosscha, Lembang, terganggu oleh lampu-lampu sorot seperti senter besar yang mengarah ke langit.


Lampu Sorot Pusat Hiburan di Lembang Ganggu Pengamatan Bintang di Observatorium Bosscha

54 hari lalu

Persiapan pengamatan okultasi Pluto di Observatorium Bosscha. TEMPO/Prima Mulia
Lampu Sorot Pusat Hiburan di Lembang Ganggu Pengamatan Bintang di Observatorium Bosscha

Lampu sorot dari salah satu pusat hiburan di kawasan Lembang membuat pengamatan bintang di Observatorium Bosscha terganggu.


Gaduh Jabatan Profesor, Forum Guru Besar ITB: Segala Cara Digunakan

10 Juli 2024

Ilustrasi kampus ITB (Institut Teknologi Bandung). FOTO/ISTIMEWA
Gaduh Jabatan Profesor, Forum Guru Besar ITB: Segala Cara Digunakan

Segala cara digunakan agar mendapatkan jabatan profesor sehingga terjadi pelanggaran integritas akademik.


104 Tahun ITB: Kini Punya 12 Fakultas dan Sekolah, Apa Saja?

4 Juli 2024

Institut Teknologi Bandung. Foto : ITB
104 Tahun ITB: Kini Punya 12 Fakultas dan Sekolah, Apa Saja?

ITB merupakan sekolah tinggi teknik tertua di Indonesia. Saat ini telah memiliki 12 fakultas dan sekolah dengan berbagai program studi.