TEMPO.CO, Jakarta - Produsen kosmetik Johnson & Johnson dilaporkan oleh lebih dari 61 ribu pelanggannya akibat produk bedak talk diduga mengandung zat penyebab kanker (karsinogenik). Laporan itu berlanjut gugatan ke pengadilan dan berujung Rabu, 13 Juni 2024, waktu setempat, J&J mengumumkan setuju membayar denda senilai US$ 700 juta atau setara dengan Rp 11,4 triliun.
Perusahaan raksasa asal Amerika Serikat yang berkantor pusat di New Jersey ini sudah beroperasi sejak 1886 silam. Salah satu produk kosmetik terkenal yang diproduksinya adalah bedak talk dan sudah beredar di banyak negara, termasuk Indonesia.
Konsumen yang menuntut J&J berasal dari negara bagian Florida, North Carolina, dan Texas. Gugatan itu kebanyakan dilayangkan oleh kelompok perempuan pengidap kanker ovarium dan sebagian kecil lainnya penderita mesothelioma--sejenis kanker imbas zat asbes. Mereka menyebut bedak talk yang diproduksi J&J tidak aman karena memicu hadirnya sel kanker akibat zat karsinogenik dari asbes.
Bedak talk telah mulai beredar awal abad ke-19. Namun keamanan produk ini baru mulai diragukan beberapa tahun terakhir. Dugaannya, bahan dan zat yang digunakan untuk produksinya terkontaminasi asbes atau asbestos. Bahan baku bedak talk didapatkan dari aktivitas penambangan mineral yang terdiri dari magnesium silikat terhidrasi. Bahan-bahan itu digiling halus dan membuatnya mampu menyerap kelembapan dan mengurangi tekstur awal yang kasar.
Dasar Penelitian
Peneliti dari Rumah Sakit Mount Sinai di Kanada pada 1976 menganalisis 19 sampel produk bedak talk yang beredar di Amerika Serikat dan menemukan 10 mengandung zat asbes amphibole konsentrasi tinggi. Pada 2020, Environmental Working Group mendapati data 15 persen sampel kosmetik yang ditelitinya masih mengandung serat asbes, termasuk bedak talk milik Johnson & Johnson.
Kandungan asbes dalam bedak talk dinilai sangat berbahaya dan berpotensi memicu munculnya kanker ovarium pada perempuan. Penelitian juga menemukan asbes membuat tumor menjadi ganas. Perdebatan soal bedak talk pemicu kanker terus bergulir hingga International Agency for Research on Cancer mengklasifikasikan bedak talk yang terkontaminasi asbes sebagai karsinogen.
Bukan hanya berpotensi memicu kanker ovarium, pemakaian kosmetik bedak talk--yang diduga terkontaminasi asbes--juga didapati sebagai salah satu faktor pada pasien mesotelioma atau kanker ganas paru-paru. Bahkan dari 100 kasus yang diteliti, kandungan asbes di bedak talk menjadi sumber paparan penyebab kanker yang terdeteksi.
Peneliti melihat bahwa bedak talk ditaburkan pengguna ke area selangkangan untuk maksud kebersihan. Cara ini disebut memicu lahirnya kanker. Termasuk aktivitas cukur rambut dengan menaburkan bedak talk di kepala juga diklaim menyebabkan penyakit.
Ketika konsumen menggunakan produk yang mengandung asbes, mereka berisiko terkena serat asbes yang rapuh. Penggunaan bedak talk terkontaminasi asbes juga dapat meningkatkan risiko partikelnya tertelan dan terhirup ke saluran pernapasan. Banyak konsumen merasa khawatir terutama ihwal paparan jangka panjang dari produk bedak talk yang terkontaminasi asbes ini.
Wakil Presiden Senior di Environmental Working Group, Scott Faber, menyampaikan kalau pengujian untuk produk kosmetik yang mengandung asbes perlu dilakukan guna keamanan pemakaiannya. Menurutnya, kandungan asbes di bedak talk tidak memandang berapa persentase dan jumlahnya. "Sedikit pun jumlah asbes di bedak talk dianggapnya mampu dan berpotensi menyebabkan kanker seperti mesothelioma, asbestosis dan kanker ovarium pada perempuan."
Sebab itu banyak negara di dunia sudah melarang penggunaan asbes untuk produk kosmetik dan sejenisnya. Pada Maret 2024 misalnya, The U.S Environmental Protection Agency atau EPA mengeluarkan kebijakan untuk mengakhiri penggunaan asbes chrysotile pada produk yang digunakan ke tubuh manusia.
Bukan Hanya Johnson & Johnson
Johnson & Johnson bukan satu-satunya produsen kosmetik di dunia yang produknya terdapat kandungan asbestos atau asbes. Dari daftar tersebut, sedikitnya ada yang berhenti memproduksi bedak talk untuk. Adapun J&J termasuk satu di antara perusahaan yang tidak lagi memasarkan bedak talk sejak Mei 2020.
Perusahaan tersebut mengumumkan untuk mengakhiri penjualan bedak bayi berbahan dasar talk, dimulai dari pasar Amerika Utara. Kendati sudah menarik penjualannya, J&J hingga kini masih mengklaim kalau produk bedak talc besutannya aman, penarikan produk dilakukan untuk meredam gugatan yang terus dilayangkan ke perusahaan tersebut.
BERBAGAI SUMBER
Pilihan Editor: Ponsel Minimalis Light Phone 3 Sudah Bisa Pre-order, Ditambahkan Kamera dan Layar E Ink Diganti