Untuk mendapatkan kulit kapuk, kata Apriliani, tidaklah sulit. Kulit kapuk dapat diperoleh di Desa Karaban, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, yang sejak 1970-an dikenal sebagai sentra kapuk. Berpenduduk sekitar 8.000 jiwa, seribu lebih warga Desa Karaban merupakan pembuat dan pedagang kasur serta pengodol kapuk. Dari jumlah itu, 40 orang tergolong pengusaha besar. Kapuk didatangkan dari luar daerah seperti bagian Pati bagian utara, Jepara, Kudus, Blora, Rembang, dan kota- kota di Jawa Timur.
Menurut H. Rasyid (62), pengusaha pengolahan kapuk, satu ton kapuk gelondong kering menghasilkan dua kuintal kapuk berkualitas satu setelah diproses. Rasyid mampu berproduksi 1,2 ton per hari. Limbah yang dihasilkan dari sentra kapuk Karaban berkisar 150 ton per bulan. Limbah ini benar-benar dapat dioptimalkan untuk kemajuan pertanian di Pati. "Kegunaannya tidak terbatas untuk tanaman cabai, tapi lebih luas untuk pertanian lain," kata Apriliani. Sebelum Apriliani melakukan penelitian, limbah kapuk baru sebatas digunakan sebagai bahan bakar pembuat batu bata dan genteng.
Hasil penemuan Apriliani sebelumnya pernah menyabet medali perunggu dalam bidang sains terapan pada Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2012 yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, pertengahan Oktober tahun lalu. Para dewan juri terdiri dari unsur ITB, IPB, UI dan ITS itu. "Kami selalu memberikan dorongan bagi para siswa untuk berprestasi. Dari hasil keras Apriliani, dia mampu menyabet penghargaan di Brasil," kata Surata, Kepala SMA PGRI 2 Kayen, Kabupaten Pati.
BANDELAN
Baca juga:
Liger, Anak Harimau-Singa Ditemukan di Bogor
Ada Tato di Tubuh Otzi si Manusia Es
Twitter Perbarui Tampilan Gambar dan Video
Nenek Moyang Indonesia dan Manusia Purba Siberia