Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dua Orientasi BSI Kumala: Mengangkat Nilai Ekonomi Sampah dan Pemberdayaan Anak Jalanan

Reporter

Editor

Abdul Manan

image-gnews
Petugas kebersihan membersihkan tumpukan sampah dengan cara membuang sampah di Sungai Ciliwung, Kampung Pulo, Jakarta, Senin, 9 September 2024.  TEMPO/Subekti.
Petugas kebersihan membersihkan tumpukan sampah dengan cara membuang sampah di Sungai Ciliwung, Kampung Pulo, Jakarta, Senin, 9 September 2024. TEMPO/Subekti.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Rumah kontrakan di pertigaan antara Jalan Budi Raya, Jalan Enim 1, dan Jalan Bakti, di Jakarta Utara itu ramai orang datang dan pergi. Rumah dua tingkat itu tak lain adalah kantor Bank Sampah Induk (BSI) Kumala yang berada di bawah naungan Yayasan Kumala.

Lokasi bank sampah ini cukup strategis karena berada di tengah permukiman padat penduduk wilayah Kelurahan Sungai Bambu, Kecamatan Tanjung Priok. Jalan di depan rumah dengan pilar-pilar warna hijau ini selalu ramai karena merupakan jalur utama warga berlalu-lalang.

Pagi menjelang siang, orang silih berganti masuk dan keluar dari rumah kontrakan ini untuk menjemput dan mengangkut sampah yang sudah terpilah dari nasabah. Nasabah adalah sebutan untuk warga yang menjual sampahnya ke BSI Kumala. 

Ketua Bank Sampah Induk Kumala, Bayu Hermawan, mengatakan, orientasi bank sampah ini adalah untuk mendorong warga melakukan pengelolaan sampah secara bertanggung jawab dan menjadikan sampah memiliki nilai ekonomi.

Selain itu, juga ada unsur pemberdayaan anak-anak jalanan. “Pengelolaan sampah itu pembinaan buat mereka, kemampuan untuk inovasi produk, khususnya di distribusi sampah,” kata Bayu saat ditemui di kantor BSI Kumala, Sabtu, 2 November 2024 lalu.

Pendiri Yayasan Kumala adalah Dindin Komarudin, pria yang dikenal tidak hanya karena aktivitas pemilahan dan pengelolaan sampah, tapi juga dalam soal pemberdayaan kelompok marjinal. Ia mendapatkan berbagai penghargaan, termasuk Kalpataru 2024 kategori Pembina Lingkungan. 

Saat berdiri pada 2016, awalnya status Bank Sampah Kumala masih sebagai Bank Sampah Unit. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta yang menaikkan statusnya menjadi Bank Sampah Unit di Jakarta Utara pada 2023 karena makin produktif dan telah bekerja sama dengan berbagai lembaga dan perusahaan untuk sosialisasi pengelolaan sampah yang baik dan benar. 

Setelah status berubah, kata Bayu, bank sampah pun harus lebih siap dari berbagai aspek, seperti sarana dan prasarana pendukung, penambahan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM), serta harus lebih bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah. “Sedangkan kami bukan bisnis murni. Yayasan ini fokusnya pemberdayaan dan pengelolaan sampah,” ucapnya.

Bayu mengatakan, bank sampah ini digerakkan secara swadaya dan bermitra dengan berbagai pihak. Untuk operasional, bank sampah ini mengandalkan penjualan produk hasil kerajinan dari sampah, penjualan sampah terpilah ke perusahaan pengolah sampah, dan jasa pendampingan dan pelatihan.

Saat ini BSI Kumala memiliki 100 lebih nasabah perorangan, sembilan nasabah dari kalangan perusahaan, dan 42 dari bank sampah unit. Jenis tabungan yang ditawarkan adalah reguler, pendidikan, dan hari raya. Dengan tabungan ini nasabah bisa mengambil uangnya dalam waktu tertentu.

Mereka yang memilih tabungan reguler, ia bisa mengambil uangnya kapan pun. Untuk tabungan pendidikan, uangnya bisa diambil sekali dalam satu semester. Bagi yang memilih tabungan hari raya, uangnya bisa diambil saat hari raya keagamaannya.

Produk Kerajinan 

Ada sejumlah kerajinan yang dihasilkan BSI Kumala. Antara lain, gelas atau plakat dari kayu sisa penebangan pohon tumbang di jalan raya, gantungan kunci dari palet kayu bekas, dan kertas hasil daur ulang. Juga ada kerajinan tas tangan maupun tas kertas dan semacamnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pembeli produk kerajinan, kata Bayu, datang dari kelas atas karena harganya lebih mahal dari produk biasanya dengan bahan lain. Keunikan bahan baku produk juga menjadi daya tarik tersendiri bagi pembeli.

Meskipun banyak pihak yang mengapresiasi, kata Bayu, BSI Kumala dengan berbagai produknya butuh penyempurnaan dan menyesuaikan dengan permintaan pasar. “Memang ini masih butuh penyempurnaan lagi dan inovasi terus,” ucap Bayu.

Tantangan Bank Sampah

Bayu mengatakan, ada sejumlah tantangan yang dialami bank sampah seperti BSI Kumala. Pertama, belum semua di wilayah di Jakarta Utara terdapat bank sampah. 

Selain itu, penawaran harga sampah kepada nasabah juga terkadang masih kalah dengan lapak barang bekas. “BSI tidak bisa menghadirkan harga yang bagus karena keterbatasan modal,” kata Bayu.

Kedua, terbatasnya kendaraan operasional untuk antar-jemput sampah. 

Ketiga, sumber daya manusianya juga masih sangat terbatas untuk berbagai lini aktivitas.

Keempat, perlu memaksimalkan produk hasil daur ulang. 

Kelima, perlu terus berinovasi. “Seperti produk plastik gitu ya dari daur ulang plastik, itu kan butuh mesin dengan harga lumayan (mahal),” ucap Bayu.

Bayu mengatakan, bank sampah bukanlah kegiatan bisnis murni, namun bisnis sosial. Artinya, ada upaya pemanfaatan barang-barang bekas menjadi memiliki nilai ekonomi.

Yayasan Kumala, kata Bayu, juga bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi DKI Jakarta untuk pemberdayaan masyarakat di Kampung Bahari. Sebab, wilayah itu terkenal karena peredaran narkotika. BNN ingin memberdayakan masyarakat yang terdampak melalui aktivitas membuat kerajinan dari sampah.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dilema Penutupan Tempat Pembuangan Limbah Plastik Ilegal yang Dikunjungi Menteri Hanif, Ini Kata Perusahaan

3 jam lalu

Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol mendatangi tempat pembuangan sampah ilegal di Gunung Putri, Bogor, Senin, 4 November 2024. Tempo/Irsyan
Dilema Penutupan Tempat Pembuangan Limbah Plastik Ilegal yang Dikunjungi Menteri Hanif, Ini Kata Perusahaan

Perusahaan menjadi sasaran demonstrasi sekitar 2.000 orang atau 500 kepala keluarga yang menggantungkan hidup dari mengais limbah plastik.


Tim Mahasiswa ITB Latih Warga Desa Kawasan IKN Kelola Sampah Secara Mandiri

2 hari lalu

Suasana pembangunan di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) terlihat dari Istana Garuda, Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jumat, 13 September 2024. Komisi V DPR RI menyetujui penyesuaian pagu anggaran tahun 2025 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan penambahan anggaran sebesar Rp40,59 triliun untuk mendukung pembangunan IKN khususnya pengembangan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP). ANTARA/M Risyal Hidayat
Tim Mahasiswa ITB Latih Warga Desa Kawasan IKN Kelola Sampah Secara Mandiri

Kelompok mahasiswa ITB melatih warga di area IKN di Desa Bukit Raya, Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, untuk mengelola sampah secara mandiri.


Re-Skewer, Atasi Limbah Tusuk Sate dengan Program Daur Ulang

3 hari lalu

Pedagang sate/Boolet
Re-Skewer, Atasi Limbah Tusuk Sate dengan Program Daur Ulang

Chief Executive Officer Boolet Cindy Susanto mengajak para pedagang sate untuk mendaur ulang limbah tusuk sate menjadi barang bernilai lebih.


Kisah Calon Guru Besar Unpam 13 Tahun Hidup di Gerobak dan Profil Perancang Maung MV3 Garuda Pindad di Top 3 Tekno

4 hari lalu

Udin Ahidin, 48 tahun, Doktor Ilmu Manajemen yang kini tengah proses menjadi Guru Besar di Universitas Pamulang (Unpam). ISTIMEWA
Kisah Calon Guru Besar Unpam 13 Tahun Hidup di Gerobak dan Profil Perancang Maung MV3 Garuda Pindad di Top 3 Tekno

Topik tentang calon guru besar Unpam, Udin Ahidin, 13 tahun hidup di gerobak menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.


Begini Usul Menteri Hanif Atasi Ribuan Ton Sampah Sisa Makanan di TPST Bantargebang

4 hari lalu

Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq bersama Sekda Provinsi Jakarta Joko Agus Setyono dan Dinas Lingkungan Hidup Jakarta dalam kunjungan kerja ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Ahad, 27 Oktober 2024. TEMPO/Defara
Begini Usul Menteri Hanif Atasi Ribuan Ton Sampah Sisa Makanan di TPST Bantargebang

Dari total 7-8 ribu ton sampah harian yang berakhir di TPST Bantargebang, separuhnya adalah sisa makanan.


11 Kota Terkotor di Indonesia Berdasarkan Penilaian Adipura 2017-2018

5 hari lalu

Sampah tersebut berasal dari hulu sungai yang terbawa arus hingga ke pantai. TEMPO/Fachri Hamzah
11 Kota Terkotor di Indonesia Berdasarkan Penilaian Adipura 2017-2018

Permasalahan sampah masih menjadi kendala di perkotaan. Lantas, di mana sajakah kota terkotor di Indonesia? Ini informasinya.


Walhi: 2 dari 3 Cagub di Pilkada Jakarta Janji Atasi Sampah tanpa Strategi Konkret

7 hari lalu

Petugas kebersihan membersihkan tumpukan sampah dengan cara membuang sampah di Sungai Ciliwung, Kampung Pulo, Jakarta, Senin, 9 September 2024. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada 24 Juli 2024, jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 31,9 juta ton. TEMPO/Subekti.
Walhi: 2 dari 3 Cagub di Pilkada Jakarta Janji Atasi Sampah tanpa Strategi Konkret

Walhi mengkritisi janji penanganan sampah masing-masing calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta.


Menteri Hanif Faisol Akan Hentikan Impor Sampah Mulai Tahun Ini

8 hari lalu

Aktivis lembaga Ecoton menunjukkan contoh sampah impor dalam aksi damai menuntut penghentian masuknya sampah impor di kawasan Monas, Jakarta, Senin, 3 Mei 2021. TEMPO/Muhammad Hidayat
Menteri Hanif Faisol Akan Hentikan Impor Sampah Mulai Tahun Ini

Hanif Faisol menargetkan impor sampah harus dapat dihentikan mulai tahun ini.


Menteri Hanif Faisol Ungkap Dua PR Besar di TPST Bantargebang

8 hari lalu

Sejumlah petugas pemadam kebakaran dan alat berat eskavator melakukan proses pendinginan TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, Minggu 29 Oktober 2023. Menurut penuturan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta luas TPST zona 2 yang terdampak 2 sampai dengan 3 hektar dan proses pendinginan masih berlangsung hingga malam hari ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
Menteri Hanif Faisol Ungkap Dua PR Besar di TPST Bantargebang

Hanif Faisol mengatakan bahwa salah satu fokus pemerintah adalah memperbesar kapasitas dan skala industri pengolahan sampah.


Menteri Hanif Sebut Indonesia Butuh Industrialisasi Sampah, Cara Atasi Ketergantungan Terhadap TPA

8 hari lalu

Sejumlah pekerja melakukan pensortiran berbagai jenis sampah yang dapat didaur ulang di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Minggu, 18 Agustus 2024. Tim Satuan Tugas Koordinasi dan Supervisi Wilayah V KPK, menemukan persoalan serius penumpukan sampah yang berdampak buruk terhadap lingkungan dan merusak citra pariwisata yang menjadi sumber pendapatan utama Daerah, sehingga KPK mendorong Pemerintah Daerah segera memperbaiki tata kelola sampah. TEMPO/Imam Sukamto
Menteri Hanif Sebut Indonesia Butuh Industrialisasi Sampah, Cara Atasi Ketergantungan Terhadap TPA

Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq, mengingatkan soal urgensi industrialisasi pengelolaan sampah di Indonesia.