TEMPO.CO, Jakarta - Gempat mengejutkan masyarakat di Batang, Pekalongan, dan sekitarnya di Jawa Tengah, pada Minggu siang, 7 Juli 2024. Data BMKG menyebutkan gempa berkekuatan Magnitudo 4,4 dan memiliki titik pusatnya di darat. "Jenis gempa bumi dangkal akibat adanya sesar aktif," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dalam keterangan tertulis yang dibagikannya setelah gempa.
Laporan BMKG Pekan Ini
1. Prediksi Cuaca
Dikutip dari Antara, keterangan dalam situs web BMKG Jakarta, Minggu, 7 Juli 2024 mayoritas kota besar Indonesia akan diguyur hujan. Adapun hujan dengan intensitas ringan prakiraan akan turun di sejumlah wilayah seperti Medan, Padang, Pangkal Pinang, Bandar Lampung, Serang, Jakarta, Bandung, Palangkaraya, Banjarmasin, Mataram, Manokwari, dan Jayapura.
Adapun Yogyakarta, Kendari, Manado, dan Ambon diprediksi mendapat bagian hujan dengan intensitas sedang. Untuk hujan yang disertai petir diperkirakan terjadi di Gorontalo dan Mamuju pada siang.
Cuaca berawan juga dilaporkan terjadi di sejumlah wilayah seperti Tanjung Pinang, Palembang, Bengkulu, Jambi, Semarang, Pontianak, Samarinda, Makassar, dan Ternate pada hari ini. Adapun cuaca cerah berawan diperkirakan di Banda Aceh, Pekanbaru, Surabaya, Denpasar, dan Kupang pada hari ini.
2. Sirkulasi Siklonik
Laporan BMKG, terdapat beberapa faktor hujan yang dapat disertai petir hingga angin kencang pada Minggu, 7 Juli 2024. Ini antara lain sirkulasi siklonik di Samudera Hindia sebelah barat Bengkulu.
Sirkulasi siklonik yang terbentuk karena pusat tekanan rendah itu membentuk daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang dari Laut Jawa hingga Selat Sunda, Samudera Hindia selatan Sumatera, dan pesisir barat Bengkulu.
"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi atau konfluensi tersebut," bunyi peringatan dini cuaca BMKG yang diperbarui pada Sabtu, 6 Juli 2024.
3. Hidrometeorologi di Jawa Tengah
Menindaklanjuti fenomena cuaca beberapa waktu ke depan, BMKG mengimbau warga Jawa Tengah (Jateng) khususnya bagian selatan untuk mewaspadai bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang yang berpotensi terjadi seiring dengan peningkatan curah hujan pada musim kemarau.
Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo menjelaskan, khusus di wilayah Jateng adanya peningkatan curah hujan lebih dipengaruhi oleh aktivitas gelombang atmoster Rossby Ekuatorial terpantau aktif di beberapa wilayah Indonesia termasuk Jawa, serta Madden Julian Oscillation (MJO) berada pada fase 3 (Indian Ocean) yang berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.
Daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) lain juga terlihat memanjang dari Laut Jawa hingga Lampung-Sumatera Selatan dan Jawa Tengah hingga Jawa Barat-Banten yang mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi tersebut.
"Oleh karena itu, hujan dengan intesitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang masih berpotensi terjadi di wilayah Jawa Tengah khususnya Jateng bagian selatan," kata Teguh pada Minggu, 7 Juli 2024, dikutip dari Antara.
4. Hujan pada Musim Kemarau
Sebelumnya, BMKG menyatakan, pada Juli hingga Agustus merupakan puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia. Namun, bukan berarti tidak berpotensi turun hujan.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menyebut peningkatan curah hujan disebabkan oleh dinamika atmosfer skala regional-global yang cukup signifikan, karena fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) dari Samudera Hindia. Ada pula fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial di sebagian besar wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan sebagian besar Papua.
"Selain itu, suhu muka laut yang hangat di perairan wilayah sekitar Indonesia memberikan kontribusi dalam menyediakan kondisi yang mendukung pertumbuhan awan hujan signifikan di wilayah Indonesia," katanya dikutip dari keterangan tertulis yang diberikan BMKG, Jumat, 5 Juli 2024.
5. Dampak Kombinasi Fenomena Cuaca
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani mengatakan, kombinasi pengaruh fenomena-fenomena cuaca tersebut diprakirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai kilat atau angin kencang di sebagian besar wilayah Indonesia pada 5 Juli hingga 11 Juli 2024.
BMKG menilai kondisi demikian bisa juga menimbulkan dampak cuaca ekstrem kebencanaan hidro-meteorologi yang meliputi banjir bandang, angin puting beliung, tanah longsor dan seterusnya, meskipun pada saat yang bersamaan Indonesia akan menghadapi puncak musim kemarau pada medio dasarian II Juli – September 2024, dikutip dari Antara.
ZACHARIAS WURAGIL | ANTARA
Pilihan Editor: Hujan Luas di Puncak Musim Kemarau, Begini Data dan Penjelasan BMKG