TEMPO.CO, Surabaya - Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya, mencatatkan prestasi luar biasa dalam penelitian kontrasepsi pria. Penelitian tanaman gandarusa sebagai obat kontrasepsi pria mendapat penghargaan tingkat dunia dari The Y Prize Foundation berupa Y Prize Travel Award.
Tim peneliti diketuai oleh Prof Dr Bambang Prajogo E.W., MS, Apt serta dua anggota: Dr Maria Paulina Dyah Pramesti dan Dr Sri Mustaina. Penelitian dilakukan sejak 1987 dengan menghabiskan dana riset sekitar Rp 6,5 miliar.
Bambang Prajogo mengatakan penilaian hasil riset dilakukan oleh The Foundation for Male Contraceptives, American Society of Andrology. Menurut Bambang, penelitian gandarusa merupakan riset etnomedisin dari Papua. "Masyarakat setempat menggunakan gandarusa untuk menurunkan kesuburannya," kata Bambang Prajogo lewat pesan elektronik dari Atlanta, Amerika Serikat, kepada Tempo, Ahad 6 April 2014.
Ia mengatakan riset kontrasepsi pria menggunakan gandarusa itu didorong oleh informasi mengenai adat istiadat unik yang berkembang di masyarakat Papua soal aturan menikah. Bila mempelai pria menikah tapi belum bisa bayar mahar, kata Bambang, si pria wajib minum rebusan tanaman gandarusa. Tujuannya, mengindari mempelai wanita hamil sebelum si pria membayar mahar.
Kontrasepsi gandarusa berbeda dengan kontrasepi pria lainnya, seperti kondom dan operasi atau biasa disebut vasektomi. "Belum ada yang oral kontrasepsi. Kontrapsi gandarusa ini sifatnya oral," ujarnya.
Penghargaan Y Prize Travel Award sendiri diserahkan pada 3 Maret 2014 di Durham, North Carolina 27713, Amerika Serikat, atau 4 Maret 2014 pukul 08.00 WIB.
DIANANTA P. SUMEDI
Terpopuler
Siapa Pengusaha RI yang Saweran dengan Bill Gates?
Bayi 9 Bulan Didakwa Pembunuhan Berencana
Ahok Kesal Orang Kaya Protes Pajak Naik
Begini, Alasan Bill Gates Kunjungi Jakarta
Jadi Caleg, Sofyan Tan: Ujian Terakhir Cina Medan