TEMPO.CO , Jakarta--Para peneliti Australia menghabiskan waktu 2 bulan untuk penelitian di wilayah divisi Antartika Australia Aurora Australis. Mereka menggunakan helikopter dan kendaraan khusus, kendaraan otomatis bawah air (AUV) untuk membuat peta baik di permukaan maupun di bawah lapisan es.
Pemimpin proyek, Guy Willian dari Pusat Penelitian Iklik Antartka dan Ekosistem mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa teknologi membawa kemajuan besar. "Dulu, kami mengambil bor untuk mengukur ketebalan es saat bergerak menggunakan kapal. Tapi dengan AUV kami dapat mengukur gumpalan es itu dengan rinci," ujarnya.
Hasil yang mengejutkan ketika mereka menemukan puncak maupun lembah yang menyerupai topografi tanah. Data ini menjadi tambahan informasi yang sangat berharga. Pasalnya, meski satelit mampu mendeteksi luasan lapisan es, namun tidak lihai mengukur ketebalan es dan volumenya. Sedangkan peta 3D yang dibuat ini mampu menyajikan informasi-informasi itu.
Kendaraan bawah air ini berenang sedalam 20 meter di bawah es dan menggunakan sonar untuk memetakan lapisan es itu. Data yang dikumpulkan oleh kendaraan kemudian disimpan dalam komputer alat dan kemudian diubah menjadi peta 3D.
"Ketebalan es laut oleh para ilmuwan iklim dianggap sebagai salah satu indikator penting dari perubahan iklim," ujar Jan Lieser, salah satu peneliti. Perubahan es laut mempengaruhi pembentukan air yang mendorong arus laut di seluruh dunia. Selain itu juga mempengaruhi kehidupan organisme yang bergantung pada es sebagai habitat dan tempat makannya.
DISCOVERY NEWS | ISMI WAHID
Berita lain:
2 Juta Akun Twitter Aktif di Indonesia Setiap Hari
30 Juta, Pengguna Akun Twitter di Indonesia
7Icons dan Endah N Rhesa di Social Media Festival
Temu Para Agan Kaskuser di Social Media Festival
Dua Game Lokal Ini Dipamerkan di JCC