Strategi berkomunikasi itu cukup berhasil membawa mereka melewati inspeksi soal kelistrikan mobil dan berlaga di lomba cipta kendaraan hemat bahan bakar antarkampus se-Asia dan Timur Tengah tersebut.
APATTE-62, yang merupakan singkatan dari Aman Cepat Tepat, memang baru pertama kali berlaga di Shell Eco-Marathon 2014. Dalam tiga edisi sebelumnya, Universitas Brawijaya tanpa wakil.
Maka, seperti diakui Yahya, rasa grogi adalah perihal wajar yang bisa muncul sebagai debutan. Karena itu pula, mereka tidak berani mematok target juara di Shell Eco-Marathon kali ini. Meski secara pribadi, Yahya berharap mobil prototipe ciptaan tim mereka mampu mencapai jarak 500 km/kwh.
"Meski pada beberapa uji coba yang digelar sebelum keberangkatan ke Manila, kami hanya mampu menempuh jarak 200 km/kwh. Tapi, mudah-mudahan saja target itu bisa dicapai," ujar Yahya.
Mirip dengan APATTE-62, tim Bhima Cakrawangsa terpaksa bolak-balik masuk paviliun inspeksi. Mereka bahkan baru mendapat "lampu hijau" ikut lomba pada Sabtu pagi atau beberapa jam sebelum lomba. "Kami tiga kali gagal inspeksi soal rem karena ternyata tidak terlalu pakem. Selain itu, sabuk pengaman juga sempat bermasalah," kata perwakilan tim Bhima Cakrawangsa, Sabta Aditya Rizki.
ARIE FIRDAUS