TEMPO.CO, Jakarta - Penyedia antivirus, Symantec, menyatakan perusahaan berskala kecil menjadi target utama serangan dunia maya. Hasil penelitian selama 2013 itu mengungkap bahwa jenis serangan terdiri dari virus, malware, phising, dan pembobolan data.
“Perusahaan kecil memiliki keterbatasan dana sehingga kurang maksimal dalam memberikan perlindungan pada sistem teknologi informasi,” ujar Direktur Keamanan dan Sales Symantec ASEAN dan Korea Alex Lei di Jakarta, Rabu, 7 Mei 2014.
Padahal data perusahaan harus diberikan perlindungan yang maksimal. Perlindungan bukan sebatas pada antivirus. Alex menyebutkan untuk skala perusahaan hendaknya terdiri dari sistem keamanan yang berlapis. (Baca: Masyarakat Indonesia Target Kejahatan Dunia Maya)
Konsultan teknis Symantec Indonesia, Novan Tambunan, mengatakan masih ada perspektif yang salah mengenai sistem keamanan teknologi informasi di perusahaan. “Perusahaan lebih memilih berhemat dalam menganggarkan dana untuk sistem keamanan,” katanya.
Padahal menekan anggaran teknis justru berakibat pada pembengkakan dana pada masa mendatang. Perlindungan minim sangat rentan terhadap serangan yang berakibat pada kerusakan sistem informasi. Novan menyebutkan sebuah perusahaan kecil harus menganggarkan dana sekitar Rp 10 juta untuk perlindungan sistem informasinya.
Besaran biaya tersebut akan terus meningkat sejalan dengan kenaikan jumlah serangan dunia maya. Faktor utama yang menyebabkan peningkatan serangan dunia maya adalah tren penggunaan teknologi berbasis Internet serta pertumbuhan perangkat bergerak. “Internet memang memudahkan segala hal, tapi harus diwaspadai risiko di belakangnya,” ucap Novan.
SATWIKA MOVEMENTI
Terpopuler:
Wewenangnya Terbatas, Ahok Memilih Diam Saja
Ulil Kembali Ditolak Tampil di UIN
Gerindra: Isu HAM Prabowo kalau Diteruskan sampai Dosa Ken Arok