Studi oleh Nexus3 dan IPEN pada 2021 lalu juga menemukan bahwa lebih dari 73 persen
cat berbasis pelarut yang dijual dan diproduksi di Indonesia memiliki konsentrasi timbal yang tinggi, hingga 250 ribu ppm.
IPEN Global Lead Paint Elimination Campaigner, Jeiel Guarino, mengatakan
timbal dapat mengancam tumbuh kembang anak, selain berbahaya untuk orang dewasa. “Eliminasi timbal dalam cat adalah cara terbaik untuk melindungi pekerja cat, anak-anak, dan komunitas dari paparan berbahaya dari timbal ini," ucap dia.
Penelitian Membandingkan Antar-pekerja Pabrik Cat
Penelitian ini membandingkan tingkat timbal dalam darah pekerja pada pabrik produksi cat bertimbal (disebut sebagai Industri C) dengan pekerja pada pabrik yang memproduksi cat bebas timbal (Industri A) dan pabrik lainnya yang telah mengeliminasi penggunaan cat baru-baru ini (Industri B).
Penelitian itu menemukan 75 persen responden Industri C memiliki tingkat timbal dalam darah yang tinggi, lebih besar dari 5 μg/dL, dibandingkan dengan 5-8 persen pada Industri A dan B. Sebanyak 10 persen pekerja Industri C juga didapati memiliki tingkat timbal dalam darah yang berkaitan dengan peningkatan risiko kanker yang signifikan.
Risiko itu empat kali lipat lebih besar daripada pekerja Industri A dan 2,5 kali lipat lebih besar daripada pekerja pada Industri B.
Kemudian, ada 55 persen responden dari Industri C memiliki tingkat timbal dalam darah yang menunjukkan peningkatan risiko non-kanker. Besar risikonya hampir 3,5 kali lipat lebih tinggi daripada pekerja pada Industri A dan hampir 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan para pekerja Industri B.
Yuyun bahkan menyebutkan tingkat timbal dalam debu pada Industri C menunjukkan nilai 5 hingga 410 kali lebih tinggi daripada tingkat timbal dalam debu standar milik CDC, yakni 10 μg/ft2. "Timbal yang tertangkap dalam filter dermal responden Industri C memiliki nilai 5 hingga 6 kali lebih tinggi daripada responden Industri A dan B," kata dia.
Paparan timbal melalui kontak kulit lebih tinggi pada pekerja di Industri C, lebih dari lima kali lipat daripada pekerja di Industri A dan B. "Beberapa responden pada ketiga penggolongan ini memiliki tingkat arsenik, kadmium, nikel, talium, atau kromium dalam darah tinggi, yang mungkin meningkatkan risiko kanker melalui jalur paparan inhalasi," ucap Yuyun.
Pilihan Editor: Banjir Lahar Setinggi 3 Meter dari Gunung Karangetang Tutup Jalan Utama di Siau