TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan, Ecoton, mengungkap asal tumpukan sampah yang memenuhi permukaan Sungai Citarum di sekitar Jembatan Babakan Sapan, Citarum Barat. Diperkirakannya, sampah paling banyak berasal dari Kota Bandung dan Cimahi yang padat penduduk.
Dasarnya adalah salah satu anak sungai terdekat dari jembatan itu melewati kawasan padat permukiman di Kabupaten Bandung di Desa Lagadar Margaasih. Lalu juga datang dari Kota Bandung dan Cimahi.
"Aliran dari Curug Jompong membawa banyak sampah dan limbah industri," kata Direktur Eksekutif Ecoton, Daru Setyorini, dikutip dari keterangan tertulis yang dibagikannya, Sabtu, 15 Juni 2024.
Disebutkannya, tumpukan sampah di Sungai Citarum bukan hal yang baru. Menurut Daru, sejak dulu beberapa anak sungai di lokasi itu juga dikenal sebagai tumpukan sampah. Kondisi ini bahkan pernah diviralkan oleh kelompok Pandawara dengan membagikan foto tumpukan sampah menutupi permukaan sungai di Citarum.
Akumulasi sampah di Jembatan Babakan Sapan menutupi aliran sungai Citarum sepanjang lebih dari tiga kilometer. Ini, kata Daru, tentunya menimbulkan dampak pencemaran lingkungan dan ancaman kepunahan keragaman hayati di sungai. "Dampak yang timbul tidak hanya merusak estetika tapi juga menurunkan kadar oksigen."
Sungai Citarum masuk kategori sungai terpanjang di Jawa. Anak sungainya berhulu di Gunung Wayang Kabupaten Bandung. Panjang aliran sungai ini mencapai 300 kilometer, mengalir hingga ke Kabupaten Karawang dan Bekasi, dengan muara akhirnya di Ujung Karawang. Pada 2013 lalu sungai ini pernah dinobatkan sebagai yang paling kotor dan tercemar di dunia.
"Kondisi tumpukan sampah yang demikian banyak hingga menyumbat aliran sungai, sebenarnya kondisi yang sudah sering terlihat di aliran Sungai Citarum," kata Daru lagi yang menilai upaya pembersihan sampah saja tidak cukup. "Butuh solusi yang paling konkret dalam mengatasinya," ujar Daru.
Pemulung mencari sampah plastik di Sungai Citarum di Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 12 Juni 2024. Dari data dari Dinas LHK Provinsi Barat, mencatat sampah yang mengendap sejak Jumat (7/6/2024) di Sungai Citarum kawasan Batujajar tersebut memiliki panjang 3 kilometer serta lebar 60 meter dan diperkirakan volume sampah plastik lebih dari 100 ton. TEMPO/Prima Mulia
Ecoton merekomendasikan untuk pengendalian produksi sampah khususnya plastik sekali pakai oleh produsen. Juga, mendorong produsen menyediakan sistem distribusi produk secara refill dengan kemasan pakai ulang yang aman.
Pemerintah juga diharapkannya bisa menegakkan aturan pembatasan plastik sekali pakai terutama tas kresek dan sedotan yang tidak bisa didaur ulang. Sampah plastik berukuran kecil juga menyebabkannya mudah tercecer dan terdegradasi melepaskan partikel mikroplastik ke alam.
"implementasi peraturan pembatasan plastik ini wajib diterapkan di semua instansi pemerintah dan lembaga pendidikan, dalam menyediakan konsumsi yang minim sampah," katanya menegaskan.
Pemda Bilang Sampah Biasanya Tertahan di Ujung
Sebelumnya, Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, mengaku sudah memeriksa langsung aliran Sungai Citarum di Jembatan Babakan Sampan yang penuh sampah itu. Dia menilainya imbas dari permukaan air yang turun dan adanya sedimen, ditambah lagi aktivitas buang sampah ke sungai yang masih menjadi tradisi masyarakat sekitar.
“Biasanya kalau aliran lancar itu ketahannya di ujung. Ini sudah seminggu tertahan sedimen di sini,” kata Bey, dalam keterangannya yang dikutip dari rilis Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kamis, 13 Juni 2024.
Aktivis dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Jawa Barat membentang spanduk kampanye terkait program Citarum Harum dibawah jembatan Sungai Citarum di Baleendah, Kabupaten Bandung, Minggu, 19 Mei 2024. Walhi Jawa Barat menyatakan program Citarum Harum tak layak dijadikan contoh keberhasilan pengendalian dan penanganan pencemaran sungai di World Water Forum. TEMPO/Prima mulia
Bey berjanji pembersihan dan pengerukan sampah akan dilakukan secepatnya. Pengangkutan sampah dilakukan oleh Satgas Citarum Harum, BBWS Citarum, serta warga sekitar. "Kami gerak cepat, koordinasi bersama, karena ini masalah bersama," kata dia.
Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat mencatat sampah tersebut memiliki panjang 3 kilometer dan lebar 60 meter. Perkiraan volume sampah lebih dari 100 ton.
AHMAD FIKRI
Pilihan Editor: Perburuan dan Perdagangan Menjadi Ancaman untuk Populasi Lutung Jawa