TEMPO.CO, Washington - Monogami yang dilakukan beberapa spesies mamalia menjadi perhatian para ahli. Dua tim ilmuwan berbeda telah menemukan alasan pilihan monogami. Sayangnya, jawaban mereka tidak benar-benar romantis.
Kedua tim juga tidak memiliki jawaban yang sama. Satu tim yang hanya meneliti primata, kelompok hewan yang termasuk kera dan monyet, mengatakan pasangan eksklusif jantan dan betina berkembang sebagai cara untuk membiarkan ayah membela anak mereka agar tidak dibunuh oleh jantan lain.
Tim ilmiah lainnya mendapatkan jawaban yang berbeda setelah memeriksa sekitar 2.000 spesies mamalia non-manusia. Mereka menyimpulkan bahwa mamalia menjadi monogami karena hewan betina telah tersebar secara geografis, sehingga hewan jantan harus menjaga yang di dekatnya untuk menangkis kompetisi.
"Jadi ini bukan tentang cinta," kata peneliti Dieter Lukas dari University of Cambridge, penulis utama studi mamalia. "Ini hanya pilihan terbaik yang bisa dia lakukan."
Kata para peneliti, kesimpulan yang berbeda tampaknya timbul karena kedua tim menggunakan metode dan ukuran sampel yang berbeda. "Romantis jelas datang setelah monogami," kata Christopher "Kit" Opie, seorang peneliti antropologi di University College London, yang merupakan penulis utama studi primata itu.
Penelitian-penelitian tersebut dipublikasikan secara online pada Senin, 29 Juli 2013, dalam jurnal Science dan the Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS). Tulisan mamalia di Science mengecualikan manusia, sementara analisis primata dalam PNAS menghitung orang, baik sebagai monogami maupun tidak, karena berbeda di seluruh dunia.
Para peneliti mengatakan mereka ragu-ragu untuk menerapkan kesimpulan mereka pada manusia.
Kurang dari 9 persen spesies mamalia berpasangan secara sosial. Kata Opie, di antara primata, sekitar 25 persen dari spesies itu secara sosial monogami. Beberapa, seperti owa, sangat monogami, sementara yang lain, seperti simpanse, berada di ujung lain spektrum.
Opie meneliti data tentang bagaimana 230 spesies primata berperilaku, dan ia memetakan pohon kekerabatan evolusi untuk mereka. Kemudian, ia menggunakan lebih dari 10 ribu model komputer dan menghitung sistem probabilitas matematika yang sama dengan ahli statistika terkenal, Nate Silver.
Hasilnya: sebelum salah satu sifat sosial dikaitkan dengan monogami muncul, Opie melihat tanda-tanda tingginya tingkat pejantan luar membunuh bayi. Menurut dia, dalam primata, hal itu mengembangkan monogami, berpasangan berkembang kemudian.
Kenapa? Karena primata menyusui anak-anak mereka untuk waktu yang lama, bahkan bertahun-tahun, dan pejantan pesaing membunuh bayi-bayi primata jika sang ayah tidak menempel di sekitarnya untuk melawan mereka.
Tapi, Tim Clutton-Brock, seorang profesor zoologi yang menulis studi mamalia di Science bersama Lukas, mengatakan penelitian mereka melihat sama sekali tidak ada bukti pembunuhan bayi sebelum monogami. Sebaliknya, Clutton-Brock dan Lukas menemukan, pada hampir setiap kasus, hewan betina menyendiri muncul sebelum monogami sosial.
Betina-betina itu telah menyebar keluar untuk memonopoli makanan, seperti buah, yang berkualitas lebih baik tetapi sulit untuk ditemukan. Hal itu membuat lebih sulit bagi pejantan untuk menjaga si betina dari pejantan lain. "Pejantan tidak bisa berhasil mempertahankan lebih dari satu betina," kata Lukas. Jadi mereka bertahan di sekitarnya dan monogami terjadi.
Frans de Waal dari Emory University, yang bukan bagian dari kedua tim, mengatakan ia menduga tulisan pembunuhan bayi Opie menawarkan dukungan kuantitatif untuk teori itu, tapi tidak menerangkan secara lengkap.
Ahli independen lainnya, Sue Carter, dari University of Illinois di Chicago, melihat biokimia monogami pada spesies individu, zeroing pada dua hormon. "Dan hormon-hormon itu berhubungan dengan perlindungan, perilaku defensif, sehingga mereka bisa cocok dengan kedua kesimpulan," katanya.
Kedua tim itu setuju bahwa mereka tidak akan meletakkan manusia dalam kategori monogami. Clutton-Brock mengatakan studinya menemukan spesies yang monogami memiliki perbedaan fisik lebih sedikit antara jenis kelamin. Mereka memiliki ukuran yang sama dan hidup lebih lama.
Opie setuju, seraya mengatakan, "Monogami ketat, seperti (pada) siamang, bukan apa yang dilakukan manusia." Simak berita tekno lainnya di sini.
AP | ERWIN Z
Berita lain
Google Luncurkan Situs Komunitas Foto Android
Galaxy Note III Bakal Berkecepatan 2,3 Hertz
Microsoft Raup Rp 8,2 Triliun dari Tablet Surface
Windows 8.1 Hadir untuk Kalangan Pebisnis
Facebook Jajaki Iklan Video di News Feed