TEMPO.CO, Jakarta - Nama Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi, tengah menjadi sorotan publik. Penyebabnya, kabar yang beredar mengenai wajib lepas hijab untuk anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) putri 2024. Yudian pun telah membagikan klarifikasi atas kabar tersebut.
“Sehubungan berkembangnya wacana di publik mengenai tuduhan kepada BPIP melakukan pemaksaan lepas hijab. Kami memahami aspirasi rakyat. BPIP menegaskan bahwa tidak melakukan pemaksaan,” kata Yudian melalui keterangan tertulis yang diterima Tempo, Rabu 14 Agustus 2024.
Baca juga:
Lantas, bagaimana sosok Yudian?
Profil Yudian Wahyudi
Yudian lebih dahulu dikenal sebagai seorang akademisi. Dia pernah menjadi Rektor Universitas Islam Negeri atau UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sejak 11 Mei 2016 hingga 5 Februari 2020.
Riwayat pendidikan tingginya ia mulai dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga (sekarang UIN Sunan Kalijaga) pada jurusan Peradilan Agama dan lulus pada 1987. Di perguruan tinggi yang sama, Yudian mengambil program magister (S2) pada jurusan Islamic Studies dan berhasil meraih gelar MA pada 1993.
Kemudian, Yudian menempuh program doktor (S3) di McGill University, Kanada, pada jurusan Islamic Studies. Gelar akademik Ph.D diraihnya ketika lulus pada 2002.
Meskipun tak lagi menjabat sebagai rektor, Yudian tercatat masih aktif mengampu tiga mata kuliah, yaitu Hermeneutika Islam, Maqasid Syariah: Teori dan Metodologi, serta Studi Alquran dan Alhadis Perspektif Pendidikan Islam di UIN Suka Yogyakarta pada semester genap tahun akademik 2023/2024.
Pria kelahiran Balikpapan, Kalimantan Timur, pada 17 April 1960 tersebut diketahui juga sebagai pendiri Tarekat Sunan Anbia, Yogyakarta. Yayasan tersebut mempunyai sebuah kegiatan rutin berupa Majelis Ayat Kursi yang diadakan seminggu sekali.
Daftar Kontroversi Yudian Wahyudi
Selain dugaan adanya pemaksaan melepas hijab bagi Paskibraka putri 2024, Yudian juga sempat membuat beberapa keputusan dan melontarkan pernyataan yang menimbulkan kontroversi. Berikut daftarnya:
1. Larang Pemakaian Cadar di Kampus
Yudian pernah mengatakan pemakaian cadar termasuk berlebihan karena dalam ajaran Islam ada istilah ijma atau kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum berdasarkan Alquran dan hadis. Atas dasar itu, dia menyebut UIN Suka Yogyakarta melakukan pembinaan terhadap 41 mahasiswi yang memakai cadar dalam kegiatan kuliah di kampus.
“Pembinaan dalam bentuk konseling dilakukan supaya mahasiswi yang bersangkutan tidak lagi memakai cadar untuk kepentingan ideologi atau aliran tertentu,” ucap Yudian di Yogyakarta, Minggu, 18 Maret 2018, seperti dikutip dari Antara.
Selain itu, lanjut dia, dari sisi keamanan, tidak ada yang bisa menjamin bahwa mahasiswi bercadar saat menjalani ujian adalah mahasiswi yang bersangkutan sesuai dengan identitasnya lantaran wajahnya tertutup.
“Konseling akan dilakukan beberapa kali. Apabila mahasiswa bercadar itu telah diberikan konseling selama beberapa kali tetapi tidak ada perubahan, maka kami akan mempersilakan mereka untuk pindah kampus,” ujar Yudian.
2. Loloskan Disertasi tentang Zina
Yudian diketahui juga pernah meloloskan disertasi karya doktor Abdul Aziz tentang konsep “Milk al-Yamin sebagai Keabsahan Hubungan Seksual Non-Marital” atau seks di luar pernikahan atau yang dikenal juga sebagai zina dalam Agama Islam. Namun, dia menjelaskan bahwa disertasi karya dosen Fakultas Syariah IAIN Surakarta yang mendapatkan nilai sangat memuaskan tersebut tidak serta merta untuk diterapkan di Indonesia.
“Tidak cocok untuk di Indonesia, terutama umat Islam atau bangsa Indonesia secara keseluruhan,” ucap Yudian di Kampus UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Jumat, 30 Agustus 2019.
3. Sebut Agama sebagai Musuh Terbesar Pancasila
Kemudian, Yudian juga sempat menjadi sorotan saat menyebut musuh terbesar Pancasila adalah agama. Namun, dia menilai masyarakat salah menangkap ucapannya tersebut, sehingga menimbulkan polemik.
Menurut dia, musuh Pancasila adalah perilaku orang-orang berpikiran ekstrem yang mempolitisasi agama menganggap dirinya mayoritas. Agama, kata Yudian, direduksi hanya pada poin kecil yang mereka mau, menutup yang lain. "Kelompok ini pada kenyataannya berada di kalangan masyarakat minoritas, tetapi mereka mengklaim mayoritas,” kata Yudian kepada Tempo, Kamis, 13 Februari 2020.
4. Gunakan TikTok untuk Sosialisasi Pancasila
Rencana BPIP yang ingin menggalakkan nilai-nilai Pancasila melalui media digital juga sempat menuai kontroversi. “Begitu pula melalui musik, film, alatnya itu maksud saya ada YouTube, blog, pokoknya medsos yang sekarang digital. Kami pakai sehingga nanti akan ada, termasuk TikTok, segala macam itu,” ucap Yudian saat rapat dengar pendapat dengan Komisi II DPR RI di Kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa, 18 Februari 2020.
Rencana tersebut langsung mendapatkan respons dari para warganet. Mereka menilai jika rencana itu kurang tepat. “BPIP digaji gede sosialisasi Pancasila pakai TikTok. Ini orang-orang di @BPIPRI gak ada yang pinter dikit ya?” cuit akun X (Twitter) @Shaqeer******, Selasa, 18 Februari 2020.
5. Usul Assalamualaikum Diubah Jadi Salam Pancasila
Sebelumnya, beredar informasi terkait dugaan adanya kabar yang menyebut Yudian mengusulkan untuk mengganti “Assalamualaikum” menjadi “Salam Pancasila”. Namun, dia menegaskan bahwa Salam Pancasila bukan untuk menggantikan salam keagamaan, melainkan salam kebangsaan untuk menghormati semua warga negara Indonesia dari berbagai latar belakang agama.
“Tujuan utama Salam Pancasila adalah salam kebangsaan untuk menghormati semua warga negara Republik Indonesia (RI) dari berbagai latar belakang agama, budaya, dan apa saja sesuai dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Yudian dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis, 10 Februari 2022.
DESTY LUTHFIANI, FRISKI RIANA berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Kematian Peserta PPDS Anestesi Undip, Laporan Bullying Marak di Pendidikan Dokter