TEMPO Interaktif, Jakarta - Rencana penyodetan Sungai Ciliwung ke Kanal Banjir Timur tampaknya bakal terwujud. Indikasi hal ini terlihat pada dokumen Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2010. Akhir pekan lalu pemerintah telah mengajukan dokumen tersebut ke DPR dan bakal dibahas setelah lembaga legislatif selesai masa reses.
Dalam dokumen tersebut, pemerintah mengalokasikan anggaran Rp 604 miliar untuk penanganan dan pengendalian banjir di Jakarta. Dana itu akan dikucurkan untuk penyelesaian Kanal Banjir Timur (KBT) sebesar Rp 504 miliar dan tambahan anggaran untuk penyodetan Kali Ciliwung beserta pembebasan tanahnya Rp 100 miliar.
Bulan lalu, Wakil Presiden Boediono mengunjungi korban banjir akibat meluapnya Sungai Ciliwung di kawasan Kampung Melayu dan Jatinegara. Ketika itu Gubernur Jakarta Fauzi Bowo menjelaskan rencana menyodet Kali Ciliwung ke KBT. Salah satu usulan adalah memanfaatkan saluran pipa air minum yang sudah tidak dipakai lagi. Saluran tersebut menghubungkan Kali Malang dengan Sungai Ciliwung di wilayah Bidaracina.
Alternatif lain membuat saluran bawah tanah antara Ciliwung melewati daerah Kebon Nanas dan masuk ke Kali Cipinang. Usul lain, saluran bawah tanah ini melewati Jalan Pedati. Tujuan penyodetan menyalurkan sebagian air Kali Ciliwung dari Kanal Banjir Barat ke Kanal Banjir Timur. Kanal Barat yang dibangun sejak zaman Belanda tidak mampu lagi menampung debit Ciliwung sehingga menimbulkan banjir di Kalibata, Kampung Melayu dan wilayah Petamburan, Jakarta Pusat. Kanal Banjir Timur yang sejak Januari 2010 mulai beroperasi masih mampu menampung limpahan Ciliwung.
Setelah kunjungan Wakil Presiden dilakukan serangkaian rapat antara Kementrian Pekerjaan Umum dan Pemerintah Provinsi Jakarta. “Sodetannya yang paling mungkin dari daerah Bidara Cina ke Kali Cipinang,” kata Kepala Balai Besar Ciliwung-Cisadane Pitoyo Subandrio beberpa waktu lalu. Pihaknya masih melakukan simulasi terlebih dulu dari sejumlah opsi yang ada.
UWD