TEMPO.CO, Bandung - Longsoran tebing Jalan Tol Bocimi (Bogor, Ciawi, Sukabumi) KM 64-600 di Parungkuda, Sukabumi, masuk dalam jenis gerakan tanah tipe cepat. Lokasinya berupa daerah perbukitan dengan kemiringan landai sampai curam.
“Ketinggian lokasi gerakan tanah itu 465 meter di atas permukaan laut. Terdapat Sungai Cileuleuy di sebelah tenggara dari lokasi bencana,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Hendra Gunawan.
Baca Juga:
Dikutip dari keterangan tertulisnya pada Kamis, 4 April 2024, Hendra mengatakan bahwa lokasi longsor di Kecamatan Ciambar memang termasuk dalam zona potensi gerakan tanah menengah-tinggi. Artinya, pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
Menurut Hendra, penyebab terjadinya longsor tersebut diperkirakan karena kemiringan lereng yang agak curam. Pemicunya diperkirakan hujan intensitas tinggi dan lama yang terjadi sebelum terjadinya bencana.
“Warga yang bertempat tinggal di sekitar lokasi dan pengguna jalan untuk tetap waspada apabila terjadi hujan yang berlangsung lama karena dikhawatirkan terjadi longsor susulan,” katanya mengingatkan.
Badan Geologi juga menyarankan agar tim yang bertugas melakukan penanganan material longsor ataupun perbaikan jalan agar mewaspadai dan melakukan antisipasi terjadinya longsor susulan. Selain di lokasi diminta agar dipasang rambu rawan bencana longsor untuk meningkatkan kewaspadaan.
Tim petugas diharapkan secepatnya melakukan pembenahan saluran air permukaan agar lebih kedap air, agar mampu menampung debit air yang meningkat saat hujan. “Tidak melakukan aktivitas yang dapat mengganggu kestabilan lereng, seperti pemotongan lereng, tidak mencetak kolam baru di area longsoran untuk mengurangi penjenuhan lereng dan tidak melakukan penebangan pohon-pohon besar dengan sembarangan,” kata Hendra.
Hendra menambahkan, agar dilakukan pemeriksaan pada area lereng di sekitar lokasi bencana untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya longsor susulan. Jika muncul retakan, misalnya, segera ditutup dengan tanah dan dipadatkan untuk mengurangi peresapan air ke dalam tanah serta mengarahkan aliran air menjauh dari retakan.
Menurut Hendra, jalan tol bisa saja digunakan kembali jika pengelola melakukan rekayasa geoteknik yang memadai untuk revitalisasi jalan tersebut. "Tidak ada struktur geologi dan hal mayor yang lainnya yang dapat membahayakan lebih jauh, ini murni karena tingkat kejenuhan air satuan batuan di permukaan dan curah hujan tinggi,” kata dia.
Longsor Jalan Tol Bocimi KM 64-600 di Parungkuda, Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi terjadi pada Rabu malam, 3 April 2024, sekitar pukul 20.00 WIB. Longsor tersebut mengakibatkan dua orang luka serta pengalihan arus lalu-lintas jalan tol.
Pilihan Editor: Jakarta Serukan Gerakan Mudik Minim Sampah dan Siapkan Strategi di TPS