TEMPO.CO, New York - Stres bisa membahayakan kualitas sperma dan cairan semen atau air mani. Studi yang dilakukan peneliti dari Mailman School of Public Health and Rutgers School of Public Health, Columbia University, menemukan stres psikologis mempengaruhi konsentrasi, tampilan, dan kemampuan sperma untuk membuahi sel telur.
Infertilitas bisa mempengaruhi pria dan wanita. Pada pria, kualitas cairan semen adalah indikator penting dalam menentukan fertilitas. "Pria yang stres cenderung memiliki sperma dengan konsentrasi rendah dan gerakannya tidak normal, kondisi ini berhubungan dengan masalah infertilitas," kata Pam Factor-Litvak, peneliti epidemiologi di Mailman School of Public Health seperti ditulis situs Columbia University, Kamis, 29 Mei 2014.
Dalam studi yang dilaporkan di jurnal Fertility and Sterility, sejak 2005, peneliti memeriksa sperma 193 pria berusia 38-49 tahun selama tiga tahun. Para partisipan juga diminta menyelesaikan tes untuk mengukur tingkat stres dari pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. (Baca: Pria Bakal Jauhi Wanita Stres)
Cairan sperma yang diberikan partisipan diperiksa di laboratorium Universitas California dengan menggunakan metode standar pengujian fertilitas seperti tingkat konsentrasi, tampilan, dan gerakan sperma.
Di luar kecemasan pria tentang fertilitas, sejarah masalah reproduksi atau kesehatan lainnya, stres dari kehidupan sehari-hari ternyata bisa menurunkan kualitas cairan semen. Sementara stres yang diperoleh dari tempat kerja tidak memberi dampak pada penurunan kualitas cairan semen. Namun peneliti menyebutkan stres dari tempat kerja berpengaruh pada kesehatan reproduksi karena tekanan pekerjaan bisa mengurangi kadar testosteron. Kualitas sperma pria pengangguran ternyata lebih rendah daripada pria yang bekerja meski mereka stres akibat pekerjaannya. (Baca: Jumlah Sperma Pria Semakin Sedikit)
Belum diketahui bagaimana tingkat stres bisa langsung mempengaruhi kualitas cairan semen. Kemungkinan stres memicu pelepasan hormon steroid glucocorticoid yang mengekang kadar testosteron dan produksi sperma. "Stres jelas mempengaruhi kesehatan. Riset ini menunjukkan kesehatan reproduksi pria juga bisa dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya," kata Teresa Janevic, peneliti dan asisten profesor di Rutgers School of Public Health.
MAILMAN.COLUMBIA.EDU | GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Terpopuler:
Didit Hediprasetyo, Putra Prabowo yang Mendunia
Kivlan Zein Ancam Adukan Komnas HAM ke Ombudsman
Umat Katolik di Sleman Diserang Kelompok Bergamis
Dukung Jokowi-JK, Solihin: Ingin Pemerintah Bersih