Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pakar Keamanan Siber Ingatkan Dampak Hoaks dan Deepfake yang Memanfaatkan AI

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Konten hoaks dan fenomena deepfake (gambar subjek manusia yang dihasilkan komputer dan tidak ada dalam kehidupan nyata) menjamur di banyak negara, terutama dengan hadirnya teknologi artificial intelligence (AI) yang semakin canggih dan kompleks. Kondisi ini membuat pemerintah harus bekerja ekstra dalam membatasinya, supaya pengguna internet tidak terpapar konten disinformasi. Dampak buruk perkembangan AI ini, disampaikan oleh pakar keamanan siber dan manajemen risiko digital dari Amerika Serikat, Melissa Hathaway.

Perempuan yang akrab disapa Melissa itu, hadir lewat Zoom saat diskusi integrasi kecerdasan buatan di Jakarta, Selasa, 7 Mei 2024. Dia berpendapat bahwa pengguna media sosial harus mempunyai kemampuan untuk tidak mudah percaya pada konten yang dilihatnya. Kemampuan ini diklaim ampuh untuk memastikan dan menjaga pengguna terhindar dari paparan hoaks di sosial media.

Melissa mengingatkan untuk tidak terburu-buru menyebarkan konten yang dilihatnya di media sosial maupun website. Sebab, bisa jadi konten tersebut adalah hoaks dan diproduksi dengan AI untuk menarik pembaca yang lebih banyak. "Ketika Anda memposting semua informasi yang Anda dapat, maka akan sangat mudah untuk membuat konten hoaks tersebar. Sebab itu perlu kemampuan untuk menganalisis konten ini terlebih dahulu sebelum disebar," kata Mellisa.

Cara yang dapat dilakukan untuk memastikan kebenaran sebuah konten, kata Mellisa, adalah dengan memastikan sumber dari informasi yang dimuatnya. Konten hoaks yang diproduksi oleh AI biasanya tidak memiliki sumber yang jelas dan cenderung sensasional. Menurut dia, konten serupa ini paling banyak tersebar di Facebook dan media sosial X.

Melissa membandingkan Amerika Serikat dengan negara lain dalam memerangi hoaks. Dia menilai AS sudah mempunyai cukup banyak teknisi untuk mengurangi konten disinformasi dan deepfake. Bahkan disediakan laboratorium khusus untuk menghapus, mengidentifikasi hingga menuntut penyebar konten. Namun itu belum bisa sepenuhnya mengatasi masalah ini.

"Berita palsu menyebar seperti virus bahkan lebih banyak dari konten yang berisi fakta. Si pembuat konten palsu menggunakan kecanggihan AI untuk mengedit dan membagikannya supaya terkesan asli. Fenomena ini menakutkan jika tidak diatasi dan perlu regulasi yang tegas dari setiap negara," kata Mellisa, dalam acara yang dihadiri para mahasiswa dari Universitas Multimedia Nusantara di Ruang America, Pacific Place Mall, jakarta itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Melissa, penyebar deepfake dan konten hoaks seperti mengeksploitasi kerentanan psikologis korban. Pelaku menggunakan kecanggihan AI sehingga mampu mengecek algoritma TikTok dan media sosial lainnya, bahkan hingga ke jenis musik yang disukai. Ketika semua informasi dasar ini didapatkan, maka sangat mudah untuk menipu pengguna di media sosial.

Konten dengan unsur disinformasi juga membuat situasi menjadi rusak akibat dimanipulasi. "Masyarakat bisa saja tidak menyukai orang lain atau pemerintah sebuah negara akibat konten disinformasi ini. Padahal kebenaran data yang disampaikan tidak jelas sumber dan keakuratannya," ujar Mellisa. Ia mendorong penguatan kualitas dan literasi media sosialnya supaya masyarakat terhindar dari paparan konten hoaks dan disinformasi ini.

Dalam kesempatan yang sama, staf Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Mediodecci Lustarini menjelaskan bahwa AI bisa mengetahui preferensi pengguna dalam bermedia sosial. Kemampuan yang canggih ini akan mempersonalisasi konten untuk bisa dilihat setiap saat di media sosial. Jika konten yang dipaparkan ini adalah hoaks, maka penyebaran disinformasi bisa semakin masif.

"Kondisi seperti ini sudah terjadi di masa sekarang, jadi bukan prediksi atau potensi lagi. Indonesia sedang mengatur lebih detail soal mengatasi AI ini. Sekarang baru masih dalam tahap (ada) pedoman etika dan regulasi saja. Sebab sangat perlu kajian yang dalam dan khusus untuk memetakan dampak buruk AI," kata Lustarini. 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


CekFakta #259 Memahami Konten-konten Viral Reduksi Penyebarkan Hoaks

9 hari lalu

Logo TikTok terlihat di smartphone di depan logo ByteDance yang ditampilkan dalam ilustrasi yang diambil pada 27 November 2019. [REUTERS / Dado Ruvic / Illustration / File Photo]
CekFakta #259 Memahami Konten-konten Viral Reduksi Penyebarkan Hoaks

Memahami Konten-konten Viral Reduksi Penyebar Hoaks


Pendukung Sambangi Rumah Anies Baswedan Buntut Undangan Halalbihalal Hoaks

13 hari lalu

Anna (kanan), seorang pendukung mantan calon presiden Anies Baswedan, mendatangi rumah Anies di Lebak Bulus, Jakarta Selatan pada Ahad, 5 Mei 2024. Anna datang dari Sukabumi untuk memenuhi undangan halalbihalal yang ternyata hoaks. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Pendukung Sambangi Rumah Anies Baswedan Buntut Undangan Halalbihalal Hoaks

Pendukung menyambangi rumah Anies di Lebak Bulus, Ahad, 5 Mei 2024. Mereka melihat undangan halalbihalal dari pesan berantai yang ternyata hoaks


CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

23 hari lalu

CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

Deepfake, kini semakin mudah dibuat dan semakin sulit dikenali. Dampak yang ditimbulkan oleh penipuan deepfake pun, tidak main-main.


Wanita Korsel Ditipu Elon Musk Palsu Lewat Deepfake, Rugi Rp 811 Juta

23 hari lalu

Elon Musk berencana menghapus judul dari artikel berita yang dibagikan di X (X/Kylie Robison)
Wanita Korsel Ditipu Elon Musk Palsu Lewat Deepfake, Rugi Rp 811 Juta

Elon Musk palsu menipu seorang wanita di Korea Selatan dengan menggunakan aplikasi deepfake. Bagaimana modusnya?


Deepfake Ancam Bisnis di Indonesia, Tren Penggunaannya Meningkat Berkat AI

25 hari lalu

Founder and Group CEO VIDA, Niki Luhur, saat diwawancarai perihal bahaya teknologi deepfake terhadap keamanan bisnis di Indonesia, Rabu, 24 April 2024. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Deepfake Ancam Bisnis di Indonesia, Tren Penggunaannya Meningkat Berkat AI

Teknologi deepfake meningkat pesat. Salah satunya dipicu oleh hadirnya kecerdasan buatan alias AI.


Apa Itu Deepfake? Mengenali Kecenderungan Bahayanya

26 hari lalu

Ilustrasi artificial intelligence (AI). (Antara/Pixabay)
Apa Itu Deepfake? Mengenali Kecenderungan Bahayanya

Deepfake video palsu yang dibuat menggunakan perangkat lunak digital


Video Deepfake Aktor Bollywood Kritik Narendra Modi Tersebar selama Masa Pemilu India

27 hari lalu

Pendukung Perdana Menteri India Narendra Modi mengenakan masker yang menutupi wajahnya, saat mereka menghadiri kampanye pemilu di Meerut, India, 31 Maret 2024. REUTERS/Anushree Fadnavis
Video Deepfake Aktor Bollywood Kritik Narendra Modi Tersebar selama Masa Pemilu India

Beberapa video deepfake tersebar selama masa pemilu India, menampilkan dua aktor Bollywood papan atas yang tampak mengkritik Perdana Menteri Narendra Modi.


Beredar Ada Gas di Wilayah IKN, Jubir Otorita Ingatkan Masyarakat Waspadai Hoaks

43 hari lalu

Juru Bicara Otorita Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Troy Pantouw di Hotel Shangri-La Jakarta pada Senin, 26 Februari 2024. TEMPO/Annisa Febiola
Beredar Ada Gas di Wilayah IKN, Jubir Otorita Ingatkan Masyarakat Waspadai Hoaks

Jubir OIKN sebut video viral soal kandungan gas di wilayah IKN adalah hoaks.


Sumardji Pastikan Isu Hotel Timnas Indonesia Diserang Kembang Api Hoaks

55 hari lalu

Manager Timnas Indonesia, Kombes Sumardji. (foto: istimewa)
Sumardji Pastikan Isu Hotel Timnas Indonesia Diserang Kembang Api Hoaks

Ketua BTN Sumardji menduga kembang api yang muncul di dekat lokasi Timnas Indonesia latihan berasal dari pesta rakyat setempat.


CekFakta #252 Menyelami Kontroversi Hasil Pencarian TikTok dalam Menyebarkan Hoaks

57 hari lalu

Logo TikTok terlihat di smartphone di depan logo ByteDance yang ditampilkan dalam ilustrasi yang diambil pada 27 November 2019. [REUTERS / Dado Ruvic / Illustration / File Photo]
CekFakta #252 Menyelami Kontroversi Hasil Pencarian TikTok dalam Menyebarkan Hoaks

TikTok disorot sebagai sarang penyebaran misinformasi maupun disinformasi.