TEMPO Interaktif, Illinois - "Michael S Hart meninggalkan jejak utama untuk dunia." Kalimat ini ditulis Direktur Eksekutif Proyek Gutenberg, Gregory B. Newby, kemarin.
Jejak itu kini dirasakan ratusan juta warga dunia berupa e-book yang dapat dibuka di notebook, sabak atau telepon seluler. Saat ini ada 30 ribu buku dalam 60 bahasa yang dapat dibaca secara gratis.
Hart yang menenemukan e-book dan merintis Proyek Gutenberg wafat pada Selasa, 6 September 2011 lalu di rumahnya di Urbana, Illinois, Amerika Serikat. Tulisan obituari Newby di laman Proyek Gutenberg tidak berlebihan.
Penemuan e-book atau buku versi digital memang tidak sekedar indikasi kemajuan teknologi. Temuan ini menjadi sebuah cara yang efektif dan efisien untuk mengakses literatur yang tak terbatas jumlahnya secara gratis, termasuk bagi orang miskin dan warga negara berkembang.
Sebelum wafat di usia 64 tahun, Hart menginginkan bakal ada satu miliar e-book pada tahun 2021, tepat saat Proyek Gutenberg berusia 50 tahun. "Anda akan mampu membawa semua e-book hanya dalam satu genggaman tangan," ujar sarjana sains yang lulus dari Universitas Illinois pada tahun 1973 itu.
Ketika mahasiswa, Hart mendapatkan akses komputer utama Xerox Sigma V di Laboratorium Materi Penelitian. Dia berpikir lama, apa yang dapat dilakukan dengan barang yang kala itu masih baru dan unik ini.
Ide membuat buku digital muncul setelah dia berbelanja sayuran. Hart secara tak sengaja menemukan perkamen palsu Naskah Deklarasi Kemerdekaan Amerika dalam bungkus sayuran. "Tiba-tiba saya merasa lampu di atas kepala saya menyala," ujar Hart dalam sesi wawancara tahun 2002.
Pikirannya memberikan sebuah ide brilian untuk memasukkan perkamen tersebut dalam komputer agar mampu bertahan ratusan tahun. "Maka, lahirlah apa yang dikenal Proyek Gutenberg."
Hart berniat mengirimkan teks tersebut sebagai e-mail ke para pengguna Arpanet, bentuk awal dari Internet yang kita kenal sekarang. Dia menyebutkan bahwa teks tersebut bisa diunduh.
Pada awal Proyek Gutenberg, Hart yang lahir 8 Maret 1947 mengetik Undang Undang Hak Asasi, Konstitusi, Alkitab King James dan Adventures in Wonderland Alice ke dalam database proyek.
Menurut Hart, ini adalah langkah pertama menuju era informasi tahap kelima. Periode ini ditandai dengan dunia e-book, perangkat genggam elektronik seperti Nook dan Kindle, serta akses individu terhadap arsip teks di Internet.
Proyek Gutenberg telah mengkoleksi puluhan ribu e-book secara gratis. Hart punya keinginan mendorong sebanyak-banyaknya penciptaan dan distribusi e-book serta membuat buku-buku itu tersedia bagi pengguna komputer tanpa biaya, "Ini untuk mengatasi kebodohan dan buta huruf," katanya.
NYTIMES.COM | DIGITALTRENDS.COM | DIANING SARI |IQBAL MUHTAROM