TEMPO.CO, Jakarta - Cuitan Calon Gubernur Jakarta, Ridwan Kamil, di media sosial Twitter-kini X- bertahun-tahun silam yang dinilai mendiskreditkan orang Jakarta masih menjadi polemik. Padahal, eks Gubernur Jawa Barat itu mengaku sudah meminta maaf hingga tiga kali, yakni pada 2013, 2018, dan terbaru pada 2024 ini.
“Saya sudah minta maaf tiga kali. Pertama tahun 2013, kedua tahun 2018, muncul lagi 2024, kan gitu,” kata RK, sapaan Ridwan Kamil, saat hadir di acara Kahforward di Indonesia Arena, Jakarta, Sabtu, 28 September 2024.
Belakangan, sejak diusung oleh 12 partai anggota Koalisi Indonesia Maju atau KIM Plus sebagai kandidat Gubernur Jakarta di Pilkada Jakarta 2024, cuitan-cuitan lama Ridwan Kamil yang kontroversial mencuat. Salah satu cuitan yang paling disorot adalah saat dirinya menyentil sifat-sifat tak menyenangkan yang disebutnya sebagai karakter orang Jakarta.
“Tengil, gaul, glamor, songong, pelit, gengsian, egois, pekerja keras, tahan banting, pamer, hedon. Itu karakter orang Jakarta,” cuit Ridwan Kamil pada 6 Juni 2011 silam.
Meski cuitan tersebut diunggah lebih dari satu dekade silam dan yang bersangkutan telah berkali-kali meminta maaf, tampaknya jejak digital Ridwan Kamil bakal akan terus diungkit. Berkaca dari kasus politikus Partai Golkar ini, mencegah jelas lebih baik daripada mengklarifikasi dan meminta maaf. Apalagi, netizen Indonesia terkenal bar-bar dalam berkomentar.
Masih ingat dengan indeks kesopanan digital yang dirilis Microsoft.com. Penelitian bertajuk Digital Civility Index (CDI) itu menunjukkan warganet Indonesia mendapatkan poin paling buruk alias paling tidak sopan se-Asia Pasifik. Angka paling besar 47 persen dipengaruhi oleh hoaks dan penipuan, disusul ujaran kebencian dengan angka 27 persen, dan risiko diskriminasi 13 persen.
Dilansir dari laman Tempo Institute, dari indeks tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku digital netizen Indonesia masih rendah. Jika berselancar kolom komentar berbagai platform media sosial, akan dengan mudah menemukan komentar dengan bahasa Indonesia, dan tak sedikit yang bernada negatif. Padahal perilaku digital yang sedemikian rupa dapat berdampak buruk, tidak hanya bagi diri sendiri, tapi juga orang lain.
Menurut Dosen Fakultas Komunikasi Universitas Pancasila, Diana Anggraeni, pengguna media sosial sudah semestinya berkomunikasi secara sopan dan santun, menghargai toleransi dan keberagaman, tidak melakukan perundungan maupun pelecehan, dan tidak menyebarkan kabar bohong.
“Mari menjadikan ruang media sosial yang mencerminkan nilai-nilai ke-Indonesia-an sebagai tempat belajar, berinteraksi, dan bertumbuh kembang sekaligus wadah untuk mengaktualisasikan diri sebagai bangsa yang bermartabat,” katanya, dalam lokakarya bertajuk “Netizen Cerdas: Panduan Bijak dalam Dunia Media Sosial” yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi, Rabu, Maret 2024.
Psikolog pendidikan dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Prof. Dr. Rose Mini Agoes Salim, menyarankan media sosial sebaiknya digunakan untuk hal-hal yang menimbulkan dampak positif. Rose Mini mengatakan asal digunakan secara bijak, media sosial bisa menjadi sarana untuk menyebarkan kebaikan dan pengaruh positif kepada orang lain.
“Misalnya, dia foto makanan, dia upload, kemudian dia kasih informasi yang mendidik seperti harga dan rasanya, itu masih oke menurut saya,” ujarnya.
Seperti senjata, media sosial bisa mendatangkan kebaikan atau keburukan. Karena itu, Rose Mini mengingatkan pengguna untuk mengedepankan penyampaian konten positif di media sosial. “Gunakan media sosial untuk kasih informasi atau edukasi ke orang lain dibandingkan hanya digunakan untuk show off dan tidak ada tujuan yang bisa memberikan informasi ke orang lain,” ujar.
Menurut pengamat digital lifedata-style Ben Soebiakto, ada banyak hal-hal negatif yang bisa ditemukan di media sosial saat ini, seperti kabar bohong, konten rasisme, dan konten yang memicu perpecahan bangsa. Oleh karena itu, dia menyarankan agar para pengguna lebih kritis terhadap informasi yang mereka dapat di media sosial.
“Anak Indonesia zaman sekarang ini harus kritis dan bijak dalam menyaring informasi di media sosial atau internet. Pilih konten-konten yang mendidik karena internet kan sudah unlimited, jadi harus lebih mencari konten-konten yang bermanfaat,” kata Ben dalam peluncuran tabungan PermataME dari Permata Bank, Rabu 18 April 2018 di Jakarta.
Dia juga meminta generasi muda untuk tidak mudah terpancing komentar-komentar negatif yang sering dilontarkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. “Intinya, jangan mudah terpancing dengan apa yang menjadi isu atau perpecahan ataupun apapun yang negatif dalam dunia konten di dunia digital. Lebih banyak menyaring informasi itu akan membuat kita bijak dalam menggunakan media sosial,” kata Ben.
Selanjutnya: Cara Bijak Main Media Sosial