5. Space-Based Infrared System (SBIRS)
SBIRS harusnya dapat menjawab kebutuhan Angkatan Udara untuk melacak peluncuran rudal balistik. Sistem ini terdiri dari satelit yang terbang tinggi dan rendah. Meskipun baru akan diaktifkan tahun depan, proyek senilai US$10 miliar (setara Rp 120 trilun) ini dituding oleh banyak pihak tak dapat berfungsi. Sebab, salah satu satelit langsung mati saat mencapai orbit bumi.
6. Genesis
Genesis dirancang untuk menangkap potongan-potongan dari matahari. Dia pun dikirim ke ruang angkasa untuk mengumpulkan angin matahari di lembaran yang dirancang khusus dari emas, berlian, dan safir. Dengan mempelajari potongan matahari, para ilmuwan berharap dapat mempelajari komposisi tata surya.
Bukannya menangkap potongan dan kembali ke bumi, Genesis malah sulit kembali. Satelit ini diduga akan hancur jika melewati atmosfer bumi dengan muatan tersebut. Para ilmuwan NASA pun akhirnya berusaha membawa muatan tersebut dengan pesawat bantuan.
7. Teleskop ruang angkasa Hubble
Teleskop ini menjadi yang pertama dapat melihat bintang-bintang di ruang angkasa tanpa terhalang atmosfer. Hanya, lensa bawaan teleskop ini tak dapat beradaptasi dengan cepat saat memperhatikan bintang yang tak memiliki gravitasi. Akhirnya para ilmuwan menambahkan lensa baru yang cocok. Hubble pun dapat digunakan.
8. NASA Helios
Helios bukan alat untuk memantau ruang angkasa. Pesawat tanpa awak bertenaga surya ini dirancang untuk terbang di wilayah atmosfer. Masalahnya, pada penerbangan pertamanya, Helios menabrak angin kuat dan jatuh ke Samudera Pasifik.
9. Demonstration for Autonomous Rendezvous Technology (DART) Spacecraft
Menyerah dari peluncuran pesawat ulang-alik dan satelit yang memerlukan biaya perawatan mahal dan berisiko, NASA menciptakan DART untuk menghubungkan satu satelit dengan satelit lain. Tujuannya, mengumpulkan seluruh data dalam satu “rumah”. Tapi para ilmuwan salah memperhitungkan jarak orbit pesawat ini. Akhinya, DART menabrak satelit dan jatuh ke laut.
10. The Orbiting Carbon Observatory (OCO) Satellite
NASA menciptakan OCO dengan tujuan melihat karbon dioksida bergerak di atmosfer. Target ke depannya, satelit ini dapat memetakan proses pemanasan global dan perubahan iklim. Sayangnya, OCO tak pernah berhasil masuk ke orbit bumi. Dia jatuh ke laut setelah 17 menit lepas landas. Simak berita tekno lainnya di sini.
AMRI MAHBUB
Berita lain
Pameran Indocomtech Incar Transaksi Rp 650 Miliar
300 Perusahaan Gelar Dagangan di Indocomtech 2014
Pasar Komputer Indonesia Masih Terbuka Luas